Pages

Sabtu, 29 Februari 2020

Kemerdekaan Itu Diberikan, Bukan Diperjuangkan - Resensi


KPI IDIA PRENDUAN

Judul Buku      : Merdeka Belajar Diruang Kelas
Penulis             : Najeela Sihab dan Komunitas Guru Pelajar
Penerbit           : Literati, Imprint dari Penerbit Lentera Hati
Terbit               : Cetakan Pertama, Oktober 2017
Tebal               : 231 Halaman
ISBN               : 978-602-8740-62-3
Peresensi         : Ahmad Huzaini, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam IDIA Prenduan

“Kemerdekaan bukan sekedar kepatuhan atau perlawanan. Kemerdekaan adalah sesuatu yang diperjuangkan, bukan diberikan.”
Dalam buku ini kita akan diajarkan bagaimana kita sebagai guru akan mendapatkan kemerdekan, kita juga akan diajarkan bagaimana memberikan kemerdekaan bagi murid, kita juga akan di ajarkan bagaimana mempraktekkan kemerdekaan dalam belajar. Sehingga masing-masing dari guru juga dari diri pelajar akan timbul rasa saling mengerti, sehingga tercapai tujuan dalam sebuah pembelajaran.
Saat kita berbicara bahwa kita percaya kemerdekaan guru dan kemerdekaan belajar, sebetulnya kita dengan jelas menunjukkan kepercayaan kita pada beberapa hal. Pertama, bahwa proses belajar butuh kemerdekaan, dan kemerdekaan itu harus melekat pada subjek yang melakukan proses belajar, anak ataupun orang dewasa. Kedua, bahwa proses menuju kemerdekaan adalah proses yang harus melibatkan dukungan banyak pihak, sehingga ketika terjadi sesuatu yang tidak di inginkan, kita tidak hanya menyalahkan satu pihak saja, dalam hal ini biasanya yang disalahkan adalah guru, seakan-akan guru tidak benar mendidik anak muridnya, padahal sejatinya kesalahan itu dilakukan semua orang, baik orang tua, maupun masyarakat, dan ketika semua orang saling menyalahkan, maka yang jadi korban adalah anak-anak bangsa.
Kemerdekaan dalam belajar sangatlah penting, baik untuk pengajar ataupun untuk pelajar. Bagi pengajar (guru), kemerdekaan adalah bagian penting dari pengembangan, karena sama seperti burung yang tidak berani keluar dari kandang. Kompetensi guru tidak akan  bisa optimal berdampak tanpa kemerdekaan, karena hanya guru yang merdeka yang bisa membebaskan anak, hanya guru yang antusiaas yang menularkan rasa ingin tahu pada anak, dan hanya guru belajar yang pantas mengajar. Bagi pelajar (siswa), seorang murid merdeka belajar mampu menggunakan semua kemampuannya yang ia miliki, mampu bertanya kepada orang yang mereka anggap tepat, dan mampu bangkit dari upaya belajar yang belum berhasil.
Mengajarkan merdeka belajar adalah tantangan, karena banyak pendidik yang terjebak salah kaprah mengajarkan materi pelajaran sebatas yang digariskan kurikulum. Kurikulum menjadi subyek penentu arah belajar guru dan pelajarnya. Padahal, proses belajar yang bermakna mensyaratkan kemerdekaan pada guru dan pelajar untuk menentukan tujuan dan cara belajar yang efektif. Guru merdeka untuk menemukan paduan yang pas antara tuntutan kurikulum, kebutuhan pelajar dan situasi lokal. Pelajar merdeka menetapkan tujuan belajar bersama, memilih cara belajar yang sesuai, dan terbuka melakukan refleksi bersama guru.
Merdeka belajar adalah saat murid bersama guru dikelas menentukan tujuan belajar. dalam buku ini di Hal: 74 Karunianingtyas Rejeki,  salah satu komunitas guru belajar mengatakan bahwa tidaklah mudah memberikan proses pembelajaran yang berarti ketika mereka tidak mengetahui tujuan dari proses belajar tersebut, belajar menjadi mudah menguap, sekarang bisa, besok lupa karena tidak tau untuk tujuan apa.
