Pages

Tampilkan postingan dengan label PUISI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PUISI. Tampilkan semua postingan

Minggu, 27 Desember 2020

Puisi - Lepas Pasung Maya


Lepas Pasung Maya

Oleh: Siti Solehah*


Sering sudah
Pasung rantai mengikat erat
Stabilitas saraf tak terhentak
Dikala sedang bersama
Namun bila satu sama lain beranjak
Dari satu sudut paku tak lagi tertancap
Tertatih ungkapan tak dapat dibaca
Sejenak bergumam merasa
Mutiara bening terlepas dari keranjang angkasa
Tak ada yang mampu menata ribuan bahasa
Merpati pun tak mampu membawa pesan angin dalam kantong
Sekali rajawali beranjak
Tak mampu lagi merasa nyaman merebah di singgasana
Menerbangkan mandat pun tak jua mengembalikan rajawali
Kali ini rasa lemah dibawah asa
Meski menggalakkan lewat tonggak
Menunggu mentari terjun menuju gelap
Hanya menyisakan bayangan dibalik paldu pemisah

 

*Mahasiswi Semester Akhir IDIA Prenduan, Asal Sampang

Share:

Kamis, 17 September 2020

Puisi - Jangan Pergi

 


JANGAN PERGI

Oleh: Muh. Heriadi

 

Padang hatiku terasa kering tanpa setetes air

Rumput pun tak ada yang mau tumbuh di sana

Setelah sekian lama kuberjalan, di atas kerikil yang membuat luka

Jiwa terasa hampa, tanpa ada rasa bahagia

 

Cinta yang pernah mekar di hati

Dicabut, membuka lubang luka

Engkau datang mengubah semuanya

Menutup luka yang pernah ada

 

Padang hati yang pernah gersang

Engkau sirami dengan air cinta

Sehingga rasa bahagia tumbuh sempurna

Hari-hariku cerah, terbebas dari rasa hampa

 

Ada rasa takut yang bersemanyam di hatiku

Takut kau pergi, seperti yang pernah kujumpai di masalalu

Tolong,,,, jangan kau patahkan lagi hati ini

Aku telah mekar bahagia dengan cintamu

 

Aku ingin waktu ini tak lagi berputar

Aku tak ingin merasakan lagi sebuah kehilangan

Jangan pergi, tetaplah bertahan

Bersamamu, kuingin tetap merasakan kebahagiaan


Prenduan, 07 juli 2020

 

Share:

Puisi - Suara Rakyat Tak Berdasi

 


Suara Rakyat Tak Berdasi

Oleh: Muh. Heriadi

 

Bukankah Negeri ini milik bersama?

Menikmatinya dengan sukarela

Mempunyai hak yang tak berbeda

Inilah suara kami.....

Dari rakyat tak berdasi

Mengabdi untuk Negeri

Kami rakyat tak berdasi

Mengolah tanaman padi

Yang dimakan rakyat berdasi

Kami rakyat tak berdasi

Mempunyai hak yang tak terpenuhi

Dimakan para korupsi

Yang duduk di atas kursi

Kami rakyat tak berdasi

Mengadu kepada pejabat Negeri

Namun mereka bagaikan orang tuli

Yang tersenyum tak peduli

Apalah arti kami di Negeri ini

Bila suara kami tak didengarkan sebagai hak asasi

Kami rakyat tak berdasi mengadu nasib dengan sendiri

Mengharap belas kasih dari para pejabat Negeri

Kami bukanlah pegawai  Negeri

Menerima gaji yang sudah pasti

Kami hanya seorang kuli tani

Menerima hasil setahun sekali

Wahai… pejabat Negeri yang kami hormati

Sampaikanlah hak-hak kami

Janganlah  engkau  kantongi

Karena kami butuh makan sehari-hari

 

Prenduan, 25 Maret 2020

Share:

Sabtu, 16 Mei 2020

Puisi - Munajat Cinta

MUNAJAT CINTA
Oleh: Rofiqoh

Malam yang penuh butiran bintang
Air mata yang mengalir
Kala yang terdengar suara yang membisikkan hati
Perihnya mata melawan cahaya
Pekatnya telinga mendengar dentuman jarum jam
Beratnya badan ketika harus bangkit
Akankah aku harus menjamahnya?
Ataukah mengabaikannya?
Tetapi... bisikan itu
Memaksaku tersadar dari mimpi panjangku
Sepi berteman angin yang bertiup kencang
Bersimpuh di atas sajadah
Bersama kain putih ini
Kau lantunkan dzikir dan do’a
Mengharap ridhomu

