Angka kematian global
akibat Covid-19 semakin bertambah, Italia dengan statistika 10 persen, Spanyol
7 persen, kemudain Indonesia 8 persen, sementara Jerman berada di bawah 0,5
persen, kondisi Indonesia menjadi
semakin parah kian hari.
Keadaan yang parah ini
butuh pergerakan cepat dari pemerintah Indonesia untuk segera memutuskan kebijakan
demi keselamatan masyarakat. Bukan untuk kalangan menengah ke atas saja,
melainkan juga dibutuhkan alternatif yang dibutuhkan oleh rakyat menengah ke
bawah, hingga kini, kebutuhan pelayanan baik perawatan kesehatan, alkes, dan
penanggulangan penyakit semakin terasa dibutuhkan, setelah memburuknya
perekonomian dunia.
Bila melihat data
kematian dari beberapa negara tersebut, nampak bagaimana Indonesia bisa berkaca
pada Jerman yang mampu meminimalisir angka korban jiwa akibat virus korona. Pakar
virus dan epidemi dari rumah sakit Charite di Berlin, sekaligus penasihat
pemerintah Jerman, menyatakan jumlah kematian yang relatif kecil
dikarenakan Jerman melakukan tes corona secara
cepat dan luas.
"Angka kematian
relatif rendah, karena kami melakukan sangat banyak diagnosis laboratorium
Covid-19 dibandingkan negara-negara Eropa lain. Selain itu, Jerman punya lebih
banyak waktu mempersiapkan kapasitas laboratorium dan perawatan intensif pasien
corona.”
Jerman juga memiliki jaringan laboratorium independen yang
banyak diantaranya mulai melakukan tes paling awal, sejak Januari lalu yang
dikembangkan oleh para peneliti di Charlie, ketika jumlah kasus masih sangat
rendah. Tingginya jumlah laboratorium telah meningkatkan kapasitas penyaringan
nasional, dan RKI memperkirakan bahwa 12 ribu orang dapat diuji dalam sehari di
Jerman. Karena itu, mendapatkan tes di Jerman lebih mudah daripada di beberapa
negara lain.
Namun, para ahli Italia juga menjelaskan, bahwa Jerman tidak
seperti negara lain dimana 1tidak ada uji pasca kematian (post-mortem). Yang cenderung
tidak menguji mereka yang sudah meninggal. "Kami tidak menganggap tes
post-mortem sebagai faktor penentu. Kami bekerja berdasarkan prinsip bahwa
pasien diuji sebelum mereka meninggal," jelas RKI. Selain itu, peralatan
medis Jerman lebih baik dibandingkan negara Eropa lainnya,seperti Perancis
hanya memiliki sekitar tujuh ribu dan Italia sekitar lima ribu, sementara
Jerman menyediakan 25 ribu tempat tidur perawatan intensif lengkap dengan alat
pernapasan.
Untuk tetap mengkondisikan pasien di rumah sakit, Jerman juga
bersedia menyiapkan tempat tidur untuk perawatan pernapasan yang intensif.
Hotel dan aula besar pundigunakan kembali layaknya rumah sakit darurat untuk
pasien yang memiliki gejala kurang serius. Sehingga, rumah sakit di setiap
daerah dapat digunakan untuk merawat pasien dengan kondisi parah.Tingginya
populasi penduduk Eropa, menunjukkan resiko yang lebih besar terkena wabah, terutama
lansia. Situasi akan bertambah parah tanpa penanganan cepat untuk pasien usia
lanjut bahkan bisa tidak memadai. Akan tetapi, tindakan cepat yang dipikirkan
dan dilakukan oleh pihak medis Jerman, mampu memutus penyebaran virus dan meminimalisir
angka kematian pasien akibat Covid-19.
Penyediaan sarana dan prasarana, seperti kelengkapan Alkes
yang dimiliki negara tersebut tidak lepas dari campur dari tindakan relawan
Jerman untuk segera menyelawatkan setiap jiwa, baik penderita maupun penduduk
Jerman. Demikian dengan pemerintah yang mengambil tindakan cepat demi mendukung
penanganan tim medis, baik dalam segala kebijakan, koordinasi dan pemenuhan
kebutuhan kesehatan.
Hingga 29 Maret, jumlah
kasus di Indonesia mencapai 1.285 positif, 114, meninggal 64 dinyatakan sembuh.
Kasus yang merebak sekian banyak, baru dikabarkan dari kompas.com (29/03). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah menyiapkan lahan untuk
pembangunan gudang dan posko logistik penanganan virus Corona (Covid-19).
Gudang dan posko logistik covid-19, yang terletak di Jalan Gatot Subroto,
Jakarta Selatan.
Penyiapan lahan ini pun dilakukan atas permintaan Ketua Umum
Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Anies Baswedan. Bangunan yang berupa Weight Hall ukuran 10x32 meter ini, masih
akan digarap selama 5 hari siang-malam. Penyiapan ini sebenarnya bisa dilakukan
jauh hari sebelum jumlah membengkak, sesuai dengan kondisi pasien di lapangan
agar bisa melakukan penanganan lebih cepat, serta tidak terjadi pembeludakan di
rumah sakit bagi orang yang masih mengalami gejala atau pematauan.
Sementara disisi lain, masih banyak alasan mengapa rakyat
Indonesia belum mematuhi sepenuhnya arahan pemerintah, diantaranya adalah
lingkungan sosial yang masih belum betul-betul percaya akan bahaya, dan dampak
virus tersebut di area yang tidak terpapar, pemenuhan kebutuhan pangan, ekonomi
yang kian memburuk, dan belum adanya laternatif dari pemerintah dari lockdown
yang di lakukan sebagian daerah, bagi para pekerja usaha kalangan menengah ke
bawah yang mana, mereka mengandalkan usaha harian mereka untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, sehingga aktifitas berkumpul dan memasuki kawasan yang terpapar
virus korona masih dilakukan.
Butuh koordinasi lebih luas dan lebih cepat lagi dalam
menangani permasalahan ini, untuk menekan jumlah yang semakin tinggi. Intruksi
dari beberapa badan pemerintah perlu diselaraskan dengan alternatif untuk
rakyat dan perlu dukungan penuh dari rakyat, agar wabah tidak semakin melebar
ke segala penjuru wilayah. Koordinasi bisa dilakukan dengan baik bila keduanya
saling mendukung, pemerintah memenuhi kebutuhan rakyat, terutama untuk rakyat
menengah kebawah dimana mereka membutuhkan alternatif lebih, dari pada sekedar
menuruti intruksi kebijakan pemerintah.
semoga kita semua dilindungi dari corona
BalasHapusAmien
BalasHapus