Pages

Tampilkan postingan dengan label OPINI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label OPINI. Tampilkan semua postingan

Kamis, 17 Desember 2020

Pengertian Esai, Ciri, Jenis, Struktur, Bahasan dan Langkah Pembuatannya - Komunika

Pengertian Esai, Ciri, Jenis, Struktur, Bahasan dan Langkah Pembuatannya
Sumber gambar: https://pixabay.com/id/photos/dewasa-buku-harian-jurnal-1850177/

Pengertian Esai

Esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Pengarang esai disebut esais. Esai sebagai satu bentuk karangan dapat bersifat informal dan formal. Esai informal mempergunakan bahasa percakapan, dengan bentuk sapaan “saya” dan seolah-olah ia berbicara langsung dengan pembacanya. Adapun esai yang formal pendekatannya serius. Pengarang mempergunakan semua persyaratan penulisan.

Esai adalah sebuah komposisi prosa singkat yang mengekspresikan opini penulis tentang subyek tertentu. Sebuah esai dasar dibagi menjadi tiga bagian: pendahuluan yang berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi subyek bahasan dan pengantar tentang subyek; tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang subyek; dan terakhir adalah konklusi yang memberikan kesimpulan dengan menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai, atau menambahkan beberapa observasi tentang subyek.


Ciri-Ciri Esai

Secara umum sebuah karya dapat digolongkan ke dalam esai yaitu apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1.    Berbentuk prosa, artinya dalam bentuk komunikasi biasa, menghindarkan penggunaan bahasa dan ungkapan figuratif.

2.    Singkat, maksudnya dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua jam.

3.    Memiliki gaya pembeda. Seorang penulis esai yang baik akan membawa ciri dan gaya yang khas, yang membedakan tulisannya dengan gaya penulis lain.

4.    Selalu tidak utuh, artinya penulis memilih segi-segi yang penting dan menarik dari objek dan subjek yang hendak ditulis. Penulis memilih aspek tertentu saja untuk disampaikan kepada para pembaca.

5.    Memenuhi kebutuhan penulisan. Walaupun esai adalah tulisan yang tidak utuh, namun harus memiliki kesatuan, dan memenuhi syarat-syarat penulisan, mulai dari pendahuluan, pengembangan sampai ke pengakhiran. Di dalamnya terdapat koherensi dan kesimpulan yang logis. Penulis harus mengemukakan argumennya dan tidak membiarkan pembaca tergantung di awang-awang.

6.    Mempunyai nada pribadi atau bersifat personal, yang membedakan esai dengan jenis karya sastra yang lain adalah ciri personal. Ciri personal dalam penulisan esai adalah pengungkapan penulis sendiri tentang kediriannya, pandangannya, sikapnya, pikirannya, dan dugaannya kepada pembaca.


Jenis-Jenis Esai

Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis esai, terdiri atas:

·      Esai Deskriptif

Esai jenis ini dapat meluliskan subjek atau objek apa saja yang dapat menarik perhatian pengarang. Ia bisa mendeskripsikan sebuah rumah, sepatu, tempat rekreasi dan sebagainya.

·      Esai Tajuk

Esai jenis ini dapat dilihat dalam surat kabar dan majalah. Esai ini mempunyai satu fungsi khusus, yaitu menggambarkan pandangan dan sikap surat kabar/majalah tersebut terhadap satu topik dan isyu dalam masyarakat. Dengan Esai tajuk, surat kabar tersebut membentuk opini pembaca. Tajuk surat kabar tidak perlu disertai dengan nama penulis.

·      Esai Cukilan Watak

Esai ini memperbolehkan seorang penulis membeberkan beberapa segi dari kehidupan individual seseorang kepada para pembaca. Lewat cukilan watak itu pembaca dapat mengetahui sikap penulis terhadap tipe pribadi yang dibeberkan. Disini penulis tidak menuliskan biografi. Ia hanya memilih bagian-bagian yang utama dari kehidupan dan watak pribadi tersebut.

·      Esai Pribadi

Hampir sama dengan esai cukilan watak. Akan tetapi esai pribadi ditulis sendiri oleh pribadi tersebut tentang dirinya sendiri. Penulis akan menyatakan “Saya adalah saya. Saya akan menceritakan kepada saudara hidup saya dan pandangan saya tentang hidup”. Ia membuka tabir tentang dirinya sendiri.

·      Esai Reflektif

Esai reflektif ditulis secara formal dengan nada serius. Penulis mengungkapkan dengan dalam, sungguh-sungguh, dan hati-hati beberapa topik yang penting berhubungan dengan hidup, misalnya kematian, politik, pendidikan, dan hakikat manusiawi. Esai ini ditujukan kepada para cendekiawan.

·      Esai Kritik

Dalam esai kritik penulis memusatkan diri pada uraian tentang seni, misalnya, lukisan, tarian, pahat, patung, teater, kesusasteraan. Esai kritik bisa ditulis tentang seni tradisional, pekerjaan seorang seniman pada masa lampau, tentang seni kontemporer. Esai ini membangkitkan kesadaran pembaca tentang pikiran dan perasaan penulis tentang karya seni. Kritik yang menyangkut karya sastra disebut kritik sastra.


Struktur Esai

Untuk menulis esai yang baik, terdapat susunan atau struktur dari eai yang harus diperhatikan penulis. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1.    Pendahuluan

Di dalam pendahuluan, kita dapat mengungkapkan topic atau tema yang akan dibahas dalam keseluruhan esai. Unsur-unsur yang ada di dalam pendahuluan adalah latar belakang dan pendapat pribadi penulis mengenai tema yang akan dibahas secara lebih jelas dan detil pada bagian selanjutnya. Pendahuluan menjadi pengantar pembaca untuk memahami topic yang akan dibahas sehingga pembaca lebih mudah menelaah isi esai.

2.    Isi/Pembahasan

Isi atau pembahasan adalah bagian dari esai yang menjelaskan tema/topic tulisan secara lebih detil. Di dalam isi, penulis menjabarkan pendapatnya secara kronologis atau urut sesuai dengan ide yang disusun dalam kerangka sehingga esai menjadi koheren.

3.    Kesimpulan/Penutup

Kesimpulan adalah bagian terakhir dalam esai. dal Bagian ini berisi kalimat yang merangkum atau menyimpulkan apa yang sudah disampaikan di pendahuluan dan pembahasan. Kesimpulan tidak boleh melebar ke topik lain.


Bahasa Esai

Bahasa yang digunakan dalam esai pada umumnya sama dengan karya ilmiah, yaitu:

·      Baku

Struktur yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa indonesia baku, baik mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata/istilah, dan penulisan sesuai dengan kaidah ejaan yang disempurnakan (EYD).

·      Logis

Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal.

·      Ringkas

Ide dan gagasan diungkapkan dengan kalimat pendek sesuai dengan kebutuhan, pemakaian kata seperlunya, tidak berlebihan, tetapi isinya bernas

·      Runtun

Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya baik dalam kalimat maupun dalam paragraf.

