Ketika
diawal saya menulis, saya belum tahu apakah yang akan saya tulis ini benar atau
tidak, terlepas dari itu semua saya akan tetap memberanikan diri untuk
menyampaikan apa yang ada dalam hati saya, yang sudah terlalu lama menahannya.
Beberapa waktu yang lalu Menteri Pendidikan Bpk. Nadiem Makarim pernah
mengeluarkan statement dalam sebuah pidatonya “Berikanlah kebebasan belajar
kepada mahasiswa”. Ketika saya mendengar kalimat ini, saya kemudian sadar dan
berfikir bahwasanya jika mahasiswa tidak di berikan kebebasan dalam belajar
maka mahasiswa sendiri tidak akan bisa berkembang. dan beberapa waktu yang lalu
ketika saya menghadiri acara kongres AMDIN (Asosiasi Mahasiswa Dakwah
Indonesia) di Pekalongan, Jawa Timur. Rektor IAIN PEKALONGAN mengatakan bahwa
perbedaan mahasiswa dengan siswa berada dalam tingkat pembelajaran, yang mana
jikalau siswa belajar di dalam kelas itu 100% mendengarkan apa yang dikatakan
oleh guru, maka berbeda lagi dengan mahasiswa, mahasiswa belajar di bangku
kuliah (di dalam kelas) hanya 30% yaitu teori dan 70% nya didapatkan di luar
kelas, yang biasa kita kenal dengan praktek dengan jurusan yang kita tekuni
saat ini. Bagaimana mungkin ketika kita terjun kedalam sosial masyarakat, tanpa
kita mendalami bidang yang kita tekuni saat ini.
Ketika
mahasiswa ingin menyampaikan aspirasinya, terkadang mahasiswa mendapat tekanan
dan mendapat kritikan, apa yang ingin dilakukan mahasiswa sendiri demi
mengembangkan minat dan bakat nya dan demi kemajuan bersama terkadang kita
tidak mendapatkan dukungan yang kita inginkan, dan jelas itu akan menghambat
kemajuan dari mahasiswa itu sendiri.
Seperti
yang tertera didalam buku Muslim Visioner bahwasanya, kepintaran seseorang atau
biasa kita sebut dengan intelektual setiap individu itu berbeda-beda, ada
Intelektual Personal, Antarpersonal, Music, Logika-Matematic dan sebagainya.
Dalam hal ini kita bisa mengetahui bahwasanya setiap individu itu mempunyai
kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan ketika seseorang mengetahui bakat
dan minat mereka, maka itu harus dikembangkan. Namun, disisi lain ini merupakan
titik kelemahan kita saat ini. Disaat kita mulai mengetahui kelebihan dan
kemampuan kita, kita tidak mendapatkan wadah yang tepat untuk mengembangkan
bakat yang kita miliki, dan ketika kita beraspirasi kurang nya tanggapan serius
dari pihak kampus sendiri, sehingga membuat kita kalah jauh dengan pendidikan
yang ada di luar. Jangan kan untuk hal-hal yang besar, jikalau kita tidak mulai
dari hal-hal yang kecil maka semua itu tidak akan pernah berubah.
Jikalau
setiap dari kita tidak mempunyai intelektual, maka pendidikan kita akan kalah
dengan pendidikan yang ada di luar negeri, mengapa demikian? Jawabannya sudah
jelas, bahwasanya pendidikan yang ada di luar seperti di negara-negara Eropa
sana, pendidikan mereka sudah diatur sejak dini dari tingkat yang paling bawah
sampai tingkat perkuliahan, sesuai dengan minat dan bakat . Dan dalam
pembelajaran mereka pun tidak selalu menggunakan teori, melainkan lebih sering
pada praktek (terjun kelapangan) sesuai dengan minat dan bakat yang mereka
miliki.
Oleh: Moh. Syarief Hidayatullah
Mahasiswa
Semester VI IDIA Prenduan, Fakultas Dakwah, Asal Palembang
0 komentar:
Posting Komentar