Pages

Rabu, 22 April 2020

Kajian Kitab Ihya' 'Ulumuddin (Bab Asrar ash-Shaum) bersama KH. Dr. Ghozi Mubarok, MA.


Kajian Tasawwuf Ihya 'Ulumuddin "Asrar ash-Shaum", bersama KH. Dr. Ghozi Mubarok Idris, MA, Wakil Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan.
Selengkapnya di Channel Youtube KPI IDIA:



Share:

Sabtu, 04 April 2020

Percepatan Gerakan Pemerintah, Tekankan Angka Pasien Covid-19


Angka kematian global akibat Covid-19 semakin bertambah, Italia dengan statistika 10 persen, Spanyol 7 persen, kemudain Indonesia 8 persen, sementara Jerman berada di bawah 0,5 persen, kondisi Indonesia menjadi semakin parah kian hari.
Keadaan yang parah ini butuh pergerakan cepat dari pemerintah Indonesia untuk segera memutuskan kebijakan demi keselamatan masyarakat. Bukan untuk kalangan menengah ke atas saja, melainkan juga dibutuhkan alternatif yang dibutuhkan oleh rakyat menengah ke bawah, hingga kini, kebutuhan pelayanan baik perawatan kesehatan, alkes, dan penanggulangan penyakit semakin terasa dibutuhkan, setelah memburuknya perekonomian dunia.
Bila melihat data kematian dari beberapa negara tersebut, nampak bagaimana Indonesia bisa berkaca pada Jerman yang mampu meminimalisir angka korban jiwa akibat virus korona. Pakar virus dan epidemi dari rumah sakit Charite di Berlin, sekaligus penasihat pemerintah Jerman, menyatakan jumlah kematian yang relatif kecil dikarenakan Jerman melakukan tes corona secara cepat dan luas
"Angka kematian relatif rendah, karena kami melakukan sangat banyak diagnosis laboratorium Covid-19 dibandingkan negara-negara Eropa lain. Selain itu, Jerman punya lebih banyak waktu mempersiapkan kapasitas laboratorium dan perawatan intensif pasien corona.”
Jerman juga memiliki jaringan laboratorium independen yang banyak diantaranya mulai melakukan tes paling awal, sejak Januari lalu yang dikembangkan oleh para peneliti di Charlie, ketika jumlah kasus masih sangat rendah. Tingginya jumlah laboratorium telah meningkatkan kapasitas penyaringan nasional, dan RKI memperkirakan bahwa 12 ribu orang dapat diuji dalam sehari di Jerman. Karena itu, mendapatkan tes di Jerman lebih mudah daripada di beberapa negara lain.
Namun, para ahli Italia juga menjelaskan, bahwa Jerman tidak seperti negara lain dimana 1tidak ada uji pasca kematian (post-mortem). Yang cenderung tidak menguji mereka yang sudah meninggal. "Kami tidak menganggap tes post-mortem sebagai faktor penentu. Kami bekerja berdasarkan prinsip bahwa pasien diuji sebelum mereka meninggal," jelas RKI. Selain itu, peralatan medis Jerman lebih baik dibandingkan negara Eropa lainnya,seperti Perancis hanya memiliki sekitar tujuh ribu dan Italia sekitar lima ribu, sementara Jerman menyediakan 25 ribu tempat tidur perawatan intensif lengkap dengan alat pernapasan.
Untuk tetap mengkondisikan pasien di rumah sakit, Jerman juga bersedia menyiapkan tempat tidur untuk perawatan pernapasan yang intensif. Hotel dan aula besar pundigunakan kembali layaknya rumah sakit darurat untuk pasien yang memiliki gejala kurang serius. Sehingga, rumah sakit di setiap daerah dapat digunakan untuk merawat pasien dengan kondisi parah.Tingginya populasi penduduk Eropa, menunjukkan resiko yang lebih besar terkena wabah, terutama lansia. Situasi akan bertambah parah tanpa penanganan cepat untuk pasien usia lanjut bahkan bisa tidak memadai. Akan tetapi, tindakan cepat yang dipikirkan dan dilakukan oleh pihak medis Jerman, mampu memutus penyebaran virus dan meminimalisir angka kematian pasien akibat Covid-19.
Penyediaan sarana dan prasarana, seperti kelengkapan Alkes yang dimiliki negara tersebut tidak lepas dari campur dari tindakan relawan Jerman untuk segera menyelawatkan setiap jiwa, baik penderita maupun penduduk Jerman. Demikian dengan pemerintah yang mengambil tindakan cepat demi mendukung penanganan tim medis, baik dalam segala kebijakan, koordinasi dan pemenuhan kebutuhan kesehatan.
Hingga 29 Maret, jumlah kasus di Indonesia mencapai 1.285 positif, 114, meninggal 64 dinyatakan sembuh. Kasus yang merebak sekian banyak, baru dikabarkan dari kompas.com (29/03). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah menyiapkan lahan untuk pembangunan gudang dan posko logistik penanganan virus Corona (Covid-19). Gudang dan posko logistik covid-19, yang terletak di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. 
Penyiapan lahan ini pun dilakukan atas permintaan Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Baswedan. Bangunan yang berupa Weight Hall ukuran 10x32 meter ini, masih akan digarap selama 5 hari siang-malam. Penyiapan ini sebenarnya bisa dilakukan jauh hari sebelum jumlah membengkak, sesuai dengan kondisi pasien di lapangan agar bisa melakukan penanganan lebih cepat, serta tidak terjadi pembeludakan di rumah sakit bagi orang yang masih mengalami gejala atau pematauan.
Sementara disisi lain, masih banyak alasan mengapa rakyat Indonesia belum mematuhi sepenuhnya arahan pemerintah, diantaranya adalah lingkungan sosial yang masih belum betul-betul percaya akan bahaya, dan dampak virus tersebut di area yang tidak terpapar, pemenuhan kebutuhan pangan, ekonomi yang kian memburuk, dan belum adanya laternatif dari pemerintah dari lockdown yang di lakukan sebagian daerah, bagi para pekerja usaha kalangan menengah ke bawah yang mana, mereka mengandalkan usaha harian mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga aktifitas berkumpul dan memasuki kawasan yang terpapar virus korona masih dilakukan.
Butuh koordinasi lebih luas dan lebih cepat lagi dalam menangani permasalahan ini, untuk menekan jumlah yang semakin tinggi. Intruksi dari beberapa badan pemerintah perlu diselaraskan dengan alternatif untuk rakyat dan perlu dukungan penuh dari rakyat, agar wabah tidak semakin melebar ke segala penjuru wilayah. Koordinasi bisa dilakukan dengan baik bila keduanya saling mendukung, pemerintah memenuhi kebutuhan rakyat, terutama untuk rakyat menengah kebawah dimana mereka membutuhkan alternatif lebih, dari pada sekedar menuruti intruksi kebijakan pemerintah.