Maka ketika merancang proses belajar bagi mereka, yang harus selalu diingat adalah bahwa mereka mengetahui tujuan dari proses belajar yang di jalani bersama-sama, bahkan kalau ingin menerapkan kemerdekaan belajar, kita harus rela memberikan  kemerdekaan dalam hal tujuan yang ingin mereka capai, target mereka ketika mereka belajar, bagaimana mencapai tujuan tersebut, dan apa saja pencapaian mereka selama belajar.
Sering kita temukan para guru meminta anak muridnya untuk menjawab berbagai pertanyaan, dengan maksud bahwa jika anak menjawab dengan benar semua pertanyaan berarti mereka sudah menguasai pelajaran, bahkan mungkin cara inipun sering kita lakukan terhadap murid-murid kita. Padahal metode seperti ini mebuat anak-anak bosan ketika mendapatkan soal dari guru, maka dalam buku ini Hal:113 Suhud Rois mengatakan, bahwa meminta anak untuk membuat pertanyaan sangat penting untuk melatih berfikir anak dari sudut pandang yang berbeda oleh karenanya muncullah kemudian sebuah cara membuat soal yang berbeda.
Jadi guru yang membuat jawaban, anak yang membuat pertanyaan, tujuannya adalah selain agar anak tidak bosan, juga menggali seberapa dalam pemahaman anak terhadap materi yang sudah dipelajari. Tipe soal uraian hanya mampu menampilkan jawaban sesuai pertanyaan saja dan tidak memberi peluang kepada anak untuk menunjukkan kemampuan yang lebih tinggi, apalagi soal pilihan ganda yang kadang hanya dengan faktor keberuntungan, anak mendapatkan jawaban yang tepat.
Nah, bagaimana kalau guru menyediakan jawabannya saja, anak yang membuat pertanyaannya? Pertama anak merasa tertantang, ia mendapat peluang untuk unjuk gigi. Kalau saja soal yang diberikan guru adalah: “Dimana ibu kota Jawa Barat?” anak hanya boleh menjawab Bandung jawaban yang lain salah, beda halnya kalau begini: “Buatlah tiga pertanyaan yang jawabannya bandung!” anak di ajak mengeluarkan semua yang ia ketahui tentang bandung. Maka muncul lah rasa antusias dalam belajar yang selanjutrnya melahirkan kegembiraan. Antusias dan kegembiraan dalam belajar itu penting , belajar bukan bersusah-susah, berpayah-payah. Belajar itu bersenang-senang, dan bergembira,  sehingga kemudian akan tumbuh rasa cinta belajar. Belajar akan menjadi aktivitas yang dinantikan karena menantang. Karena tantangan itu menyenangkan, sesuatu yang menyenangkan akan membuat ketagihan, dan ketagihan  dalam belajar.
Bagaimana mungkin mereka akan meraih bintang nan jauh disana, jika untuk sekedar mengangkat tangan utuk bertanya saja mereka tidak mampu, maka dengan adanya buku Merdeka Belajar di Ruang Kelas ini kita bisa membiarkan bahkan mendorong mereka untuk meraih bintang-bintang mereka, pengalaman-pengalaman para guru yang ada dibuku ini bisa dijadikan contoh dan inspirasi buat kita untuk mengajarkan kepada anak-anak kita tentang merdeka belajar sehingga buku ini cocok untuk dibaca oleh semua guru yang yang menginginkan suasana belajar lebih menyenangkan agar anak-anak kita tidak bosan dalam belajar, hanya saja buku ini kalau dibaca hanya sepintas terkesan banyak bahasa yang diulang-ulang. Terakhir, selamat membaca,  dan semoga dengan hadirnya buku ini mampu membuat kita menjadi guru yang merdeka yang mampu memberi kemerdekaan kepada orang lain. Salam merdeka untuk para guru INDONESIA.







