Pages

Rabu, 22 April 2020

Kajian Kitab Ihya' 'Ulumuddin (Bab Asrar ash-Shaum) bersama KH. Dr. Ghozi Mubarok, MA.


Kajian Tasawwuf Ihya 'Ulumuddin "Asrar ash-Shaum", bersama KH. Dr. Ghozi Mubarok Idris, MA, Wakil Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan.
Selengkapnya di Channel Youtube KPI IDIA:



Share:

Sabtu, 04 April 2020

Percepatan Gerakan Pemerintah, Tekankan Angka Pasien Covid-19


Angka kematian global akibat Covid-19 semakin bertambah, Italia dengan statistika 10 persen, Spanyol 7 persen, kemudain Indonesia 8 persen, sementara Jerman berada di bawah 0,5 persen, kondisi Indonesia menjadi semakin parah kian hari.
Keadaan yang parah ini butuh pergerakan cepat dari pemerintah Indonesia untuk segera memutuskan kebijakan demi keselamatan masyarakat. Bukan untuk kalangan menengah ke atas saja, melainkan juga dibutuhkan alternatif yang dibutuhkan oleh rakyat menengah ke bawah, hingga kini, kebutuhan pelayanan baik perawatan kesehatan, alkes, dan penanggulangan penyakit semakin terasa dibutuhkan, setelah memburuknya perekonomian dunia.
Bila melihat data kematian dari beberapa negara tersebut, nampak bagaimana Indonesia bisa berkaca pada Jerman yang mampu meminimalisir angka korban jiwa akibat virus korona. Pakar virus dan epidemi dari rumah sakit Charite di Berlin, sekaligus penasihat pemerintah Jerman, menyatakan jumlah kematian yang relatif kecil dikarenakan Jerman melakukan tes corona secara cepat dan luas
"Angka kematian relatif rendah, karena kami melakukan sangat banyak diagnosis laboratorium Covid-19 dibandingkan negara-negara Eropa lain. Selain itu, Jerman punya lebih banyak waktu mempersiapkan kapasitas laboratorium dan perawatan intensif pasien corona.”
Jerman juga memiliki jaringan laboratorium independen yang banyak diantaranya mulai melakukan tes paling awal, sejak Januari lalu yang dikembangkan oleh para peneliti di Charlie, ketika jumlah kasus masih sangat rendah. Tingginya jumlah laboratorium telah meningkatkan kapasitas penyaringan nasional, dan RKI memperkirakan bahwa 12 ribu orang dapat diuji dalam sehari di Jerman. Karena itu, mendapatkan tes di Jerman lebih mudah daripada di beberapa negara lain.
Namun, para ahli Italia juga menjelaskan, bahwa Jerman tidak seperti negara lain dimana 1tidak ada uji pasca kematian (post-mortem). Yang cenderung tidak menguji mereka yang sudah meninggal. "Kami tidak menganggap tes post-mortem sebagai faktor penentu. Kami bekerja berdasarkan prinsip bahwa pasien diuji sebelum mereka meninggal," jelas RKI. Selain itu, peralatan medis Jerman lebih baik dibandingkan negara Eropa lainnya,seperti Perancis hanya memiliki sekitar tujuh ribu dan Italia sekitar lima ribu, sementara Jerman menyediakan 25 ribu tempat tidur perawatan intensif lengkap dengan alat pernapasan.
Untuk tetap mengkondisikan pasien di rumah sakit, Jerman juga bersedia menyiapkan tempat tidur untuk perawatan pernapasan yang intensif. Hotel dan aula besar pundigunakan kembali layaknya rumah sakit darurat untuk pasien yang memiliki gejala kurang serius. Sehingga, rumah sakit di setiap daerah dapat digunakan untuk merawat pasien dengan kondisi parah.Tingginya populasi penduduk Eropa, menunjukkan resiko yang lebih besar terkena wabah, terutama lansia. Situasi akan bertambah parah tanpa penanganan cepat untuk pasien usia lanjut bahkan bisa tidak memadai. Akan tetapi, tindakan cepat yang dipikirkan dan dilakukan oleh pihak medis Jerman, mampu memutus penyebaran virus dan meminimalisir angka kematian pasien akibat Covid-19.
Penyediaan sarana dan prasarana, seperti kelengkapan Alkes yang dimiliki negara tersebut tidak lepas dari campur dari tindakan relawan Jerman untuk segera menyelawatkan setiap jiwa, baik penderita maupun penduduk Jerman. Demikian dengan pemerintah yang mengambil tindakan cepat demi mendukung penanganan tim medis, baik dalam segala kebijakan, koordinasi dan pemenuhan kebutuhan kesehatan.
Hingga 29 Maret, jumlah kasus di Indonesia mencapai 1.285 positif, 114, meninggal 64 dinyatakan sembuh. Kasus yang merebak sekian banyak, baru dikabarkan dari kompas.com (29/03). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah menyiapkan lahan untuk pembangunan gudang dan posko logistik penanganan virus Corona (Covid-19). Gudang dan posko logistik covid-19, yang terletak di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. 
Penyiapan lahan ini pun dilakukan atas permintaan Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Baswedan. Bangunan yang berupa Weight Hall ukuran 10x32 meter ini, masih akan digarap selama 5 hari siang-malam. Penyiapan ini sebenarnya bisa dilakukan jauh hari sebelum jumlah membengkak, sesuai dengan kondisi pasien di lapangan agar bisa melakukan penanganan lebih cepat, serta tidak terjadi pembeludakan di rumah sakit bagi orang yang masih mengalami gejala atau pematauan.
Sementara disisi lain, masih banyak alasan mengapa rakyat Indonesia belum mematuhi sepenuhnya arahan pemerintah, diantaranya adalah lingkungan sosial yang masih belum betul-betul percaya akan bahaya, dan dampak virus tersebut di area yang tidak terpapar, pemenuhan kebutuhan pangan, ekonomi yang kian memburuk, dan belum adanya laternatif dari pemerintah dari lockdown yang di lakukan sebagian daerah, bagi para pekerja usaha kalangan menengah ke bawah yang mana, mereka mengandalkan usaha harian mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga aktifitas berkumpul dan memasuki kawasan yang terpapar virus korona masih dilakukan.
Butuh koordinasi lebih luas dan lebih cepat lagi dalam menangani permasalahan ini, untuk menekan jumlah yang semakin tinggi. Intruksi dari beberapa badan pemerintah perlu diselaraskan dengan alternatif untuk rakyat dan perlu dukungan penuh dari rakyat, agar wabah tidak semakin melebar ke segala penjuru wilayah. Koordinasi bisa dilakukan dengan baik bila keduanya saling mendukung, pemerintah memenuhi kebutuhan rakyat, terutama untuk rakyat menengah kebawah dimana mereka membutuhkan alternatif lebih, dari pada sekedar menuruti intruksi kebijakan pemerintah.

