Pages

Sabtu, 16 Mei 2020

Puisi - Munajat Cinta

MUNAJAT CINTA
Oleh: Rofiqoh

Malam yang penuh butiran bintang
Air mata yang mengalir
Kala yang terdengar suara yang membisikkan hati
Perihnya mata melawan cahaya
Pekatnya telinga mendengar dentuman jarum jam
Beratnya badan ketika harus bangkit
Akankah aku harus menjamahnya?
Ataukah mengabaikannya?
Tetapi... bisikan itu
Memaksaku tersadar dari mimpi panjangku
Sepi berteman angin yang bertiup kencang
Bersimpuh di atas sajadah
Bersama kain putih ini
Kau lantunkan dzikir dan do’a
Mengharap ridhomu

Mahasiswi KPI, Semester VI, Asal Sumenep

Share:

Puisi - Kehancuran Diri


KEHANCURAN DIRI
Oleh: Lailatul Husni

Semesta...
 ku tak terarah
Jika kau marah tanpa sebab
Mataku gelap ditengah cahaya
Tanganku kaku dengan kebuntuan
Dan lidahku kelu tak berlalu
saat dunia berhenti tanpa aba-aba
ku tak merasa molekul hitam
tersarang di kepala
ohhh.....
ku tak ingin itu terjadi
ku tak mau buta selamanya

*)Mahasiswi KPI, Semester VI, Asal Jember






Share:

Puisi - Daya Ku, Daya-Mu

Daya Ku, Daya-Mu

Oleh: Wahdaniyah

Semilir angin panggilku duhai syahdu
Memaksa raga untuk bernyawa
Masih setengah hidup aku memaksa

Tertatih-tatih ragaku melangkah


Dingin oh dingin, air surgamu menyentuhku
Perlahan terusap mengendap kedalam pori-pori
Bersamaan dengan lisan yang komat-kamit
Memanjat bait rasa suciku

Wahai pemilik segala jiwa raga
Harus dengan apalagi aku mengagung-MU
Walau dengan sekedar mencium tanah
Memberi kenikmatan sendiri pada kalbuku


*)Mahasiswi KPI, Semester VI, Asal Kalimantan
Share:

Keselamatan Peradaban dengan Pendidikan Pesantren


Lembaga pendidikan yang dibangun dengan konsep timpang dan tidak seimbang, hanya memperhatikan aspek-aspek duniawi dan mengabaikan aspek-aspek ukhrawi, atau sebaliknya, adalah tidak sesuai dengan konsep dasar Islam. Menggunakan pandangan yang timpang menyebabkan ketimpangan ilmu yang dihasilkan, yang pada gilirannya akan menyebarkan wabah kerusakan moral dan etika. Inilah yang banyak terjadi pada kebanyakan lembaga saat ini. Kerusakan ilmu secara merata telah terjadi pada mayoritas perguruan tinggi di Indonesia.
Kekeliruan konsep ilmu di dunia pendidikan tinggi di Indonesia telah melahirkan dua kondisi yang memperhatinkan. Pertama, di perguruan tinggi umum terjadi kebodohan terhadap ilmu-ilmu agama. Kampus-kampus umum banyak melahirkan sarjana-sarjana yang nyaris buta terhadap fardhuain sepanjang hidupnya. Kedua, di perguruan Islam terjadi kekacauan ilmu. Berbagai perguruan tinggi ini melahirkan sarjana-sarjana agama yang keliru ilmunya, yang kemudian disebarkan ke tengah masyarakat. Lebih parah lagi, sarjana-sarjana yang justru ragu dengan agamanya sendiri. padahal sarjana agama inilah yang akan menempati pos-pos strategis dalam bidang keagamaan, sebagai guru agama, dosen agama, pimpinan pesantren dan organisasi islam.
Secara prinsip, pesantren berbeda dengan pendidikan lain, pendidikan pesantren memegang tiga prinsip pokok, yaitu ilmu, amal dan ikhlas. Tiga pokok lainnya; iman, Islam dan ihsan. Mempelajari Islam sekaligus ilmu-ilmu Islam tidak bisa dilakukan secara setengah-setengah. Selain teori dan praktik, ia tidak bisa dilepaskan dari etika, proses atau tata cara mencari dan mempelajari ilmu yang diajarkan dalam Islam. Jika ilmu-ilmu agama harus dipelajari secara serius, berkesinambungan, dalam waktu tertentu dengan perencanaan dan konsep yang matang, maka dimanakah tempat yang paling tepat bagi kita untuk mempelajarinya?, jawaban dari semua itu adalah “Pesantren”. tentu saja tidak ada keraguan sedikitpun, bahwa pendalaman ajaran agama hanya ada di pesantren. Di pesantren ajaran-ajaran dan ilmu-ilmu agama dipelajari secara serius, total konsiten. Hanya pesantren yang mengajarkan agama secara total, baik secara teori, praktik dan etikanya, sehingga dapat diterapkan secara utuh dalam segenap aspek sosial-kehidupan yang dijalani. Dengan demikian dapat diterapkan di setiap bidang kehidupan manusia, sehingga benar-benar menebarkan rahmat bagi alam semesta. (wallahu a’lam).

Oleh: Wahdaniyah
Mahasiswi KPI, Semester VI, Asal Kalimantan

Share:

Puisi - Setitik Jembatan Rindu



Seputar rindu yang melekat,
tak berhenti mengiramakan nada kesayangan
tak berbunyi
namun hanya getaran yang ku rasakan
deru jantung yang menyala
tak hiraukan otot yang semakin mengatip daging
hanya satu yang ku inginkan
hanya satu yang ku harapkan
hanya satu yang ku nantikan
setitik jembatan rindu ku
Tuk... menemui-Mu..


Oleh: Lailaltul Husni, Asal Jember

Share:

Jumat, 15 Mei 2020

Puisi - Dari Mana Kau Berasal


Asal ku dari planet astral
yang tak mengenal perasaan
semua yang menghampiri ku
yaaa aku bunuh..., ku bunuh dengan karya
ku bius dengan kata bermakna
ku lumpuhkan dengan darah syairku
nada irama ku
akan ku keraskan untuk menyebrangi pulau terkutuk
kala aku sudah bebas
akan ku hempas dari paras yang mengeras
dengan ku peras semua benih-benih pekakas
yang terberantas oleh sifat-sifat malas

Lailatul Husni, Asal Jember


Share:

Pengikut

Subscribe!

Mars IDIA Prenduan