Share:

Budaya Penelitian Dalam Masyarakat - Oleh Rocky Mahardika


Paradigma yang berkembang di kalangan masyarakat kita sekarang adalah dunia penelitian selalu dikaitkan dengan kalangan akademisi atau pendidikan saja. Kalau kita kaji lebih dalam lagi maka hal ini wajar dikarnakan  selama ini yang memang aktif serta terjun langsung kedalam dunia penelitian ini adalah mereka yang berperan aktif dalam dunia pendidikan. Baik mereka yang berpropesi guru ataupun sebagai objek pendidikan yaitu mahasiswa. Selain menganggap dunia penelitian selalu di kaitkan dengan kaum terpelajar saja, rupanya masyarakat kita juga memandang dunia penelitian merupakan dunia yang harus memiliki biaya yang cukup besar serta memakan waktu yang relatif panjang. Sudut pandang ini timbul dikalangan masyarakat kita dikarnakan mereka melihat dari panjang nya rentetan kegiatan penelitian tersebut serta membutuhkan daya keseriusan yang sangat tinggi. Oleh karna itu, dua problematika ini yang menjadi sudut pandang besar mengenai penelitian yang berkembang di masyarakat kita umumnya.
Sebenarnya jikalau kita ingin sedikit saja membuka mata mengenai hakikat pendidikan dan penelitian, dua hal besar ini tidak dapat kita pisahkan satu sama lain. Dikarnakan sebagaimana kita ketahui didalam tri darma perguan tinggi hal pertama yaitu pendidikan dan kemudian hal kedua penelitian dua hal ini selalu berkaitan dan saling melengkapi di dunia akademisi. Akan tetapi, penelitian bisa kita buat lebih murah asalkan dengan catatan paradigma penelitian itu hal pertama yang menjadi target pencapaian nya yaitu agar dapat mengajarkan kepada semua orang mengenai cara berpikir ilmiah dalam artian dengan adanya penelitian itu sendiri kita diajarakan bagaimana menarik satu kesimpulan dari hasil data yang logis, sesuai dengan tahap kejadian yang sistematis dan juga sesuai dengan metodelogis aturan-aturan yang ada. Namun kembalilagi ke masayrakat kita yang sekarang bahwa satu paradigm besar yang berkembang di masyarakat kita umumnya yaitu mereka memandang selama ini penelitian merupakan satu hal yang mahal dan kemudian hanya biasa dilakukan oleh komunitas terpelajar saja, kalau kita berkaca kepada paradigma ini maka secara tidak langsung telah menciptakan jarak antara penelitian dengan ruang kehidupan masyarakat kita.
Sebenarnya satuhal yang sangat-sangat saya takutkan ketika paradigma ini berkembang di masyarakat kita. Selain sulitnya tradisi penelitian ditemukan dikalangan masyarakat, maka akan terciptanya alasan lain mengapa paradigma ini berkembang. Fakta yang sangat mengejutkan bahwa menurut UNESCO system pendidikan Indonesia berada di peringkat 108 dunia dengan skor 0,063. Secara garis besar system pendidikan tanah air masih dibawah palestina, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, Singapura. Jikalau kita kaitkan dengan paradigma masyarakat mengenai penelitian, maka factor terbesarnya ada pada rendahnya tingkat pendidikan masyarakat.
Tingkat pendidikan masyarakat kita yang yang secara garis besar menegah kebawah, menimbulkan sistematika pemikiran yang beranggapan bahwa hasil merupakan tujuan utama sedangkan proses sebelum mendapatkan hasil dinomordua kan. Padahal didalam dunia penelitian, hasil bukanlah satuhal segalanya dikarnakan mengapa sebagus apapun hasil yang kita peroleh akan tetapi tidak sesuai dengan proses, dalam artian proses yang kita lakukan salah sistematika dari proses tersebut tidak logis dan metodologis maka hasil tidak ada artinya.
Selain dari tingkat pendidikan, ada factor lain yang menjadi pendorong budaya penelitian di masyarakat. Ada sebuah penelitian yang mengungkapkan bahwa dikawasan Asia Afrika, hasil penelitian yang diperoleh para peneliti hanya 20% saja yang di pakai oleh para aparatur pemerintah. Coba kita bayangkan ketika para aparatur pemerintah telah memandang sebelah mata mengenai penelitian, maka secara tidak langsung akan berdampak kepada kelancaran penelitian itu sendiri salah satu contoh kecil saja yaitu di bidang kelancaran dana penelitian, jikalau pemerintah sudah acuh tak acuh terhadap penelitian maka para peneliti akan sulit untuk mendapatkan dana penelitian. Jadi selain factor pendidikan kebijakan pemerintah juga berdamfak terhadap tingkat budaya penelitian di kalangan masyarakat kita.
Dan sekarang pertanyaan besar dibenak kita semua bagaimana agar timbulnya budaya penelitian di masyarakat kita? Perlu kita ketahui terlebih dahulu maksud dari budaya penelitian disini adalah budaya masyarakat yang memiliki budaya berpikir ilmiah. Agar dapat menciptakan ini semua maka kita bisa memanfaatkan kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat kita bisa menempatkan figure yang memang berkompeten dalam bidang penelitian di setiap kelompok sosial masyarakat agar bisa dijadikan bahan refrensi bagi masyarakat. Juga kita bisa mengadakan acara dengan mengundang para pakar penelitian agar dapat kita ambil ilmunya serta pengalamannya didunia penelitian. Tujuan mengapa targetnya lebih kepada kelompok sosial masyarakat dibandingkan individual masyarakat dikarnakan diharapkan dengan kelompok sosial gerakan penelitian ini mampu dengan cepat dipahami oleh masyarakat dan juga agar dapat lebih memenejem waktu agar tidak terlalu banyak memakan waktu.
Dan pada akhirnya pada para peneliti mudalah kita menaruh harapan besar agar sebuah penelitian tidak lagi menjadi hal tabu bagi masyarakat kita akan tetapi masyarakat kita dapat hidup berdampingan dengan sebuah penelitian. Maka sudah saat nya bagi para peneliti muda kita agar dapat memulai secepat mungkin dan juga bisa sesederhana mungkin dalam sebuah penelitian, karna hal tersebut bisa dibilang pondasi awal agar dapat membangkitkan budaya masyarakat yang berperan aktif dalam dunia penelitian.

Share:

Mahasiswa IDIA Prenduan Sedot Perhatian Masyarakat Lombang


PRENDUAN, Komunika-Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) masa bakti 2019-2010 IDIA Prenduan sukses adakan acara Tadabbur Alam dan Tabligh Akbar di desa Lombang, Kamis (31/01).  Acara yang menghabiskan dana 11 juta rupiah tersebut menuai banyak tanggapan dari semua kalangan.
Acara tadabbur alam yang diadakan di desa Lombang, tepatnya di Yayasan Pondok Pesantren Tahfidz dan Yatim Al-Akbar Santoso ini memang dikemas agak sedikit berbeda. Kalau pada tahun-tahun sebelumnya hanya sebatas tadabbur alam saja, kali ini ditambah dengan tabligh akbar yang melibatkan masyarakat desa Lombang.
Dengan ditambahnya tabligh akbar ini acara tadabbur alam menjadi perhatian banyak masyarakat. Acara yang menghabiskan dana sekitar 11 juta tersebut sukses mencapai tujuannya yakni untuk mendekatkan diri kepada Allah serta mendekatkan diri dengan masyarakat.