Share:

Kulmas Dipersingkat, Mahasiswa Tak Sabar Ingin Segera Jumpa Keluarga



PRENDUAN, Komunika-IDIA Prenduan adakan Kuliah Umum Kemasyarakatan (Kulmas), Jum’at (03/04). Acara ini sebagai pembekalan bagi mahasiswa intensif yang akan menjalani libur akhir semester. Acara yang diadakan oleh Dewan Konsultan Mahasiswa (DKM) ini, diadakan di Musholla Intensif yang diikuti oleh seluruh mahasiswa intensif mulai dari semester dua sampai semester akhir.
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, Kulmas tahun ini dikemas dengan sangat singat hanya dikaksanakan dalam tiga sesi saja. Dengan menghadirkan pimpinan pondok pesantren Al-Amien Prednuan yakni KH. Ahmad Fauzi Tidjani, MA sebagai pemateri pertama, kemudian dilanjutkan sesi kedua yakni wakil pimpinan sekaligus Rektor IDIA Prenduan yakni KH. Ghozi Mubarok, MA.  dan selanjutnya Mudir Ma'had lil Banin KH. Mujammi' Abdul Musyfi, Lc. sebagai pemateri ketiga.
Bukan tanpa alasan, beberapa program pondok maupun kampus dipangkas sedemikian rupa, menyusul semakin menyebarnya wabah Covid-19 dibeberapa daerah di Indonesia. Menurut Ramadhan, hal ini dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan terhambatnya perpulangan santri intensif. "Kita buat Kulmas tahun ini sesingkat mungkin, dikarnakan adanya penyebaran Covid-19 yang kemudian dikhawatirkan akan menghambat kelancaran perpulangan mahasiswa kerumah mereka masing-masing," tutur wakil dewan konsultan mahasiswa ini.
Dikesempatan yang sama, KH. Ghozi Mubarok, MA dalam berpesan kepada mahasiswa yang akan pulang kerumah masing-masing untuk tidak meremehkan Covid-19 ini. Harapan beliau mahasiswa selalu waspada serta mempersiapkan alat-alat yang mampu melindungi dari penyebaran virus ini, dan dianjurkan untuk tidak panik dalam menghadapi musibah virus ini. "Jangan panik dan jangan pula meremehkan, tetap selalu waspada," pesan singkat beliau kepada mahasiswa.
Tidak semua mahasiswa bisa merasakakan liburan dengan keluarga, sebagian masih memilih tetap bertahan di asrama instensif. Namun bagi mahasiswa yang memilih bermukim wajib mengikuti mengikuti segala peraturan pondok yang berlaku, dan tidak keluar asrama selama masa penyebaran Covid-19. (rk/zn)