·      Denotatif

Kata yang diungkapkan dengan kalimat pendek sesuai dengan kebutuhan, pemakaian kata seperlunya, tidak berlebihan, tetapi isinya bernas.

Langkah Pembuatan Esai

Berikut ini terdapat beberapa langkah pembuatan esai, terdiri atas:

·      Menentukan tema atau topi. Menentukan tema atau topik yang ingin dibicarakan dalam sebuah esai dan dituangkan menjadi sebuah gagasan pokok berupa satu kalimat lengkap, dimana gagasan pokok merupakan pandangan atau pendirian mengenai topik yang dipilih.

·      Membuat outline atau garis besar ide-ide yang akan dibahas. Tujuan dari pembuatan outline adalah meletakkan ide-ide tentang topik anda dalam naskah dalam sebuah format yang terorganisir. Kemudian  tuliskan garis besar ide anda tentang topik yang anda maksud

·      Menuliskan pendapat kita sebagai penulisnya dengan kalimat yang singkat dan jelas.

·      Menulis tubuh esai. Dimulai dengan memilah poin-poin penting yang akan dibahas, kemudian buatlah beberapa subtema pembahasan agar lebih memudahkan pembaca untuk memahami maksud dari gagasan kita sebagai penulisnya, selanjutnya kita harus mengembangkan subtema yang telah kita buat sebelumnya.

·      Membuat paragraf pertama yang sifatnya sebagai pendahuluan.

·  Menuliskan kesimpulan. Ini penting karena untuk membentuk opini pembaca kita harus memberikan kesimpulan pendapat dari gagasan kita sebagai penulisnya. Karena memang tugas penulis esai adalah seperti itu. Berbeda dengan penulis berita di media massa yang seharusnya (memang) bersikap netral.


Share:

Jumat, 25 September 2020

Membaca Kritis Sebagai Penangkal Hoak

Membaca Kritis Sebagai  Penangkal Hoak

Oleh: Muh. Heriadi*


    Membaca merupakan sebuah kegiatan yang sering kita lakukan untuk memperoleh suatu ilmu maupun informasi, dengan  berbagai macam media baik buku maupun internet. Pada dewasa ini, semuanya telah dapat diakses secara cepat dan mudah karena tekhnologi dan informasi telah semakin canggih. Kemajuan tekhnologi dan informasi tidak dapat kita pungkiri lagi karena dari zaman ke zaman pasti akan mengalami suatu perubahan.

    Majunya teknologi dan informasi membuat kita seolah-olah berada dalam genangan informasi. Setiap hari bahkan setiap detik selalu ada informasi baru yang kita lihat dan baca baik itu berupa berita, artikel, opini dan lain sebagainya yang tersebar di media sosial. Dari banyaknya informasi baru yang masuk pada akun media sosial kita, pernahkah kita bertanya apakah semua itu benar? Dari manakah sumber datanya? Dan siapakah penulisnya? Pertanyaan seperti ini sering sekali kita abaikan, sehingga membuat kita menerima sepenuhnya tanpa menelaah terlebih dahulu. Sehingga hal inilah yang menjadi kesempatan bagi oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan media sebagai alat untuk menipu dan mempropoganda suatu golongan sehingga akibatnya hoakpun merajalela.

    Melihat banyaknya hoak yang telah menyebar di kehidupan kita maka langkah yang perlu kita terapkan adalah membaca kritis. Membeaca kritis merupakan kegiatan membaca dengan aktif, reflektif, hati-hati, dan analitis. Membaca kritis berarti membuat pembaca mampu merefleksikan isi, sumber data, struktur kepenulisan, dan maksud dan tujuan yang ingin disampaikan oleh penulis melalui tulisannya (www.qureta.com).  Membaca kritis tidak hanya perlu diterapkan oleh kalangan pelajar disebuah pendidikan formal saja, namun membaca kritis menjadi kewajiban kita semua, dari kalangan remaja, dewasa, bahkan kalangan tua sekalipun.

    Dalam laporan Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (kominfo) menyatakan bahwa Indonesia termasuk dalam enam besar negara pengguna internet didunia setelah Tiongkok, Amerika Serikat, India, Brazil, dan jepang (kominfo.go.id). Besarnya angka penggunaan internet inilah yang membuat hoak semakin mudah menyebar di kalangan masyarakat sehingga tidak sedikit dari masyarakat kita yang terkena kasus penipuan, kekerasan, perpecahan antar kelompok, dan lain sebagainya. Semua itu penyebabnya tidak lain, yaitu menerima semua informasi tanpa dianalisis terlebih dahulu.

    Mudahnya mempercayai dan membenarkan suatu informasi, inilah yang menjadi penyebab hoak berkembang dengan cepat. Melihat hal ini maka pentting  sekali kita membiasakan diri untuk membaca kritis. Seorang pembaca kritis akan berangapan bahwa tidak semua teks mengandung ilmu pengetahuan, dan setiap informasi semuanya benar. Namun bagi pembaca kritis akan mengidentifikasikan terlebih dahulu pola-pola yang muncul dalam tulisan baik itu informasi, nilai, asumsi, bahkan bahasa yang digunakan oleh seorang penulis.

    Seorang pembaca kritis dengan orang yang hanya sekedar membaca biasa tentu berbeda. Seorang yang membaca biasa akan mudah terpengaruhi oleh apa yang mereka baca. Kita angkat suatu contoh sebuah berita hoak beberapa bulan yang lalu tentang gempa susulan di Palu dengan kekuatan 8,1 SR dan berpotensi terjadi tsunami besar, yang tersebar di media sosial. Hal ini tentu akan membuat warga Palu yang mempercayainya akan ketakutan, namun setelah dilakukan penelusuran mendalam tentang berita tersebut berita itu adalah berita hoak. Inilah suatu contoh kenapa membaca kritis itu perlu sekali kita terapkan, agar kita tidak mudah terpengaruhi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

    Membaca kritis sudah bukan lagi suatu pilihan saat ini, dan membaca kritis bukan lagi hal yang perlu ditunda-tunda lagi, namun membaca kritis sudah menjadi hal yang mutlak yang perlu diterapkan untuk menangkal semua hoak yang menyebar ditengah-tengah kita, agar kerukunan dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat tetap terjaga. Sehingga dengan kemampuan membaca kritis tidak lagi ada penipuan, kekerasan, dan propaganda baik anatar kelompok, organisai, partai politik, maupun agama, dan  eksistensi dari semboyan kita Bhineka Tunggal Ika benar-benar terjaga. Selain untuk menangkal hoak, membaca kritis juga melatih kita untuk berpikir kritis dan melatih kita untuk tidak lebih berkepala dingin terhadap suatu isu yang sedang viral. selain itu, dengan membaca kritis membuat kita untuk dapat menghargai pola pikir dan sudut pandang orang lain yang tidak sama dengan pemikiran dan sudut pandang kita. 