Menurut KH. Bastami Tibyan selaku penceramah dalam acara tabligh akbar, beliau merasa bangga kepada para mahasiswa yang bisa mengadakan acara tabligh akbar ini, walaupun dalam kondisi yang penuh dengan keterbatasan. “Saya berharap kegiatan-kegiatan seperti ini dapat dikembangkan lagi dan jangan sampai berhenti sampai di sini saja,” tutur beliau dengan santai.(rk)

Share:

Pesan Sherly Annavita Rahmi Saat Mengisi Seminar di Al-Amien Prenduan



PRENDUAN, Komunika-Ikatan Santriwati Tarbiyatul Mu’allimat Al-Islamiyah (ISTAMA) Pondok Pesantren Al-AmienPrenduan, sukses mendatangkan Millenial Influencer, Sherly Annavita Rahmi dan menyedo tribuan peserta dalam seminar motivasi “Inner Power of Muslimah” di Gedung Serba Guna (Geserna) TMI Putri, Jum’at (07/02).
Kedatangan Sherly disambut dengan hangat oleh pengasuh TMI Putri Ny. Hj. Dra. Anisah Fatimah Zarkasyi. Dalam kesempatannya, Beliau berharap kepada seluruh santriwati dan undangan untuk memanfaatkan betul momentum tersebut dengan mendengarkan pesan-pesan yang disampaikan. Terlebih, Sherly Annavita Rahmi merupakan sosok muslimah millenial yang sangat inspiratif.
Selain pengasuh putri, ribuan peserta yang terdiri dari santriwati, mahasiswi, dan guru dari lembaga-lembaga di lingkungan Al-Amien Prenduan, serta santriwati/siswi lembaga-lembaga pendidikan di Madura, baik tingkat menengah, perguruan tinggi turut menyambut Sherly dengan antusias.
Dalampemaparannya, Sherly Annavita Rahmi terus memberi motivasi kepada peserta yang hadir.Dia mengajak parahadirin untuk selalu memanfaatkan kesempatan yang ada, sebelum datangnya penyesalan. “Jangan sampai merasa menyesal jika sudah memaksimalkan dan mengerahkan segala kekuatan yang ada,” Ujar wanita kelahiranAceh tersebut.
Menurutunya, Penyesalan hanya dirasakan jika kesempatan tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin. “Bukan seberapa besar perubahan yang kita buat, akan tetapi bagaimana kita masuk dalam perubahan tersebut. Habiskan jatah gagal, sehingga tak ada lagi alasan untuk tidak berhasil,” tambahnya dengan penuh semangat.
Acara yang dimulai sejak pukul 08.00 WIB dan berlangsung sampai pukul 11.00 WIB itu berjalan dengan lancar dan meriah. Meskikondisi kesehatan sempat terganggu, Sherly tetapsemangat dan antusias mempersuasi hadirin untuk lebih berenergi lagi dari pada dirinya. Dipenghujungan acara, diisi dengan sesi foto bersama. (ca/zn)

Share:

Mahasiswi IDIA Prenduan Laksanakan Kuliah Lapangan



SUMENEP, Komunika-Enam mahasiswi Institut Dirosat Islamiah Al-Amien (IDIA) Prenduan melaksanakan kuliah lapangan sebagai tugas program “Jurnalistik Online dan Jurnalistik Cetak”  yang dikembangkan di lembaga tersebut, dimulai sejak 28 Januari 2020 lalu.
Mahasiswi semester VI (enam) Fakultas Dakwah Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) memilih sastrawan Syaf Anton Wr sebagai mentor selama proses perkuliahan di lapangan. Sholeha, salah seorang wakil dari mahasiswi menyebutkan, dalam kuliah lapangan ini dimaksudkan untuk menindak lanjuti hasil pembelajaran di kampus sekaligus memperdalam ilmu-ilmu tentang jurnalistik, khususnya dalam penulisan opini, artikel, feature dan pemberitaan. “Untuk kuliah lapangan ini, kami laksanakan 5 kali pertemuan, masing-masing dengan materi dan tugas yang beda,” ujarnya.
Pertemuan pertama dan kedua pada Selasa (04/02), dilaksanakan di kediaman Syaf Anton Wr dengan topik pembelajaran menulis opini dan artikel. Selanjutnya akan dikembangkan ke obyek yang nantinya menjadi bahan penulisan. “Mereka akan saya bawa langsung ke lapangan, dan saya pertimbangkan ke museum atau tempat lainnya, sekaligus sebagai tugas laporan jurnalistik,” ungkap Syaf Anton
Syaf Anton berharap, dari lima kali pertemuan nantinya para mahasiswi bisa menghasilkan karya tulis dalam bentuk tulisan lepas. “Saya tahu, keinginan mereka untuk bisa menulis cukup tinggi,” tandasnya.
Enam mahasiswi yang terdiri dari Sholeha, Hasniar, Lailatul Husni, Rif’atun Hasanah, Wahdaniah dan Rofiqoh dengan seksama mengikuti arahan mentornya,
Hasniar asal Kalimantan Utara menyatakan meski baru belajar menulis ia berharap “Proses belajar yang menurut saya sangat singkat ini rasanya kurang. Mau diperpanjang sampai betul-betul bisa menjadi virus positif bagi yang lain,” katanya.
Sedangkan Lailatul Husni menyebut ketika saya pulang dari belajar, merasa semangatnya semakin bertambah dan meyakini apa yang ia tulis akan menjadi hal yang paling berharga. Hal ini diperkuat Rif’atun Hasanah  “Suatu kehormatan bagi mahasiswi KPI bisa belajar bareng bersama Pak Syaf Anton. Selama kami belajar bersama, kami selalu dikasih motivasi dan sangat berkesan dari beliau,” ungkap gadis mungil itu.
Sementara Wahdaniah, menyebut kata-kata yang paling tertanam dihati saya dari Pak Syaf Anton adalah “Jika ingin diingat, menulislah”. Dalam kuliah lapangan ini, Rofiqoh yang tidak berkeinginan menulis justru sebaliknya.  Ia menyebut ia justru terkesan, karena materi ini membawa saya pada bidang yang tidak pernah ada dalam keinginan saya. “Dan bukan hanya materi saja yang saya dapat, melainkan sebuah pengalaman yang tak pernah saya alami,” jelasnya. (LRI)