Share:

Kulmas Dipersingkat, Mahasiswa Tak Sabar Ingin Segera Jumpa Keluarga



PRENDUAN, Komunika-IDIA Prenduan adakan Kuliah Umum Kemasyarakatan (Kulmas), Jum’at (03/04). Acara ini sebagai pembekalan bagi mahasiswa intensif yang akan menjalani libur akhir semester. Acara yang diadakan oleh Dewan Konsultan Mahasiswa (DKM) ini, diadakan di Musholla Intensif yang diikuti oleh seluruh mahasiswa intensif mulai dari semester dua sampai semester akhir.
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, Kulmas tahun ini dikemas dengan sangat singat hanya dikaksanakan dalam tiga sesi saja. Dengan menghadirkan pimpinan pondok pesantren Al-Amien Prednuan yakni KH. Ahmad Fauzi Tidjani, MA sebagai pemateri pertama, kemudian dilanjutkan sesi kedua yakni wakil pimpinan sekaligus Rektor IDIA Prenduan yakni KH. Ghozi Mubarok, MA.  dan selanjutnya Mudir Ma'had lil Banin KH. Mujammi' Abdul Musyfi, Lc. sebagai pemateri ketiga.
Bukan tanpa alasan, beberapa program pondok maupun kampus dipangkas sedemikian rupa, menyusul semakin menyebarnya wabah Covid-19 dibeberapa daerah di Indonesia. Menurut Ramadhan, hal ini dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan terhambatnya perpulangan santri intensif. "Kita buat Kulmas tahun ini sesingkat mungkin, dikarnakan adanya penyebaran Covid-19 yang kemudian dikhawatirkan akan menghambat kelancaran perpulangan mahasiswa kerumah mereka masing-masing," tutur wakil dewan konsultan mahasiswa ini.
Dikesempatan yang sama, KH. Ghozi Mubarok, MA dalam berpesan kepada mahasiswa yang akan pulang kerumah masing-masing untuk tidak meremehkan Covid-19 ini. Harapan beliau mahasiswa selalu waspada serta mempersiapkan alat-alat yang mampu melindungi dari penyebaran virus ini, dan dianjurkan untuk tidak panik dalam menghadapi musibah virus ini. "Jangan panik dan jangan pula meremehkan, tetap selalu waspada," pesan singkat beliau kepada mahasiswa.
Tidak semua mahasiswa bisa merasakakan liburan dengan keluarga, sebagian masih memilih tetap bertahan di asrama instensif. Namun bagi mahasiswa yang memilih bermukim wajib mengikuti mengikuti segala peraturan pondok yang berlaku, dan tidak keluar asrama selama masa penyebaran Covid-19. (rk/zn)


Share:

Jumat, 03 April 2020

BEM IDIA Rancang Konsep 'Satu Kepemimpinan' Untuk Presma Tahun Depan

kpiidiaprenduan.blogspot.com

PRENDUAN, Komunika-Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) adakan rapat tertutup, Jum’at (21/2). Rapat ini membahas, tentang evaluasi program kerja serta  gambaran besar badan eksekutif mahasiswa (BEM) dimasa yang akan datang.
Acara yang diadakan di lantai satu Gedung Radio Suara Dakwah Al-Amien (Rasda) itu dibuka langsung oleh presiden mahasiswa, Muhammad Zaini Alfarizi. Adapun rumusan pertama yang menjadi pembahasan pada rapat ini ialah agar mampu menciptakan ruang lingkup BEM yang lebih terorganisir, jadi tidak ada lagi yang namanya presiden mahasiswa program Plus, Regular maupun Intensif.
Menurut Muhammad Zaini AlFarizi, dengan diadakan pertemuan ini diharapkan mampu mendapatkan suara mufakat pada kongres mahasiswa yang akan datang, sehingga mampu memilih satu saja presiden mahasiswa yang menjadi motor penggerak mahasiswa di IDIA prenduan.
Jadi untuk periode BEM masa bakti 2020-2021 yang akan datang, tidak ada lagi yang namanya Presma Plus, Regular ataupun Intensif, tutur pria asal Jawa Barat tersebut.
Gambaran awal untuk menindak lanjuti gambaran program BEM ini yaitu dengan meminta persetujuan langsung kepada Rektor IDIA Prenduan, serta membentuk perumusan ulang dari anggaran dasar rumah tangga dan garis besar haluan organisasi.(rk)

Share:

Pengikut

Subscribe!

Mars IDIA Prenduan