Share:

Jumat, 03 April 2020

BEM IDIA Rancang Konsep 'Satu Kepemimpinan' Untuk Presma Tahun Depan

kpiidiaprenduan.blogspot.com

PRENDUAN, Komunika-Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) adakan rapat tertutup, Jum’at (21/2). Rapat ini membahas, tentang evaluasi program kerja serta  gambaran besar badan eksekutif mahasiswa (BEM) dimasa yang akan datang.
Acara yang diadakan di lantai satu Gedung Radio Suara Dakwah Al-Amien (Rasda) itu dibuka langsung oleh presiden mahasiswa, Muhammad Zaini Alfarizi. Adapun rumusan pertama yang menjadi pembahasan pada rapat ini ialah agar mampu menciptakan ruang lingkup BEM yang lebih terorganisir, jadi tidak ada lagi yang namanya presiden mahasiswa program Plus, Regular maupun Intensif.
Menurut Muhammad Zaini AlFarizi, dengan diadakan pertemuan ini diharapkan mampu mendapatkan suara mufakat pada kongres mahasiswa yang akan datang, sehingga mampu memilih satu saja presiden mahasiswa yang menjadi motor penggerak mahasiswa di IDIA prenduan.
Jadi untuk periode BEM masa bakti 2020-2021 yang akan datang, tidak ada lagi yang namanya Presma Plus, Regular ataupun Intensif, tutur pria asal Jawa Barat tersebut.
Gambaran awal untuk menindak lanjuti gambaran program BEM ini yaitu dengan meminta persetujuan langsung kepada Rektor IDIA Prenduan, serta membentuk perumusan ulang dari anggaran dasar rumah tangga dan garis besar haluan organisasi.(rk)

Share:

Senin, 30 Maret 2020

Pentingnya Pendidikan Karakter di Sekolah - Oleh Ahmad Huzaini


Globalisasi yang ada di hadapan kita sebagai sebuah fakta yang tidak bisa kita pungkiri, globalisasi memberi peluang dan fasilitas kepada kita yang sungguh amat luar biasa, globalisasi telah menembus semua penjuru dunia, bahkan sampai daerah terpencil sekalipun, masuk ke rumah-rumah,  memborbardir pertahanan moral dan agama, sekuat apapun dipertahankan. Televisi, Internet, Koran, Handphone, dan lain sebagainya adalah media informasi dan komunikasi yang berjalan dengan cepat, menggulung sekat-sekat tradisional yang selama ini dipegang kuat-kuat. Moralitas menjadi longgar, Sesuatu yang dulu di anggap tabu sekarang menjadi biasa-biasa saja. Cara berpakaian, berinteraksi dengan lawan jenis, menikmati hiburan di tempat-tempat spesial dan menikmati narkoba menjadi tren dunia modern yang sulit di tanggulangi. Globalsasi menyediakan seluruh fasilitas yang dibutuhkan manusia, negatif maupun positif. Banyak manusia terlena dengan menuruti seluruh keinginannya, apalagi memiliki rezeki melimpah dan lingkungan yang kondusif. Akhirnya, apa akibat yang timbul? karakter anak bangsa berubah menjadi rapuh, mudah diterjang ombak, terjerumus dalam tren budaya yang melenakan, dan tidak memikirkan akibat yang ditimbulkan. Prinsip-prinsip moral, budaya bangsa, dan perjuangan hilang dari karakteristik mereka. Inilah yang menyebabkan dekadensi moral serta hilangnya kreatifitas dan produktifitas bangsa. Saat ini, tidak sulit lagi bagi kita untuk mendapatkan gambar-gambar yang mempertontonkan bentuk-bentuk tubuh lewat majalah, televisi, bahkan handphone pun menjadi alat penyebar porno aksi, dan penampilan iklan yang menunjukkan kemolekan tubuh. Praktek seks pranikah yang dilakukan oleh pelajar semakin hari semakin meningkat dan hampir seimbang jumlahnya antara di kota dan daerah-daerah. Hal ini terjadi karena pengaruh budaya barat dan media melalui tayangan-tayangan yang vulgar serta cenderung mengarah pada pornografi dan pornoaksi.
Dengan melihat kenyataan diatas, pendidikan karakter sangat mendesak untuk diberlakukan di negeri ini. Dengan cara mengoptimalkan peran sekolah sebagai pionir. Pihak sekolah harus bekerja sama dengan keluarga, masyarakat, dan elemen bangsa yang lain demi suksesnya agenda besar menanamkan karakter kuat kepada peserta didik sebagai calon pemimpin bangsa dimasa yang akan datang. Mengapa harus lembaga pendidikan? Sebab, tanggung jawab utama Negara dan masyarakat dalam mempersiapkan kader masa depan yang berkualitas di bidang ilmu, moral, mental, dan perjuangan adalah lembaga pendidikan. Tapi kenyataannya, lembaga pendidikan formal selama ini disinyalir hanya mementingkan aspek kecerdasan akademik, serta menganak tirikan aspek kecerdasan emosi dan spiritual,   pendidikan sekolah selama ini bisa dikatakan gagal pada aspek karakter. Sekolah terlalu terpesona dengan target-target akademis, dan melupakan pendidikan karakter. Sehingga membuat kreatifitas, keberanian, kemandirian, dan ketahanan anak didik dalam melalui berbagai ujian hidup menjadi rendah. Anak mudah frustasi, menyerah, dan kehilangan semangat juang sampai titik darah penghabisan. Lebih ironisnya, bahkan perguruan tinggi sekalipun, lebih menekankan pada perolehan nilai ulangan maupun ujian. Banyak guru yang berpandangan bahwa peserta didik dikatakan baik kompetisinya apabila nilai hasil ulangan atau ujiannya tinggi.
Karakter merupakan aspek yang penting untuk kesuksesan kita di masa depan, jadi apabila kita sudah mempunyai karakter yang kuat pasti akan terbentuk dalam diri kita mental yang kuat pula. Kalau mental kita sudah kuat akan terlahir spirit yang kuat, pantang menyerah, berani mengurangi proses yang panjang, dan berani menerjang arus badai dan gelombang  berbahaya yang menerpa kita. Karakter yang kuat merupakan prasyarat bagi kita untuk menjadi seorang pemenang dalam medan kehidupan, apalagi di era globalisasi ini. Tidak akan pernah ada peluang bagi kita untuk menjadi pemenang, apabila kita mempunyai karakter yang lemah. Kita akan menjadi pecundang, menjadi sampah masyarakat, dan kita akan tersingkirkan dalam proses kompetisi kehidupan yang ketat seperti saat ini, sebab kita tidak mempunyai prinsip, serta tidak mempunyai keberanian untuk menerjang gelombang, ombak dan badai kehidupan yang dahsyat. Kita akan menjadi orang yang penakut, ceroboh dan pergerakan kita bisa dibaca dengan mudah oleh orang lain. Oleh karenanya, tanggung jawab utama negara dan masyarakat dalam mempersiapkan kader-kader masa depan yang berkualitas di bidang ilmu, moral, mental, dan perjuangan adalah dimulai dari lembaga pendidikan. Pendidikan karakter merupakan pendidikan budi pekerti plus, yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Tanpa ketiga aspek diatas, pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang di terapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Karena dengan kecerdasan emosi, seseorang akan lebih mudah berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan  di Indonesia adalah pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, yang bertujuan membina kepribadian generasi muda. Pendidikan karakter juga berpijak pada karakter dasar manusia yang bersumber dari  nilai moral universal (bersifat absolut) agama, Pendidikan karakter memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak pada nilai-nilai karakter dasar tersebut. Beberapa nilai karakter dasar tersebut antara lain  cinta kepada Allah Swt dan ciptaan-Nya, tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli dan kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, serta cinta persatuan.
Pendidikan karakter di sekolah harus berpijak pada nilai-nilai karakter dasar manusia dan di kembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen  harus dilibatkan. Komponen tersebut meliputi isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pemberdayaan sarana dan prasarana, pembiayaan, serta etos kerja seluruh komponen sekolah atau lingkungan. Jadi sangat diperlukan peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Mengingat fenomena sosial yang meningkat dan semakin berkembang, seperti kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karenanya, lembaga pendidikan sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapakan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.(*)
Share:

Kamis, 19 Maret 2020

Beginilah Suasana IDIA Prenduan, Pasca Diterbitkannya Surat Edaran Rektor Tentang Pencegahan Covid-19


kpiidiaprenduan.blogspot.com

PRENDUAN, Komunika-Kampus IDIA Prenduan baru saja menerbitkan surat edaran nomor 014/IDIA/I.14/III/2020 tentang peningkatan kewaspadaan terhadap resiko penyebaran Corona Virus Disiase (COVID-19), Selasa (17/03). Meningkatnya penyebaran Covid-19, membuat rektor IDIA Prenduan KH. Dr. Ghozi Mubarok, MA. harus mengambil langkah tegas dengan membatasi aktivitas mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan di ruang lingkup kampus IDIA Prenduan.
Dari pantauan wartawan Komunika, suasana kampus tampak sepi dari aktivitas mahasiswa, hanya terlihat satpam dan petugas kebersihan yang masih aktif bekerja. Bahkan kantor akademik dan kantor-kantor fakultas tak terlihat keramaian seperti hari-hari biasa.
“Iya hari ini sangat sepi, tidak seperti hari-hari biasanya, “ ujar Triswanto salah satu mahasiswa yang kebetulan datang ke kampus.


Dalam surat edarannya, Rektor IDIA Prenduan memutuskan bahwasanya aktivitas perkuliahan bagi mahasiswa program reguler (non asrama) dilakukan dengan sarana daring (online). Namun, bagi mahasiswa program intensif (tinggal di asrama) tetap berjalan seperti biasanya, namun tetap menjaga kesehatan dan tidak menerima kunjungan dari luar kampus.
“Bagi civitas akademika IDIA yang mukim dipondok dilarang berkunjung dan/atau menerima kunjungan dari luar kampus. Bagi mahasiswa program reguler, kegiatan perkuliahan di IDIA Prenduan dilakukan sarana daring (online),” demikian isi salah satu poin surat edaran itu.
Namun, untuk layanan administrasi dan konsultasi berjalan sebagaimana mestinya dapat dilakukan secara daring (online).(zn)

Berikut videonya: 









Share:

Rabu, 18 Maret 2020

Pacu Keaksaraan, Rektor IDIA Prenduan Resmikan Loka Nalar Sehat





PRENDUAN, Komunika-Rektor IDIA Prenduan, KH. Dr. Ghozi Mubarok, MA. meresmikan secara langsung taman baca di kampus IDIA Prenduan, Kamis (12/03). Peresmian taman baca yang diberi nama “Loka Nalar Sehat” tersebut, merupakan rencana tindak lanjut dari acara pekan literasi yang pernah diadakan BEM IDIA Prenduan beberapa waktu lalu.
Rektor IDIA Prenduan sendiri sangat mengapresiasi akan adanya pojok literasi tersebut. “Memang harus ada inovasi baru untuk meningkatkan minat baca mahasiswi,” ungkap beliau disela-sela sambutannya.
Loka Nalar Sehat memang bagian dari inovasi IDIA Prenduan untuk menumbuhkan semangat literasi, disamping lokasinya yang sangat strategis, mahasiswa bisa membaca dan diskusi untuk menambah wawasan dan pengetahuan mereka sambil ditemani pepohonan rindang yang sejuk dan meneduhkan.
Acara yang diprakarsai oleh Badan Eksekutif Mahasiswa  (BEM) IDIA Prenduan tersebut, diikuti oleh seluruh dosen dan mahasiswi IDIA Prenduan. Peresmian juga melibatkan pihak Perpustakaan Daerah (Perpusda) kabupaten Sumenep.
Melalui perwakilannya, pihaknya siap untuk bekerja sama dalam semua kegiatan yang diselenggarakan oleh Loka Nalar Sehat,”kami akan selalu mensupport seluruh kegiatan yang diadakan oleh  Loka Nalar Sehat, tentunya demi meningkatkan semangat baca mahasiswi,” tutur Bapak Ipunk, selaku Kasi Pelayanan Perpusda Sumenep.
Sejatinya taman baca Loka Nalar Sehat sudah digagas sejak akhir 2019 lalu,  namun karena ada beberapa hal yang harus diselesaikan, hingga akhirnya baru bisa diresmikan. “Dari awal (kegiatan pekan literasi) kita memang sudah bekerja sama dengan Perpusda Sumenep, dan sempat melakukan MoU,” ungkap Fadilah selaku Presmi IDIA Prenduan. “Dan Launching ini merupakan bagian dari MoU yang sudah kami lakukan dengan pihak Perpusda Sumenep,” tambahnya.
Akhirnya, acara yang dimulai sejak pukul 14:00 Wib itu, secara simbolis ditutup dengan prosesi pemotongan pita oleh Rektor IDIA Prenduan sebagai tanda diresmikannya taman baca terebut. (zn)