Share:

Jumat, 28 Februari 2020

Al-Amien Prenduan Gelar Rapat Meyambut Kedatangan UAS di Madura

kpi idia prenduan
Suasana ruang rapat menyambut kedatangan Ustad Abdul Somad di Madura, tampak rapat tersebut dihadiri perwakilan panitia dari beberapa pondok pesantren di Mura
PRENDUAN, Komunika-Menjelang Tabligh Akbar bersama Ustadz Abdul Somad yang akan dihelat pertengahan Maret 2020, Panitia pelaksana adakan rapat koordinasi pada Selasa (04/02) dalam rapat tersebut, para peserta rapat mendiskusikan catatan acara tabligh akbar sebelumnya, serta langkah-langkah konkret yang akan dilakukan untuk mensukseskan acara mendatang.
Rapat tersebut dipimpin langsung oleh Pimpinan dan pengasuh pondok pesantren Al-Amien Prenduan, Dr. KH. Ahmad Fauzi Tidjani, MA. didampingi oleh wakil pimpinan, Dr. KH. Ghazi Mubarok, MA.dihadiri oleh perwakilan panitia dari tujuh titik tempat Rundown kegiatan Ustad Abdul Somad selama di Madura.
“Hasil Rapat inimerupakan bentuk koordinasi, satu paham, antara panitia pusat dengan panitia cabang, agar tidak terjadi kesalahfahaman,” tutur Ust. Samhadi selaku panitia yang hadir dalam rapat tersebut.
Pasalnya, Kunjungan ini bukan kali pertama dilakukan oleh pendai yang mendapatkan gelar doktor dari Omdurman Islamic University, Sudan tersebut. Sebelumnya, pada Maret tahun lalu kehadirannya ke Madura berhasil menarik banyak massa. Melihat hal itu, Al-Amien Prenduan selaku panitia pusat dari pelaksanaan Tabligh Akbar kali ini, mencoba untuk menyusun agenda kunjungan Ustad Abdul Somad di Madura lebih tertata dan terkoordinasi dengan baik.
“Selaku jajaran panitia, kami berusaha merumuskan kembali apa yang  menjadi kekurangan tahun lalu, seperti kurangnya komunikasi antara pihak-pihak terkait. Di samping itu, pimpinan menaruh harapan agar kegiatan ini menjadi momentum untuk merajut kembali Ukhuwah Islamiyah yang sempat tergoyah pasca pesta demokrasi,”  tegas Ust. Samhadi, mengutarakan apa yang disampaikan pimpinan pada rapat tersebut.
Ustad Abdul Somad bersama rombongan direncanakan akan tiba di Madura pada Selasa 24 Maret ini. Diagendakan keberadaan Ustadz kondang tersebut di Madura hingga 27 Maret mendatang sebagaimana agenda yang telah disusun oleh tim. (zn)
    
Share:

Sabtu, 15 Februari 2020

Sabtu, 01 Februari 2020

Puisi - Tangisan Demokrasi


TANGISAN DEMOKRASI
Oleh Triswanto*

Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam

Lembaga pendapat umum
tidak mengandung pertanyaan,
tidak mengandung perdebatan,
dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan

Apabila kritik hanya boleh lewat media,
maka mereka akan semakin bebas
mengkreasikan opini tanpa arah
dan tujuanyang jelas

Aku tidak melihat alasan,
kenapa harus diam tertekan dan termangu

Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar
dan duduk berdebat
menyatakan setuju dan tidak setuju

Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran?
kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan
ketegangan telah mengganti
pergaulan pikiran yang merdeka

Lalu kemanakah seruan demokrasi Indonesia?
terintimidasi dalam wacana uforia
ini kebahagiaan atau tangisan
yang termakhtub dalam pancasila

--------------------------------------------------------
*)Mahasiswa KPI, Semester VI, Asal Pragaan
Share:

Pemimpin Perempuan, Bolehkah? - Ust. Ikhwan Amaly, M.Fil.I


        Pemikiran Islam Kontemporer adalah pemikiran Islam yang berkembang pada masa modern (Abad ke-19) hingga saat ini. Ciri dari Islam Kontemporer yaitu berkembangnya pemikiran baru dalam menafsirkan Al-Qur’an dan peradaban Islam. Lantas, bagaimana Islam Kontemporer memandang perempuan yang menjadi pemimpin suatu golongan? Berikut obrolan redaksi Komunika Rohmadi Alfarisi dengan salah satu dosen IDIA  Prenduan, pengampu materi Dunia Islam Kontemporer, Kamis (30/01/20).