Mahasiswi KPI, Semester VI, Asal Sumenep

Share:

Puisi - Kehancuran Diri


KEHANCURAN DIRI
Oleh: Lailatul Husni

Semesta...
 ku tak terarah
Jika kau marah tanpa sebab
Mataku gelap ditengah cahaya
Tanganku kaku dengan kebuntuan
Dan lidahku kelu tak berlalu
saat dunia berhenti tanpa aba-aba
ku tak merasa molekul hitam
tersarang di kepala
ohhh.....
ku tak ingin itu terjadi
ku tak mau buta selamanya

*)Mahasiswi KPI, Semester VI, Asal Jember






Share:

Puisi - Daya Ku, Daya-Mu

Daya Ku, Daya-Mu

Oleh: Wahdaniyah

Semilir angin panggilku duhai syahdu
Memaksa raga untuk bernyawa
Masih setengah hidup aku memaksa

Tertatih-tatih ragaku melangkah


Dingin oh dingin, air surgamu menyentuhku
Perlahan terusap mengendap kedalam pori-pori
Bersamaan dengan lisan yang komat-kamit
Memanjat bait rasa suciku

Wahai pemilik segala jiwa raga
Harus dengan apalagi aku mengagung-MU
Walau dengan sekedar mencium tanah
Memberi kenikmatan sendiri pada kalbuku


*)Mahasiswi KPI, Semester VI, Asal Kalimantan
Share:

Puisi - Setitik Jembatan Rindu



Seputar rindu yang melekat,
tak berhenti mengiramakan nada kesayangan
tak berbunyi
namun hanya getaran yang ku rasakan
deru jantung yang menyala
tak hiraukan otot yang semakin mengatip daging
hanya satu yang ku inginkan
hanya satu yang ku harapkan
hanya satu yang ku nantikan
setitik jembatan rindu ku
Tuk... menemui-Mu..


Oleh: Lailaltul Husni, Asal Jember

Share:

Jumat, 15 Mei 2020

Puisi - Dari Mana Kau Berasal


Asal ku dari planet astral
yang tak mengenal perasaan
semua yang menghampiri ku
yaaa aku bunuh..., ku bunuh dengan karya
ku bius dengan kata bermakna
ku lumpuhkan dengan darah syairku
nada irama ku
akan ku keraskan untuk menyebrangi pulau terkutuk
kala aku sudah bebas
akan ku hempas dari paras yang mengeras
dengan ku peras semua benih-benih pekakas
yang terberantas oleh sifat-sifat malas

Lailatul Husni, Asal Jember


Share:

Sabtu, 01 Februari 2020

Puisi - Tangisan Demokrasi


TANGISAN DEMOKRASI
Oleh Triswanto*

Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam

Lembaga pendapat umum
tidak mengandung pertanyaan,
tidak mengandung perdebatan,
dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan

Apabila kritik hanya boleh lewat media,
maka mereka akan semakin bebas
mengkreasikan opini tanpa arah
dan tujuanyang jelas

Aku tidak melihat alasan,
kenapa harus diam tertekan dan termangu

Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar
dan duduk berdebat
menyatakan setuju dan tidak setuju

Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran?
kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan
ketegangan telah mengganti
pergaulan pikiran yang merdeka

Lalu kemanakah seruan demokrasi Indonesia?
terintimidasi dalam wacana uforia
ini kebahagiaan atau tangisan
yang termakhtub dalam pancasila

--------------------------------------------------------
*)Mahasiswa KPI, Semester VI, Asal Pragaan
Share:

Jumat, 03 Januari 2020

Puisi - Kalender Senja

Menepuk sesaknya dada
Akan kegelisahan hati

Menyapa senyum sumringah
akan lantunan itu
Terintimidasi dalam ruang dan waktu

Sepenggal baris kata
Setetes tinta
Menjamu manja
Disetiap sudut bahasa

Akuilah dirimu siapa !!!
Karna aku tak kan bertanya

Kamu siapa !!
Karena kisah ini
Telah berakhir
Dikalender senja

Oleh: Triswanto
Mahasiswa KPI Semester VI, Asal Pragaan Daya

Share:

Pengikut

Subscribe!

Mars IDIA Prenduan