*Mahasiswa IDIA Prenduan/KPI/ Semester V


Share:

Minggu, 20 September 2020

Lebih Mudah Jurnal atau Buku?

Skripsi adalah salah satu penentu kelulusan seorang mahasiswa S1 atau strata 1 di institusi pendidikan tinggi. Dalam mengerjakan tugas akhir tentu banyak kendala dan masalah yang menjadi rintangan terhadap selesainya tugas akhir tersebut, apalagi untuk tahun ini pada masa-masa transisi, IDIA Prenduan mulai menerapkan tugas akhir kampus menjadi Jurnal dan Buku. tentunya ini menjadi hal baru bagi mahasiswi yang akan wisuda tahun ini?

Kira-kira apa saja yang menjadi kendala bagi mereka? dan mereka lebih condong kemana, Buku atau Jurnal? Simak video dibawah ini! ngobrol santai bersama mahasiswa semester akhir IDIA Prenduan



Share:

Sabtu, 16 Mei 2020

Keselamatan Peradaban dengan Pendidikan Pesantren


Lembaga pendidikan yang dibangun dengan konsep timpang dan tidak seimbang, hanya memperhatikan aspek-aspek duniawi dan mengabaikan aspek-aspek ukhrawi, atau sebaliknya, adalah tidak sesuai dengan konsep dasar Islam. Menggunakan pandangan yang timpang menyebabkan ketimpangan ilmu yang dihasilkan, yang pada gilirannya akan menyebarkan wabah kerusakan moral dan etika. Inilah yang banyak terjadi pada kebanyakan lembaga saat ini. Kerusakan ilmu secara merata telah terjadi pada mayoritas perguruan tinggi di Indonesia.
Kekeliruan konsep ilmu di dunia pendidikan tinggi di Indonesia telah melahirkan dua kondisi yang memperhatinkan. Pertama, di perguruan tinggi umum terjadi kebodohan terhadap ilmu-ilmu agama. Kampus-kampus umum banyak melahirkan sarjana-sarjana yang nyaris buta terhadap fardhuain sepanjang hidupnya. Kedua, di perguruan Islam terjadi kekacauan ilmu. Berbagai perguruan tinggi ini melahirkan sarjana-sarjana agama yang keliru ilmunya, yang kemudian disebarkan ke tengah masyarakat. Lebih parah lagi, sarjana-sarjana yang justru ragu dengan agamanya sendiri. padahal sarjana agama inilah yang akan menempati pos-pos strategis dalam bidang keagamaan, sebagai guru agama, dosen agama, pimpinan pesantren dan organisasi islam.
Secara prinsip, pesantren berbeda dengan pendidikan lain, pendidikan pesantren memegang tiga prinsip pokok, yaitu ilmu, amal dan ikhlas. Tiga pokok lainnya; iman, Islam dan ihsan. Mempelajari Islam sekaligus ilmu-ilmu Islam tidak bisa dilakukan secara setengah-setengah. Selain teori dan praktik, ia tidak bisa dilepaskan dari etika, proses atau tata cara mencari dan mempelajari ilmu yang diajarkan dalam Islam. Jika ilmu-ilmu agama harus dipelajari secara serius, berkesinambungan, dalam waktu tertentu dengan perencanaan dan konsep yang matang, maka dimanakah tempat yang paling tepat bagi kita untuk mempelajarinya?, jawaban dari semua itu adalah “Pesantren”. tentu saja tidak ada keraguan sedikitpun, bahwa pendalaman ajaran agama hanya ada di pesantren. Di pesantren ajaran-ajaran dan ilmu-ilmu agama dipelajari secara serius, total konsiten. Hanya pesantren yang mengajarkan agama secara total, baik secara teori, praktik dan etikanya, sehingga dapat diterapkan secara utuh dalam segenap aspek sosial-kehidupan yang dijalani. Dengan demikian dapat diterapkan di setiap bidang kehidupan manusia, sehingga benar-benar menebarkan rahmat bagi alam semesta. (wallahu a’lam).

Oleh: Wahdaniyah
Mahasiswi KPI, Semester VI, Asal Kalimantan

Share:

Sabtu, 04 April 2020

Percepatan Gerakan Pemerintah, Tekankan Angka Pasien Covid-19


Angka kematian global akibat Covid-19 semakin bertambah, Italia dengan statistika 10 persen, Spanyol 7 persen, kemudain Indonesia 8 persen, sementara Jerman berada di bawah 0,5 persen, kondisi Indonesia menjadi semakin parah kian hari.
Keadaan yang parah ini butuh pergerakan cepat dari pemerintah Indonesia untuk segera memutuskan kebijakan demi keselamatan masyarakat. Bukan untuk kalangan menengah ke atas saja, melainkan juga dibutuhkan alternatif yang dibutuhkan oleh rakyat menengah ke bawah, hingga kini, kebutuhan pelayanan baik perawatan kesehatan, alkes, dan penanggulangan penyakit semakin terasa dibutuhkan, setelah memburuknya perekonomian dunia.
Bila melihat data kematian dari beberapa negara tersebut, nampak bagaimana Indonesia bisa berkaca pada Jerman yang mampu meminimalisir angka korban jiwa akibat virus korona. Pakar virus dan epidemi dari rumah sakit Charite di Berlin, sekaligus penasihat pemerintah Jerman, menyatakan jumlah kematian yang relatif kecil dikarenakan Jerman melakukan tes corona secara cepat dan luas
"Angka kematian relatif rendah, karena kami melakukan sangat banyak diagnosis laboratorium Covid-19 dibandingkan negara-negara Eropa lain. Selain itu, Jerman punya lebih banyak waktu mempersiapkan kapasitas laboratorium dan perawatan intensif pasien corona.”
Jerman juga memiliki jaringan laboratorium independen yang banyak diantaranya mulai melakukan tes paling awal, sejak Januari lalu yang dikembangkan oleh para peneliti di Charlie, ketika jumlah kasus masih sangat rendah. Tingginya jumlah laboratorium telah meningkatkan kapasitas penyaringan nasional, dan RKI memperkirakan bahwa 12 ribu orang dapat diuji dalam sehari di Jerman. Karena itu, mendapatkan tes di Jerman lebih mudah daripada di beberapa negara lain.
Namun, para ahli Italia juga menjelaskan, bahwa Jerman tidak seperti negara lain dimana 1tidak ada uji pasca kematian (post-mortem). Yang cenderung tidak menguji mereka yang sudah meninggal. "Kami tidak menganggap tes post-mortem sebagai faktor penentu. Kami bekerja berdasarkan prinsip bahwa pasien diuji sebelum mereka meninggal," jelas RKI. Selain itu, peralatan medis Jerman lebih baik dibandingkan negara Eropa lainnya,seperti Perancis hanya memiliki sekitar tujuh ribu dan Italia sekitar lima ribu, sementara Jerman menyediakan 25 ribu tempat tidur perawatan intensif lengkap dengan alat pernapasan.
Untuk tetap mengkondisikan pasien di rumah sakit, Jerman juga bersedia menyiapkan tempat tidur untuk perawatan pernapasan yang intensif. Hotel dan aula besar pundigunakan kembali layaknya rumah sakit darurat untuk pasien yang memiliki gejala kurang serius. Sehingga, rumah sakit di setiap daerah dapat digunakan untuk merawat pasien dengan kondisi parah.Tingginya populasi penduduk Eropa, menunjukkan resiko yang lebih besar terkena wabah, terutama lansia. Situasi akan bertambah parah tanpa penanganan cepat untuk pasien usia lanjut bahkan bisa tidak memadai. Akan tetapi, tindakan cepat yang dipikirkan dan dilakukan oleh pihak medis Jerman, mampu memutus penyebaran virus dan meminimalisir angka kematian pasien akibat Covid-19.
Penyediaan sarana dan prasarana, seperti kelengkapan Alkes yang dimiliki negara tersebut tidak lepas dari campur dari tindakan relawan Jerman untuk segera menyelawatkan setiap jiwa, baik penderita maupun penduduk Jerman. Demikian dengan pemerintah yang mengambil tindakan cepat demi mendukung penanganan tim medis, baik dalam segala kebijakan, koordinasi dan pemenuhan kebutuhan kesehatan.
Hingga 29 Maret, jumlah kasus di Indonesia mencapai 1.285 positif, 114, meninggal 64 dinyatakan sembuh. Kasus yang merebak sekian banyak, baru dikabarkan dari kompas.com (29/03). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah menyiapkan lahan untuk pembangunan gudang dan posko logistik penanganan virus Corona (Covid-19). Gudang dan posko logistik covid-19, yang terletak di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. 
Penyiapan lahan ini pun dilakukan atas permintaan Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Baswedan. Bangunan yang berupa Weight Hall ukuran 10x32 meter ini, masih akan digarap selama 5 hari siang-malam. Penyiapan ini sebenarnya bisa dilakukan jauh hari sebelum jumlah membengkak, sesuai dengan kondisi pasien di lapangan agar bisa melakukan penanganan lebih cepat, serta tidak terjadi pembeludakan di rumah sakit bagi orang yang masih mengalami gejala atau pematauan.
Sementara disisi lain, masih banyak alasan mengapa rakyat Indonesia belum mematuhi sepenuhnya arahan pemerintah, diantaranya adalah lingkungan sosial yang masih belum betul-betul percaya akan bahaya, dan dampak virus tersebut di area yang tidak terpapar, pemenuhan kebutuhan pangan, ekonomi yang kian memburuk, dan belum adanya laternatif dari pemerintah dari lockdown yang di lakukan sebagian daerah, bagi para pekerja usaha kalangan menengah ke bawah yang mana, mereka mengandalkan usaha harian mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga aktifitas berkumpul dan memasuki kawasan yang terpapar virus korona masih dilakukan.
Butuh koordinasi lebih luas dan lebih cepat lagi dalam menangani permasalahan ini, untuk menekan jumlah yang semakin tinggi. Intruksi dari beberapa badan pemerintah perlu diselaraskan dengan alternatif untuk rakyat dan perlu dukungan penuh dari rakyat, agar wabah tidak semakin melebar ke segala penjuru wilayah. Koordinasi bisa dilakukan dengan baik bila keduanya saling mendukung, pemerintah memenuhi kebutuhan rakyat, terutama untuk rakyat menengah kebawah dimana mereka membutuhkan alternatif lebih, dari pada sekedar menuruti intruksi kebijakan pemerintah.

Share:

Senin, 30 Maret 2020

Pentingnya Pendidikan Karakter di Sekolah - Oleh Ahmad Huzaini


Globalisasi yang ada di hadapan kita sebagai sebuah fakta yang tidak bisa kita pungkiri, globalisasi memberi peluang dan fasilitas kepada kita yang sungguh amat luar biasa, globalisasi telah menembus semua penjuru dunia, bahkan sampai daerah terpencil sekalipun, masuk ke rumah-rumah,  memborbardir pertahanan moral dan agama, sekuat apapun dipertahankan. Televisi, Internet, Koran, Handphone, dan lain sebagainya adalah media informasi dan komunikasi yang berjalan dengan cepat, menggulung sekat-sekat tradisional yang selama ini dipegang kuat-kuat. Moralitas menjadi longgar, Sesuatu yang dulu di anggap tabu sekarang menjadi biasa-biasa saja. Cara berpakaian, berinteraksi dengan lawan jenis, menikmati hiburan di tempat-tempat spesial dan menikmati narkoba menjadi tren dunia modern yang sulit di tanggulangi. Globalsasi menyediakan seluruh fasilitas yang dibutuhkan manusia, negatif maupun positif. Banyak manusia terlena dengan menuruti seluruh keinginannya, apalagi memiliki rezeki melimpah dan lingkungan yang kondusif. Akhirnya, apa akibat yang timbul? karakter anak bangsa berubah menjadi rapuh, mudah diterjang ombak, terjerumus dalam tren budaya yang melenakan, dan tidak memikirkan akibat yang ditimbulkan. Prinsip-prinsip moral, budaya bangsa, dan perjuangan hilang dari karakteristik mereka. Inilah yang menyebabkan dekadensi moral serta hilangnya kreatifitas dan produktifitas bangsa. Saat ini, tidak sulit lagi bagi kita untuk mendapatkan gambar-gambar yang mempertontonkan bentuk-bentuk tubuh lewat majalah, televisi, bahkan handphone pun menjadi alat penyebar porno aksi, dan penampilan iklan yang menunjukkan kemolekan tubuh. Praktek seks pranikah yang dilakukan oleh pelajar semakin hari semakin meningkat dan hampir seimbang jumlahnya antara di kota dan daerah-daerah. Hal ini terjadi karena pengaruh budaya barat dan media melalui tayangan-tayangan yang vulgar serta cenderung mengarah pada pornografi dan pornoaksi.
Dengan melihat kenyataan diatas, pendidikan karakter sangat mendesak untuk diberlakukan di negeri ini. Dengan cara mengoptimalkan peran sekolah sebagai pionir. Pihak sekolah harus bekerja sama dengan keluarga, masyarakat, dan elemen bangsa yang lain demi suksesnya agenda besar menanamkan karakter kuat kepada peserta didik sebagai calon pemimpin bangsa dimasa yang akan datang. Mengapa harus lembaga pendidikan? Sebab, tanggung jawab utama Negara dan masyarakat dalam mempersiapkan kader masa depan yang berkualitas di bidang ilmu, moral, mental, dan perjuangan adalah lembaga pendidikan. Tapi kenyataannya, lembaga pendidikan formal selama ini disinyalir hanya mementingkan aspek kecerdasan akademik, serta menganak tirikan aspek kecerdasan emosi dan spiritual,   pendidikan sekolah selama ini bisa dikatakan gagal pada aspek karakter. Sekolah terlalu terpesona dengan target-target akademis, dan melupakan pendidikan karakter. Sehingga membuat kreatifitas, keberanian, kemandirian, dan ketahanan anak didik dalam melalui berbagai ujian hidup menjadi rendah. Anak mudah frustasi, menyerah, dan kehilangan semangat juang sampai titik darah penghabisan. Lebih ironisnya, bahkan perguruan tinggi sekalipun, lebih menekankan pada perolehan nilai ulangan maupun ujian. Banyak guru yang berpandangan bahwa peserta didik dikatakan baik kompetisinya apabila nilai hasil ulangan atau ujiannya tinggi.
Karakter merupakan aspek yang penting untuk kesuksesan kita di masa depan, jadi apabila kita sudah mempunyai karakter yang kuat pasti akan terbentuk dalam diri kita mental yang kuat pula. Kalau mental kita sudah kuat akan terlahir spirit yang kuat, pantang menyerah, berani mengurangi proses yang panjang, dan berani menerjang arus badai dan gelombang  berbahaya yang menerpa kita. Karakter yang kuat merupakan prasyarat bagi kita untuk menjadi seorang pemenang dalam medan kehidupan, apalagi di era globalisasi ini. Tidak akan pernah ada peluang bagi kita untuk menjadi pemenang, apabila kita mempunyai karakter yang lemah. Kita akan menjadi pecundang, menjadi sampah masyarakat, dan kita akan tersingkirkan dalam proses kompetisi kehidupan yang ketat seperti saat ini, sebab kita tidak mempunyai prinsip, serta tidak mempunyai keberanian untuk menerjang gelombang, ombak dan badai kehidupan yang dahsyat. Kita akan menjadi orang yang penakut, ceroboh dan pergerakan kita bisa dibaca dengan mudah oleh orang lain. Oleh karenanya, tanggung jawab utama negara dan masyarakat dalam mempersiapkan kader-kader masa depan yang berkualitas di bidang ilmu, moral, mental, dan perjuangan adalah dimulai dari lembaga pendidikan. Pendidikan karakter merupakan pendidikan budi pekerti plus, yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Tanpa ketiga aspek diatas, pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang di terapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Karena dengan kecerdasan emosi, seseorang akan lebih mudah berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan  di Indonesia adalah pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, yang bertujuan membina kepribadian generasi muda. Pendidikan karakter juga berpijak pada karakter dasar manusia yang bersumber dari  nilai moral universal (bersifat absolut) agama, Pendidikan karakter memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak pada nilai-nilai karakter dasar tersebut. Beberapa nilai karakter dasar tersebut antara lain  cinta kepada Allah Swt dan ciptaan-Nya, tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli dan kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, serta cinta persatuan.
Pendidikan karakter di sekolah harus berpijak pada nilai-nilai karakter dasar manusia dan di kembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen  harus dilibatkan. Komponen tersebut meliputi isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pemberdayaan sarana dan prasarana, pembiayaan, serta etos kerja seluruh komponen sekolah atau lingkungan. Jadi sangat diperlukan peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Mengingat fenomena sosial yang meningkat dan semakin berkembang, seperti kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karenanya, lembaga pendidikan sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapakan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.(*)
Share:

Sabtu, 29 Februari 2020

Budaya Penelitian Dalam Masyarakat - Oleh Rocky Mahardika


Paradigma yang berkembang di kalangan masyarakat kita sekarang adalah dunia penelitian selalu dikaitkan dengan kalangan akademisi atau pendidikan saja. Kalau kita kaji lebih dalam lagi maka hal ini wajar dikarnakan  selama ini yang memang aktif serta terjun langsung kedalam dunia penelitian ini adalah mereka yang berperan aktif dalam dunia pendidikan. Baik mereka yang berpropesi guru ataupun sebagai objek pendidikan yaitu mahasiswa. Selain menganggap dunia penelitian selalu di kaitkan dengan kaum terpelajar saja, rupanya masyarakat kita juga memandang dunia penelitian merupakan dunia yang harus memiliki biaya yang cukup besar serta memakan waktu yang relatif panjang. Sudut pandang ini timbul dikalangan masyarakat kita dikarnakan mereka melihat dari panjang nya rentetan kegiatan penelitian tersebut serta membutuhkan daya keseriusan yang sangat tinggi. Oleh karna itu, dua problematika ini yang menjadi sudut pandang besar mengenai penelitian yang berkembang di masyarakat kita umumnya.
Sebenarnya jikalau kita ingin sedikit saja membuka mata mengenai hakikat pendidikan dan penelitian, dua hal besar ini tidak dapat kita pisahkan satu sama lain. Dikarnakan sebagaimana kita ketahui didalam tri darma perguan tinggi hal pertama yaitu pendidikan dan kemudian hal kedua penelitian dua hal ini selalu berkaitan dan saling melengkapi di dunia akademisi. Akan tetapi, penelitian bisa kita buat lebih murah asalkan dengan catatan paradigma penelitian itu hal pertama yang menjadi target pencapaian nya yaitu agar dapat mengajarkan kepada semua orang mengenai cara berpikir ilmiah dalam artian dengan adanya penelitian itu sendiri kita diajarakan bagaimana menarik satu kesimpulan dari hasil data yang logis, sesuai dengan tahap kejadian yang sistematis dan juga sesuai dengan metodelogis aturan-aturan yang ada. Namun kembalilagi ke masayrakat kita yang sekarang bahwa satu paradigm besar yang berkembang di masyarakat kita umumnya yaitu mereka memandang selama ini penelitian merupakan satu hal yang mahal dan kemudian hanya biasa dilakukan oleh komunitas terpelajar saja, kalau kita berkaca kepada paradigma ini maka secara tidak langsung telah menciptakan jarak antara penelitian dengan ruang kehidupan masyarakat kita.
Sebenarnya satuhal yang sangat-sangat saya takutkan ketika paradigma ini berkembang di masyarakat kita. Selain sulitnya tradisi penelitian ditemukan dikalangan masyarakat, maka akan terciptanya alasan lain mengapa paradigma ini berkembang. Fakta yang sangat mengejutkan bahwa menurut UNESCO system pendidikan Indonesia berada di peringkat 108 dunia dengan skor 0,063. Secara garis besar system pendidikan tanah air masih dibawah palestina, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, Singapura. Jikalau kita kaitkan dengan paradigma masyarakat mengenai penelitian, maka factor terbesarnya ada pada rendahnya tingkat pendidikan masyarakat.
Tingkat pendidikan masyarakat kita yang yang secara garis besar menegah kebawah, menimbulkan sistematika pemikiran yang beranggapan bahwa hasil merupakan tujuan utama sedangkan proses sebelum mendapatkan hasil dinomordua kan. Padahal didalam dunia penelitian, hasil bukanlah satuhal segalanya dikarnakan mengapa sebagus apapun hasil yang kita peroleh akan tetapi tidak sesuai dengan proses, dalam artian proses yang kita lakukan salah sistematika dari proses tersebut tidak logis dan metodologis maka hasil tidak ada artinya.
Selain dari tingkat pendidikan, ada factor lain yang menjadi pendorong budaya penelitian di masyarakat. Ada sebuah penelitian yang mengungkapkan bahwa dikawasan Asia Afrika, hasil penelitian yang diperoleh para peneliti hanya 20% saja yang di pakai oleh para aparatur pemerintah. Coba kita bayangkan ketika para aparatur pemerintah telah memandang sebelah mata mengenai penelitian, maka secara tidak langsung akan berdampak kepada kelancaran penelitian itu sendiri salah satu contoh kecil saja yaitu di bidang kelancaran dana penelitian, jikalau pemerintah sudah acuh tak acuh terhadap penelitian maka para peneliti akan sulit untuk mendapatkan dana penelitian. Jadi selain factor pendidikan kebijakan pemerintah juga berdamfak terhadap tingkat budaya penelitian di kalangan masyarakat kita.
Dan sekarang pertanyaan besar dibenak kita semua bagaimana agar timbulnya budaya penelitian di masyarakat kita? Perlu kita ketahui terlebih dahulu maksud dari budaya penelitian disini adalah budaya masyarakat yang memiliki budaya berpikir ilmiah. Agar dapat menciptakan ini semua maka kita bisa memanfaatkan kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat kita bisa menempatkan figure yang memang berkompeten dalam bidang penelitian di setiap kelompok sosial masyarakat agar bisa dijadikan bahan refrensi bagi masyarakat. Juga kita bisa mengadakan acara dengan mengundang para pakar penelitian agar dapat kita ambil ilmunya serta pengalamannya didunia penelitian. Tujuan mengapa targetnya lebih kepada kelompok sosial masyarakat dibandingkan individual masyarakat dikarnakan diharapkan dengan kelompok sosial gerakan penelitian ini mampu dengan cepat dipahami oleh masyarakat dan juga agar dapat lebih memenejem waktu agar tidak terlalu banyak memakan waktu.
Dan pada akhirnya pada para peneliti mudalah kita menaruh harapan besar agar sebuah penelitian tidak lagi menjadi hal tabu bagi masyarakat kita akan tetapi masyarakat kita dapat hidup berdampingan dengan sebuah penelitian. Maka sudah saat nya bagi para peneliti muda kita agar dapat memulai secepat mungkin dan juga bisa sesederhana mungkin dalam sebuah penelitian, karna hal tersebut bisa dibilang pondasi awal agar dapat membangkitkan budaya masyarakat yang berperan aktif dalam dunia penelitian.