Apa yang dimaksud dengan Islam Kontemporer?

  Islam kontemporer terdiri dari dua istilah yang berbeda. Islam adalah risalah yang memuat akumulasi anturan, nilai, moral yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad melalui Jibril As, sebagai rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ‘Alamin). Sedangkan kontemporer merupakan sebuah era atau fase yang dimulai sejak abad ke-19 hingga sekarang. Dalam pemahaman yang sederhana, kontemporer adalah kekinian, aktual dan segala hal yang berkaitan dengan masa sekarang. Dari definisi istilah di atas, maka yang dimaksud dengan Islam kontemporer adalah dialektika Islam sebagai sebuah agama yang memuat aturan dan tata nilai dengan era kekinian.

Bagaimana kita memaknai Islam Kontemporer itu sendiri?

     Sebenarnya tidak ada problem terkait dengan istilah Islam kontemporer karena pada hakikatnya, Islam adalah agama yang selalu relevan dengan perkembangan zaman (Shahih li Kulli az-Zaman wa al-Makan). Namun, akar problemnya adalah bagaimana wacana keislaman kontemporer merespon isu-isu yang berkembang dalam bentangan era tersebut. Salah satu isu yang menjadi kegelisahan akademik dan para pemikir muslim kontemporer adalah potret kemunduran Islam di era kontemporer, (لماذا تأخرالمسلمون وتقدم غیرھم).
Isu ini mematik perdebatan hangat di kalangan para pemikir muslim sehingga membentuk ruang wacana yang beragam.

Seperti yang antum katakan, bahwa Islam Kontemporer juga disebut sebagai Islam kekinian atau era sekarang. Lalu bagaimana dengan perempuan (muslimah) yang menjadi pemimpin?

  Persoalan kedudukan pemimipin perempuan merupakan salah satu wacana pemikiran Islam kontemporer. Wacana ini muncul seiring dengan perubahan struktur sosial masyarakat kontemporer dalam melihat status perempuan. Di Barat misalnya, terdapat pemikir yang terafiliasi dalam komunitas pegiat Gander, mereka menuntut sistem patriarki yang mengakar kuat dalam sistem sosial. Mereka menggugat superioritas kaum laki-laki dan menuntuk hak perempuan agar tidak didudukkan sebagai pihak yang inferior. Mereka menuntut persamaan hak antara laki-laki dan perempuan termasuk dalam urusan hak pastisipasi politik. Jika melihat struktur sosial masyarakat kontemporer memang terjadi perubahan yang sangat jauh dengan struktur sosial masyarakat pada zaman peradaban Islam klasik. Namun pertanyaannya adalah bagaimana wacana keislaman merespon arus perubahan tersebut? Di dalam dunia Islam sendiri, jika merujuk pada teks agama sebagai sumber otoritatif. Maka ketika Islam berbicara tentang kepemimpinan sebenarnya yang menjadi prinsip utama adalah soal keadilan sosial. Artinya, syarat utama dalam kepemimpinan bukan soal jenis kelamin (gander) akan tetapi soal kapasitas dan integritas dalam menciptakan keadilan sosial. Jika merujuka kepada sejarah Islam klasik, kita akan dapatkan beberapa kaum perempuan sebagai perawi hadis, misalnya Aisyah, ada juga seorang sufi terkenal dengan konsep mahabbahnya yaitu Rabi'ah al-Adawiyah. Peradaban klasik sebenarnya sudah memberikan dasar pijakan kepada kita bahwa perempuan boleh menjadi apa saja asal memiliki kualitas, integritas dan kapasitas di hidangnya masing-masing. Memang terjadi perdebatan antara pemikir muslim terkait persoalan kedudukan pemimpin perempuan, namun hal itu dalam hemat saya persoalan khilafiah bukan persoalan yang prinsip di dalam hal kepemimpinan.

Apakah hal tersebut tidak termasuk menyalahi ayat Arrijalu Qowwamuna ‘Alan Nisa’?

  Memang ayat tersebut seringkali dijadikan dasar teologis di dalam memahami kedudukan antara laki-laki dan perempuan dalam segala aspek. Namun, jika dikaji secara holistik, sebenarnya ayat tersebut tidak berbicara dalam konteks kepemimpinan, namun berbicara dalam konteks kedudukan antara laki-laki dan perempuan sebagai suami istri. Istilah قوامون para mufasir tidak dalam satu pendapat, ada yang mengartikan pemimpin, pengayom, pendidik dan lain-lain. Wallahu a'lam bisshowab..
Share:

Berdo'a atau Mendekte Allah?