Share:

Sabtu, 29 Februari 2020

Kemerdekaan Itu Diberikan, Bukan Diperjuangkan - Resensi


KPI IDIA PRENDUAN

Judul Buku      : Merdeka Belajar Diruang Kelas
Penulis             : Najeela Sihab dan Komunitas Guru Pelajar
Penerbit           : Literati, Imprint dari Penerbit Lentera Hati
Terbit               : Cetakan Pertama, Oktober 2017
Tebal               : 231 Halaman
ISBN               : 978-602-8740-62-3
Peresensi         : Ahmad Huzaini, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam IDIA Prenduan

“Kemerdekaan bukan sekedar kepatuhan atau perlawanan. Kemerdekaan adalah sesuatu yang diperjuangkan, bukan diberikan.”
Dalam buku ini kita akan diajarkan bagaimana kita sebagai guru akan mendapatkan kemerdekan, kita juga akan diajarkan bagaimana memberikan kemerdekaan bagi murid, kita juga akan di ajarkan bagaimana mempraktekkan kemerdekaan dalam belajar. Sehingga masing-masing dari guru juga dari diri pelajar akan timbul rasa saling mengerti, sehingga tercapai tujuan dalam sebuah pembelajaran.
Saat kita berbicara bahwa kita percaya kemerdekaan guru dan kemerdekaan belajar, sebetulnya kita dengan jelas menunjukkan kepercayaan kita pada beberapa hal. Pertama, bahwa proses belajar butuh kemerdekaan, dan kemerdekaan itu harus melekat pada subjek yang melakukan proses belajar, anak ataupun orang dewasa. Kedua, bahwa proses menuju kemerdekaan adalah proses yang harus melibatkan dukungan banyak pihak, sehingga ketika terjadi sesuatu yang tidak di inginkan, kita tidak hanya menyalahkan satu pihak saja, dalam hal ini biasanya yang disalahkan adalah guru, seakan-akan guru tidak benar mendidik anak muridnya, padahal sejatinya kesalahan itu dilakukan semua orang, baik orang tua, maupun masyarakat, dan ketika semua orang saling menyalahkan, maka yang jadi korban adalah anak-anak bangsa.
Kemerdekaan dalam belajar sangatlah penting, baik untuk pengajar ataupun untuk pelajar. Bagi pengajar (guru), kemerdekaan adalah bagian penting dari pengembangan, karena sama seperti burung yang tidak berani keluar dari kandang. Kompetensi guru tidak akan  bisa optimal berdampak tanpa kemerdekaan, karena hanya guru yang merdeka yang bisa membebaskan anak, hanya guru yang antusiaas yang menularkan rasa ingin tahu pada anak, dan hanya guru belajar yang pantas mengajar. Bagi pelajar (siswa), seorang murid merdeka belajar mampu menggunakan semua kemampuannya yang ia miliki, mampu bertanya kepada orang yang mereka anggap tepat, dan mampu bangkit dari upaya belajar yang belum berhasil.
Mengajarkan merdeka belajar adalah tantangan, karena banyak pendidik yang terjebak salah kaprah mengajarkan materi pelajaran sebatas yang digariskan kurikulum. Kurikulum menjadi subyek penentu arah belajar guru dan pelajarnya. Padahal, proses belajar yang bermakna mensyaratkan kemerdekaan pada guru dan pelajar untuk menentukan tujuan dan cara belajar yang efektif. Guru merdeka untuk menemukan paduan yang pas antara tuntutan kurikulum, kebutuhan pelajar dan situasi lokal. Pelajar merdeka menetapkan tujuan belajar bersama, memilih cara belajar yang sesuai, dan terbuka melakukan refleksi bersama guru.
Merdeka belajar adalah saat murid bersama guru dikelas menentukan tujuan belajar. dalam buku ini di Hal: 74 Karunianingtyas Rejeki,  salah satu komunitas guru belajar mengatakan bahwa tidaklah mudah memberikan proses pembelajaran yang berarti ketika mereka tidak mengetahui tujuan dari proses belajar tersebut, belajar menjadi mudah menguap, sekarang bisa, besok lupa karena tidak tau untuk tujuan apa.