Share:

Sabtu, 01 Februari 2020

Pemimpin Perempuan, Bolehkah? - Ust. Ikhwan Amaly, M.Fil.I


        Pemikiran Islam Kontemporer adalah pemikiran Islam yang berkembang pada masa modern (Abad ke-19) hingga saat ini. Ciri dari Islam Kontemporer yaitu berkembangnya pemikiran baru dalam menafsirkan Al-Qur’an dan peradaban Islam. Lantas, bagaimana Islam Kontemporer memandang perempuan yang menjadi pemimpin suatu golongan? Berikut obrolan redaksi Komunika Rohmadi Alfarisi dengan salah satu dosen IDIA  Prenduan, pengampu materi Dunia Islam Kontemporer, Kamis (30/01/20).

Apa yang dimaksud dengan Islam Kontemporer?

  Islam kontemporer terdiri dari dua istilah yang berbeda. Islam adalah risalah yang memuat akumulasi anturan, nilai, moral yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad melalui Jibril As, sebagai rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ‘Alamin). Sedangkan kontemporer merupakan sebuah era atau fase yang dimulai sejak abad ke-19 hingga sekarang. Dalam pemahaman yang sederhana, kontemporer adalah kekinian, aktual dan segala hal yang berkaitan dengan masa sekarang. Dari definisi istilah di atas, maka yang dimaksud dengan Islam kontemporer adalah dialektika Islam sebagai sebuah agama yang memuat aturan dan tata nilai dengan era kekinian.

Bagaimana kita memaknai Islam Kontemporer itu sendiri?

     Sebenarnya tidak ada problem terkait dengan istilah Islam kontemporer karena pada hakikatnya, Islam adalah agama yang selalu relevan dengan perkembangan zaman (Shahih li Kulli az-Zaman wa al-Makan). Namun, akar problemnya adalah bagaimana wacana keislaman kontemporer merespon isu-isu yang berkembang dalam bentangan era tersebut. Salah satu isu yang menjadi kegelisahan akademik dan para pemikir muslim kontemporer adalah potret kemunduran Islam di era kontemporer, (لماذا تأخرالمسلمون وتقدم غیرھم).
Isu ini mematik perdebatan hangat di kalangan para pemikir muslim sehingga membentuk ruang wacana yang beragam.

Seperti yang antum katakan, bahwa Islam Kontemporer juga disebut sebagai Islam kekinian atau era sekarang. Lalu bagaimana dengan perempuan (muslimah) yang menjadi pemimpin?

  Persoalan kedudukan pemimipin perempuan merupakan salah satu wacana pemikiran Islam kontemporer. Wacana ini muncul seiring dengan perubahan struktur sosial masyarakat kontemporer dalam melihat status perempuan. Di Barat misalnya, terdapat pemikir yang terafiliasi dalam komunitas pegiat Gander, mereka menuntut sistem patriarki yang mengakar kuat dalam sistem sosial. Mereka menggugat superioritas kaum laki-laki dan menuntuk hak perempuan agar tidak didudukkan sebagai pihak yang inferior. Mereka menuntut persamaan hak antara laki-laki dan perempuan termasuk dalam urusan hak pastisipasi politik. Jika melihat struktur sosial masyarakat kontemporer memang terjadi perubahan yang sangat jauh dengan struktur sosial masyarakat pada zaman peradaban Islam klasik. Namun pertanyaannya adalah bagaimana wacana keislaman merespon arus perubahan tersebut? Di dalam dunia Islam sendiri, jika merujuk pada teks agama sebagai sumber otoritatif. Maka ketika Islam berbicara tentang kepemimpinan sebenarnya yang menjadi prinsip utama adalah soal keadilan sosial. Artinya, syarat utama dalam kepemimpinan bukan soal jenis kelamin (gander) akan tetapi soal kapasitas dan integritas dalam menciptakan keadilan sosial. Jika merujuka kepada sejarah Islam klasik, kita akan dapatkan beberapa kaum perempuan sebagai perawi hadis, misalnya Aisyah, ada juga seorang sufi terkenal dengan konsep mahabbahnya yaitu Rabi'ah al-Adawiyah. Peradaban klasik sebenarnya sudah memberikan dasar pijakan kepada kita bahwa perempuan boleh menjadi apa saja asal memiliki kualitas, integritas dan kapasitas di hidangnya masing-masing. Memang terjadi perdebatan antara pemikir muslim terkait persoalan kedudukan pemimpin perempuan, namun hal itu dalam hemat saya persoalan khilafiah bukan persoalan yang prinsip di dalam hal kepemimpinan.