        Apabila seseorang ditanya tentang kepercayaannya pada Allah, maka jawaban tersebut berkisar 50% ya dan 50% tidak. Atau apabila ditanya mengenai bisa sabar atau tidak, maka jawaban kebanyakan orang yang sedang tidak sabar adalah sabar itu ada batasnya. Artinya kesadaran masih belum mendekati 80%, begitu pula dengan pertanyaan bisa ikhlas atau tidak, jawabannya pun masih 50% setuju.
  Mayoritas jawaban yang kita terima dari masyarakat luas cenderung mantap menyatakan percaya pada Allah, ragu serta berkata tidak, sabar atau tidaksabar, ikhlas atau tidak ikhlas. Pernyataan yang tidak asing dengan realita sosial kebanyakan, mereka berfikir bahwa suatu sikap baik hanya didefinisikan sesuai kemampuan kontrol emosional berdasarkan empiris atau sekedar teori pengetahuan, seperti hal nyadengan ikhlas dan sabar. Padahal, pernyataan tersebut menyebabkan kita seringkali protes terhadap ketetapan yang dikehendaki oleh Allah SWT.
”Saya ikhlas, tapi....”, kalimat berikut sering kali dipakai untuk menunjukkan ketidak ikhlasan secara tidak langsung, pada hakikatnya bentuk keikhlasan tidaklah dapat diukur dengan bentuk wujud takaran atau seberapa besar seseorang itu mampu diam dan menerima, karena sebuah keikhlasan dan kesabaran pada jiwa seseorang mampu bertahan atas ujian, berusaha, tidak menyerah dan semakin mendekatkan diri pada Allah SWT, semua pencapaian bisa diraih dengan power yang ditanamkan melalui akidah diri yang tidak tergantung atau berkiblat pada mindset takdir takkan pernah berubah.
Sabar dan menerima ketetapan Allah, ketetapan yang sudah Allah gariskan untuk kita sering kali tidak bisa diterima, seperti agenda yang sudah disusun dengan baik, akan tetapi  pada kenyataannya semua tidaklah sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, jika sudah seperti hati yang mampu mengkondisikan jiwa, entah respon marah atau komplain pada Allah. Hingga akhirnya setelah menyalahkan Allah tanpa pernah mau berfikir kenapa Allah berkehendak dan menakdirkan.
Tidak banyak yang berfikir mengenai hikmah dibalik sesuatu yang diharapkan, manusia dianugerahkan akal untuk berpikir, namun hanya sedikit yang mau menggunakan akal sehatnya, sehingga lebih memilih untuk mengedepankan hasrat, emosional dalam jiwa hingga muncul sifat egois dan akhirnya menyalahkan Allah. Demikian, bila akal harusnya sudah digunakan, jangan katakan pada Allah “Aku punya masalah besar” tetapi katakan pada masalah bahwa “Aku punya Allah Yang Maha Besar “. Takdir Allah memang tidak selamanya baik, akan tetapi apa yang Allah takdirkan kepada kita itulah terbaik.
  Dengan menjalankan apa saja yang telah digariskan oleh Allah SWT, segala urusan akan dimudahkan, jika sulit bersabarlah dan jika mudah bersyukurlah. Sebab jalan yang sedang kita lewati bukanlah jalan kita pribadi yang dilalui secara kebetulan, namun jalan takdir dan pilihan merupakan jalan yang memang Allah tunjukkan untuk ditapak, bukan pilihan kita tapi pilihan Allah, bukan keputusan kita tapi keputusan Allah, bukan ketetapan kita tetapi ketetapan Allah, jadi kita bisa ada di dunia ini itupun semuanya karena Allah.
  “Kun Fayakun!” jika semudah itu Allah menciptakan surga dan neraka, langit dan bumi, matahari dan bintang, manusia dan tumbuhan, tidak ada yang sulit bagi Allah untuk menolong hambanya serta tidak pula diuji diluar batas kemampuannya, karena tak ada yang mustahil bagi Allah. Konsisten dalam berdo'a, karena do'a itu bukan seperti obat yang di ambil hanya ketika sakit, tetapi do'a itu adalah seperti udara yang perlu dihirup setiap waktu untuk terus bertahan hidup. Berdo'a itu ibadah, dikabulkan itu hadiah, belum dikabulkan itu pahala berlimpah. Laranglah pribadi untuk menyerah saat do'a belum terjawab, jika jiwa mampu bersabar, Allah mampu memberikan lebih dari apa yang diminta, sebab Allah tergantung pada prasangka hambanya.
  Kalau bukan karena Allah tidak mungkin ada makhluk hidup seperti manusia dimuka bumi ini, terus berusaha dan berdoa dengan tulus tanpa memaksa Allah, apapun yang kita  inginkan, Allah  maha punya segalanya. Namun jika tidak diberi, Allah punya yang lebih baik lagi, karena  Allah lebih  mengetahui mana yang baik dan tidak untuk hambanya, dengan memahami konteks maka hamba mampu menerima semua yang sudah Allah tetapkan.  Semua butuh proses, sebab disetiap proses ada pembelajaran, jika dipercepat Allah ingin kita bersyukur, dan jika diperlambat dikala itu Allah hendak melihat hamba-Nya bersabar. Belajar untuk tidak banyak protes, tugas kita sebagai hamba hanya  berusaha taat dan menambah ketakwaan kepada Allah SWT, selebihnya biarlah Allah yang menentukan skenario hidup, karena skenario yang Allah tuliskan untuk hamba-Nya itu jauh lebih indah dari pada skenario yang kita buat sendiri.(*)