Maka ketika merancang proses belajar bagi mereka, yang harus selalu diingat adalah bahwa mereka mengetahui tujuan dari proses belajar yang di jalani bersama-sama, bahkan kalau ingin menerapkan kemerdekaan belajar, kita harus rela memberikan  kemerdekaan dalam hal tujuan yang ingin mereka capai, target mereka ketika mereka belajar, bagaimana mencapai tujuan tersebut, dan apa saja pencapaian mereka selama belajar.
Sering kita temukan para guru meminta anak muridnya untuk menjawab berbagai pertanyaan, dengan maksud bahwa jika anak menjawab dengan benar semua pertanyaan berarti mereka sudah menguasai pelajaran, bahkan mungkin cara inipun sering kita lakukan terhadap murid-murid kita. Padahal metode seperti ini mebuat anak-anak bosan ketika mendapatkan soal dari guru, maka dalam buku ini Hal:113 Suhud Rois mengatakan, bahwa meminta anak untuk membuat pertanyaan sangat penting untuk melatih berfikir anak dari sudut pandang yang berbeda oleh karenanya muncullah kemudian sebuah cara membuat soal yang berbeda.
Jadi guru yang membuat jawaban, anak yang membuat pertanyaan, tujuannya adalah selain agar anak tidak bosan, juga menggali seberapa dalam pemahaman anak terhadap materi yang sudah dipelajari. Tipe soal uraian hanya mampu menampilkan jawaban sesuai pertanyaan saja dan tidak memberi peluang kepada anak untuk menunjukkan kemampuan yang lebih tinggi, apalagi soal pilihan ganda yang kadang hanya dengan faktor keberuntungan, anak mendapatkan jawaban yang tepat.
Nah, bagaimana kalau guru menyediakan jawabannya saja, anak yang membuat pertanyaannya? Pertama anak merasa tertantang, ia mendapat peluang untuk unjuk gigi. Kalau saja soal yang diberikan guru adalah: “Dimana ibu kota Jawa Barat?” anak hanya boleh menjawab Bandung jawaban yang lain salah, beda halnya kalau begini: “Buatlah tiga pertanyaan yang jawabannya bandung!” anak di ajak mengeluarkan semua yang ia ketahui tentang bandung. Maka muncul lah rasa antusias dalam belajar yang selanjutrnya melahirkan kegembiraan. Antusias dan kegembiraan dalam belajar itu penting , belajar bukan bersusah-susah, berpayah-payah. Belajar itu bersenang-senang, dan bergembira,  sehingga kemudian akan tumbuh rasa cinta belajar. Belajar akan menjadi aktivitas yang dinantikan karena menantang. Karena tantangan itu menyenangkan, sesuatu yang menyenangkan akan membuat ketagihan, dan ketagihan  dalam belajar.
Bagaimana mungkin mereka akan meraih bintang nan jauh disana, jika untuk sekedar mengangkat tangan utuk bertanya saja mereka tidak mampu, maka dengan adanya buku Merdeka Belajar di Ruang Kelas ini kita bisa membiarkan bahkan mendorong mereka untuk meraih bintang-bintang mereka, pengalaman-pengalaman para guru yang ada dibuku ini bisa dijadikan contoh dan inspirasi buat kita untuk mengajarkan kepada anak-anak kita tentang merdeka belajar sehingga buku ini cocok untuk dibaca oleh semua guru yang yang menginginkan suasana belajar lebih menyenangkan agar anak-anak kita tidak bosan dalam belajar, hanya saja buku ini kalau dibaca hanya sepintas terkesan banyak bahasa yang diulang-ulang. Terakhir, selamat membaca,  dan semoga dengan hadirnya buku ini mampu membuat kita menjadi guru yang merdeka yang mampu memberi kemerdekaan kepada orang lain. Salam merdeka untuk para guru INDONESIA.







Share:

Pengikut

Subscribe!

Mars IDIA Prenduan