Apakah hal tersebut tidak termasuk menyalahi ayat Arrijalu Qowwamuna ‘Alan Nisa’?

  Memang ayat tersebut seringkali dijadikan dasar teologis di dalam memahami kedudukan antara laki-laki dan perempuan dalam segala aspek. Namun, jika dikaji secara holistik, sebenarnya ayat tersebut tidak berbicara dalam konteks kepemimpinan, namun berbicara dalam konteks kedudukan antara laki-laki dan perempuan sebagai suami istri. Istilah قوامون para mufasir tidak dalam satu pendapat, ada yang mengartikan pemimpin, pengayom, pendidik dan lain-lain. Wallahu a'lam bisshowab..
Share:

Berdo'a atau Mendekte Allah?


        Apabila seseorang ditanya tentang kepercayaannya pada Allah, maka jawaban tersebut berkisar 50% ya dan 50% tidak. Atau apabila ditanya mengenai bisa sabar atau tidak, maka jawaban kebanyakan orang yang sedang tidak sabar adalah sabar itu ada batasnya. Artinya kesadaran masih belum mendekati 80%, begitu pula dengan pertanyaan bisa ikhlas atau tidak, jawabannya pun masih 50% setuju.
  Mayoritas jawaban yang kita terima dari masyarakat luas cenderung mantap menyatakan percaya pada Allah, ragu serta berkata tidak, sabar atau tidaksabar, ikhlas atau tidak ikhlas. Pernyataan yang tidak asing dengan realita sosial kebanyakan, mereka berfikir bahwa suatu sikap baik hanya didefinisikan sesuai kemampuan kontrol emosional berdasarkan empiris atau sekedar teori pengetahuan, seperti hal nyadengan ikhlas dan sabar. Padahal, pernyataan tersebut menyebabkan kita seringkali protes terhadap ketetapan yang dikehendaki oleh Allah SWT.
”Saya ikhlas, tapi....”, kalimat berikut sering kali dipakai untuk menunjukkan ketidak ikhlasan secara tidak langsung, pada hakikatnya bentuk keikhlasan tidaklah dapat diukur dengan bentuk wujud takaran atau seberapa besar seseorang itu mampu diam dan menerima, karena sebuah keikhlasan dan kesabaran pada jiwa seseorang mampu bertahan atas ujian, berusaha, tidak menyerah dan semakin mendekatkan diri pada Allah SWT, semua pencapaian bisa diraih dengan power yang ditanamkan melalui akidah diri yang tidak tergantung atau berkiblat pada mindset takdir takkan pernah berubah.
Sabar dan menerima ketetapan Allah, ketetapan yang sudah Allah gariskan untuk kita sering kali tidak bisa diterima, seperti agenda yang sudah disusun dengan baik, akan tetapi  pada kenyataannya semua tidaklah sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, jika sudah seperti hati yang mampu mengkondisikan jiwa, entah respon marah atau komplain pada Allah. Hingga akhirnya setelah menyalahkan Allah tanpa pernah mau berfikir kenapa Allah berkehendak dan menakdirkan.
Tidak banyak yang berfikir mengenai hikmah dibalik sesuatu yang diharapkan, manusia dianugerahkan akal untuk berpikir, namun hanya sedikit yang mau menggunakan akal sehatnya, sehingga lebih memilih untuk mengedepankan hasrat, emosional dalam jiwa hingga muncul sifat egois dan akhirnya menyalahkan Allah. Demikian, bila akal harusnya sudah digunakan, jangan katakan pada Allah “Aku punya masalah besar” tetapi katakan pada masalah bahwa “Aku punya Allah Yang Maha Besar “. Takdir Allah memang tidak selamanya baik, akan tetapi apa yang Allah takdirkan kepada kita itulah terbaik.
  Dengan menjalankan apa saja yang telah digariskan oleh Allah SWT, segala urusan akan dimudahkan, jika sulit bersabarlah dan jika mudah bersyukurlah. Sebab jalan yang sedang kita lewati bukanlah jalan kita pribadi yang dilalui secara kebetulan, namun jalan takdir dan pilihan merupakan jalan yang memang Allah tunjukkan untuk ditapak, bukan pilihan kita tapi pilihan Allah, bukan keputusan kita tapi keputusan Allah, bukan ketetapan kita tetapi ketetapan Allah, jadi kita bisa ada di dunia ini itupun semuanya karena Allah.
  “Kun Fayakun!” jika semudah itu Allah menciptakan surga dan neraka, langit dan bumi, matahari dan bintang, manusia dan tumbuhan, tidak ada yang sulit bagi Allah untuk menolong hambanya serta tidak pula diuji diluar batas kemampuannya, karena tak ada yang mustahil bagi Allah. Konsisten dalam berdo'a, karena do'a itu bukan seperti obat yang di ambil hanya ketika sakit, tetapi do'a itu adalah seperti udara yang perlu dihirup setiap waktu untuk terus bertahan hidup. Berdo'a itu ibadah, dikabulkan itu hadiah, belum dikabulkan itu pahala berlimpah. Laranglah pribadi untuk menyerah saat do'a belum terjawab, jika jiwa mampu bersabar, Allah mampu memberikan lebih dari apa yang diminta, sebab Allah tergantung pada prasangka hambanya.
  Kalau bukan karena Allah tidak mungkin ada makhluk hidup seperti manusia dimuka bumi ini, terus berusaha dan berdoa dengan tulus tanpa memaksa Allah, apapun yang kita  inginkan, Allah  maha punya segalanya. Namun jika tidak diberi, Allah punya yang lebih baik lagi, karena  Allah lebih  mengetahui mana yang baik dan tidak untuk hambanya, dengan memahami konteks maka hamba mampu menerima semua yang sudah Allah tetapkan.  Semua butuh proses, sebab disetiap proses ada pembelajaran, jika dipercepat Allah ingin kita bersyukur, dan jika diperlambat dikala itu Allah hendak melihat hamba-Nya bersabar. Belajar untuk tidak banyak protes, tugas kita sebagai hamba hanya  berusaha taat dan menambah ketakwaan kepada Allah SWT, selebihnya biarlah Allah yang menentukan skenario hidup, karena skenario yang Allah tuliskan untuk hamba-Nya itu jauh lebih indah dari pada skenario yang kita buat sendiri.(*)

*)Mahasiswi KPI, Semester VI, Asal Kapedi, Sumenep
Share:

Sabtu, 18 Januari 2020

Opini: Ambil Alih Surat Izin Kehidupan

Ambil Alih Surat Izin Kehidupan
Sumber gambar: https://www.incimages.com/uploaded_files/image/970x450/getty_505023182_114910.jpg