*)Mahasiswi KPI, Semester VI, Asal Kapedi, Sumenep
Share:

UKM Baru, Semangat Baru


PRENDUAN, Komunika-Semangat berorganisasi memang sudah mendarah daging bagi mahasiswa Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan. Hal ini di buktikan dengan berdirinya sebuah UKM baru yang bergerak di bidang persilatan.
Menurut salah satu pengurus Abd. Aziz, dengan berdirinya UKM IPSI ini merupakan wadah bagi mahasiswa yang ingin mengembangkan minat dalam dunia persilatan. “Dengan adanya UKM IPSI ini diharapkan mampu menjadi wadah pengembangan bakat mahasiswa dalam dunia persilatan dan juga diharapkan mampu memberikan prestasi baru (dari dunia persilatan) bagi IDIA Prenduan.” Tutur mahasiswa asal kalimantan itu.
Adanya UKM baru ini juga dibenarakan oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan KH. Ridho Sudianto, “ Memang kami selaku civitas akademika sudah menerima proposal pengajuan UKM baru-baru ini, kami sangat mengapresiasi dan mendukung ide-ide yang dituangkan oleh para mahasiswa. Harapan besar kami kepada UKM IPSI ini, dapat menyumbangkan prestasi-prestasi kepada IDIA Prenduan, tentunya dibidang  persilatan” pungkas beliau.
Diawal pendirian UKM IPSI ini sudah menarik perhatian banyak mahasiswa, dibuktikan dengan tingginya minat mahasiswa yang mendaftar. “Alhamdulillah memang benar cukup banyak mahasiswa yang berminat menggeluti dunia persilatan ini, akan tetapi kami sebenarnya masih banyak kendala yang kami alami, salah satu kendala yang paling mendasar yaitu minimnya pelatih yang profesional dibidang ini. ” Ucap Azmi, juga salah satu pengurus UKM IPSI. Harapanya, segala kebutuhan dalam UKM ini bisa terpenuhi, termasuk adanya pelatih prefesional dan alat-alat perlengkapan sebagai faktor pendukung UKM IPSI. (sdk/rk)

Beberapa galeri foto UKM IPSI:

Suasana saat latihan persilatan dilingkungan Kampus IDIA Prenduan


Saat mengikuti turnamen di Surabaya, Jawa Timur

Rapat terpadu mulai dari pengurus dan anggota UKM IPSI


Share:

News: IDIA Prenduan Adakan Ujian Tengah Semester


        PRENDUAN, Komunika-Ratusan mahasantri IDIA Prenduan mengikuti ujian tengah semester, Sabtu (18/01). Kegiatan ini merupakan agenda setengah semester yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa dan mahasiswi aktif di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan untuk mengevaluasi kegiatan akademik mahasiswa.
Ujian tengah semester merupakan kegiatan wajib yang diadakan oleh bagian akademik IDIA al-amien prenduan menjelang sebagai media evaluasi bagi semua pihak, baik dari pihak civitas akademika dan juga para mahasiswa. Menurut Zayyadi, ujian tengah semester ini merupakan kegiatan yang diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi para dosen mata kuliah. Maksud evaluasi, para dosen mengerti tentang sejauh mana pemahaman mahasiswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh dosen selama setengah semester ini.
“Selain sebagai evaluasi bagi dosen, ujian ini juga diharapkan supaya para mahasiswa mengerti sebatas mana kemampuan mereka dalam menjawab soal-soal kemudian materi-materi apa saja yang menjadi kendala bagi mereka dalam belajar,” tutur pria yang menjadi ketua pelakasana ujian ini.
Selain menjadi bahan evaluasi bagi para dosen, ujian ini juga mengembalikan aura IDIA Prenduan yang sesungguhnya. “Masa-masa ujian ini, memang benar-benar mengembalikan IDIA yang sesungguhnya. Saya melihat para mahasiswa di mana-mana memegang buku, belajar, kemudian pengawasan para ustad secara intens. Situasi seperti ini yang memang diharapkan oleh para masyaikh Al-Amien,” pungkas Deri Putra, mahasiswa semester VI prodi PBA.
Adapun kegiatan ujian tengah semester ini dilaksanakan selama satu minggu penuh, Dimulai pada 18 januari dan berakhir pada tanggal 23 januari. Dengan materi uji meliputi materi kuliah kepondokkan khusus mahasiswa intensif, dan materi kuliah wajib. (rk/zn)
Share:

Pengikut

Subscribe!

Mars IDIA Prenduan