Percaya atau tidak, manusia adalah budak dari pikirannya. Ini soal mandataris kehidupan yang sedang dipengang erat oleh tiap-tiap jiwa. Sejak dilahirkannya ke dunia, Tuhan sudah memberikan kartu bertanda bahwa inilah hidup yang harus dipegang. Sedari kecil, hidup berjalan begitu sederhana, bagaimana manusia-manusia kecil yang tercipta dengan ketidak berdayaan memulai kehidupan.
Surat awal dipegang oleh orang tua, segala aspek kehidupan, berawal dari sebelum lahir hingga masa pertumbuhan dan berkembang anak, dimana surat mandat itu harus diserahkan pada waktu yang seharusnya. Surat yang harusnya dikembalikan kepada pemilik aslinya, manusia yang terlahir harus menanggung hidupnya secara mandiri, menata batu jalannya sendiri secara utuh, berubah mejadi lamban, mengalami stagnasi dan tidak mampu melakukan apa-apa ditangan pendidik yang melatihnya sejak dini sebagai passenger.
Perubahan dunia yang selalu bergerak secara dinamis di segala sektor tidak bisa dikendalikan oleh jiwa-jiwa passenger, sebab personal yang memilih menjadi seorang penumpang tak mampu mengendalikan dunia dengan tangannya. Bagaimana tokoh seperti Interpreneur Jack Ma, Steve Jobs, Presiden Soekarno, atlet Moh. Ali dan tokoh lainnya bergerak sejak dini dengan memilih hidupnya sebagai seorang driver.
Mengambil alih kembali surat hak menerima mandat dari Tuhan adalah pilihan hidup untuk bertarung dimasa depan, karena meminta mengalihkan kehidupan yang lebih layak bukan perkara mudah untuk dilalui. Bila seorang passenger memilih untuk duduk manis dibelakang supir, ia bisa santai tanpa memperhatikan jalan, ngobrol, mengantuk bahkan bisa tidur-tiduran, tidak perlu membersihkan serta merawat mobil, seorang driver memilih jalan hidup untuk berpikir dan memilih hidup untuk dirinya dan manfaat bagi orang lain.
Passenger hanya menerima segala aturan dari orang tua, mulai dari perawatan intensif, dibesarkan sejak kecil hingga dewasa, instansi pendidikannya, tempat kuliahnya, dibelikan tiket yang harusnya bisa ia urus sendiri, fakultas yang harus ia tekuni, hingga ditentukan kriteria pasangan untuknya, tempat tinggal, ekonomi dan ditentukan pola asuh anak-anaknya, pada akhirnya pribadi passenger seperti ini hanya akan berputar pada aturan kehidupan yang dilalui dengan sederhana dan  begitu saja, semua teratur dari bangun tidur hingga tidur kembali, bekerja, kembali ke rumah dan menjalani hidup yang pasti-pasti.
Tak ubahnya dengan perusahaan, instansi pendidikan dan lembaga lain yang memiliki bos yang menentukan bawahan sesuai dengan kehendak dan aturan yang dibuatnya, semua mindset harus sejalan dengannya, meninggikan argumen diatas argumen yang lain, menutup pikiran orang lain dengan management yang dikendalikannya sendiri, personal yang seperti ini cenderung tidak mampu mengendalikan diri dikala harus menerima kritikan dari orang lain, emosional, menganggap dunia sedang mendiskriminasi, teoritis dan minim toleransi.
Tidak jarang bila manusia-manusia yang terlahir dengan memiliki watak pendidik seperti ini mengalami pergerakan yang cukup lamban, inovasi, kreatifitas membeku dan sulit besosialisasi. sebab sejak kecil dilatih untuk menutup pikiran tidak dibuka secara bebas. Sikap berlindung dibalik ketiak orang tua, serba ketergantungan terhadap orang lain tidak mampu mengubah pola hidup lebih maju.
Salah satu nasihat Jack Ma dalam menentukan jalan hidup, dimana pemuda sebelum berumur 20 tahun, ia harus tekun dan rajin belajar, menguasai teori yang kemudian akan diaplikasikan kesesuaiannya dengan praktisi, saat umur 20-30 tahun, ikutilah bos yang baik yang mau mengajarkan dengan benar dan tepat, saat umur 30-40 tahun, lakukan apa yang paling disukai dan benar-benar tenuki pekerjaan yang sangat disukai tersebut, saat umur 40-50 tahun maka pekerjakanlah pemuda, buka kesempatan bagi pemuda untuk mengaplikasikan apa yang telah diusahakan sejak lama, ajarkan dan ciptakan generasi, di umur 60 tahun keatas, nikmatilah masa tua dengan keluarga dan hasil yang telah didapat.
Banyak pula anak didik yang berusaha mengambil alih hak hidupnya sendiri demi menjadi seorang driver, tidak menghendaki kondisi sebagai seorang passenger. Usaha driver ini bisa cukup lebih berat menata jalannya atau tidak terlalu berat dalam meminta surat hak hidupnya. Seorang passenger yang berusaha mengambil alih control steering atau kontrol setir hidup memiliki cara yang berbeda-beda dalam menghadapi pendidiknya.
Sesuai dengan usaha, mindset terhadap diri dan pendidiknya, kepercayaan serta bukti yang mampu dicapainya, driver handal mampu mengambil surat hak tersebut dengan cara yang baik, meminta izin hidup yang lebih baik dan diberikan dengan baik pula, sehingga seorang driver mampu melalui rute hidup dengan hebat serta mampu mencapai tujuan dengan selamat. Sebab driver memiliki resiko dan tanggung jawab yang lebih besar dari pada seorang passenger, seorang supir harus tetap fokus pada jalan yang dituju, tidak boleh mengantuk, memperhatikan kondisi penumpang, sabar menerima komplen dari pengendara lain dan pandai merawat mesin.
Hanya seorang driver yang mampu menopang hidup lebih kokoh, menghasilkan bibit lebih unggul, menebarkan manfaat lebih besar dengan jasa dan materi, bila hidup tetap dilalui sebagai seorang penumpang yang serba ketergantungan dan takut akan resiko, selamanya ia tidak akan menghasilkan apa-apa selain pikiran yang begitu sederhana. “If you don't do it, nothing is possible, but if you try to do it, at least you have the hope”, jika kamu tidak melakukannya, maka kamu tidak akan dapat apa-apa, tapi jika kamu mencoba untuk melakukannya, setidaknya masih kau memiliki harapan. Dunia yang dinamis menelan merk, produk, perusahaan, personal dan pribadi yang tertinggal. Sebab menjadi seorang driver setidaknya bisa terhindar dari dinamika hidup yang menelan kaum konsumtif dan serba ketergantungan yang tidak senada mengikuti irama pergerakan dunia.(*/zn)

*)Mahasiswi KPI, Semester VI, Asal Sampang

Share:

Pengikut

Subscribe!

Mars IDIA Prenduan