Globalisasi
yang ada di hadapan kita sebagai sebuah fakta yang tidak bisa kita pungkiri, globalisasi
memberi peluang dan fasilitas kepada kita yang sungguh amat luar biasa, globalisasi
telah menembus semua penjuru dunia, bahkan sampai daerah terpencil sekalipun, masuk
ke rumah-rumah, memborbardir pertahanan
moral dan agama, sekuat apapun dipertahankan. Televisi,
Internet, Koran, Handphone, dan lain
sebagainya adalah media informasi dan komunikasi
yang berjalan dengan cepat, menggulung sekat-sekat tradisional yang selama ini
dipegang kuat-kuat. Moralitas
menjadi longgar,
Sesuatu yang dulu di anggap tabu sekarang menjadi biasa-biasa saja. Cara
berpakaian, berinteraksi dengan lawan jenis, menikmati hiburan di tempat-tempat
spesial dan menikmati
narkoba menjadi tren dunia modern yang sulit di tanggulangi. Globalsasi
menyediakan seluruh fasilitas yang dibutuhkan manusia, negatif maupun positif.
Banyak manusia terlena dengan menuruti seluruh keinginannya, apalagi memiliki
rezeki melimpah dan lingkungan yang kondusif.
Akhirnya, apa akibat yang timbul? karakter
anak bangsa berubah menjadi rapuh, mudah diterjang ombak, terjerumus dalam tren
budaya yang melenakan, dan tidak memikirkan akibat yang ditimbulkan.
Prinsip-prinsip moral, budaya bangsa, dan perjuangan
hilang dari karakteristik mereka. Inilah yang menyebabkan dekadensi moral serta
hilangnya kreatifitas dan produktifitas bangsa. Saat ini, tidak sulit lagi bagi
kita untuk mendapatkan gambar-gambar yang mempertontonkan bentuk-bentuk tubuh
lewat majalah, televisi, bahkan handphone pun
menjadi alat penyebar porno aksi, dan penampilan
iklan yang menunjukkan kemolekan
tubuh. Praktek seks pranikah yang dilakukan oleh pelajar semakin hari semakin
meningkat dan hampir
seimbang jumlahnya antara di kota dan daerah-daerah. Hal ini terjadi karena
pengaruh budaya barat dan media melalui tayangan-tayangan yang vulgar serta
cenderung mengarah pada pornografi dan pornoaksi.
Dengan melihat
kenyataan diatas, pendidikan karakter sangat mendesak untuk diberlakukan di
negeri ini. Dengan cara mengoptimalkan peran sekolah sebagai pionir. Pihak
sekolah harus bekerja sama dengan keluarga, masyarakat, dan elemen bangsa yang
lain demi suksesnya agenda besar menanamkan karakter kuat kepada peserta didik
sebagai calon pemimpin bangsa dimasa yang akan datang. Mengapa harus lembaga
pendidikan? Sebab, tanggung jawab utama Negara dan masyarakat dalam
mempersiapkan kader masa depan yang berkualitas di bidang ilmu, moral, mental,
dan perjuangan adalah lembaga pendidikan. Tapi kenyataannya, lembaga pendidikan
formal selama ini disinyalir hanya mementingkan aspek kecerdasan akademik,
serta menganak tirikan aspek kecerdasan emosi dan spiritual, pendidikan
sekolah selama ini bisa dikatakan gagal pada aspek karakter. Sekolah terlalu
terpesona dengan target-target akademis, dan melupakan pendidikan karakter.
Sehingga membuat kreatifitas, keberanian, kemandirian, dan ketahanan anak didik
dalam melalui berbagai ujian hidup menjadi rendah. Anak mudah frustasi,
menyerah, dan kehilangan semangat juang sampai titik darah penghabisan. Lebih
ironisnya, bahkan perguruan tinggi sekalipun, lebih menekankan pada perolehan
nilai ulangan maupun ujian. Banyak guru yang berpandangan bahwa peserta didik
dikatakan baik kompetisinya apabila nilai hasil ulangan atau ujiannya tinggi.
Karakter
merupakan aspek yang penting untuk kesuksesan kita di masa depan, jadi apabila kita sudah
mempunyai karakter yang kuat pasti akan terbentuk dalam diri kita mental yang
kuat pula. Kalau mental kita sudah kuat akan
terlahir spirit yang kuat, pantang menyerah, berani mengurangi proses yang
panjang, dan berani menerjang arus badai dan gelombang berbahaya yang menerpa kita. Karakter yang
kuat merupakan prasyarat bagi kita untuk menjadi seorang pemenang dalam medan
kehidupan, apalagi di era globalisasi ini. Tidak
akan pernah ada peluang bagi kita untuk menjadi pemenang, apabila kita mempunyai
karakter yang lemah. Kita akan menjadi
pecundang, menjadi sampah masyarakat, dan kita akan tersingkirkan dalam proses
kompetisi kehidupan yang ketat seperti saat ini, sebab kita tidak mempunyai
prinsip, serta tidak mempunyai keberanian untuk menerjang gelombang, ombak dan
badai kehidupan yang dahsyat. Kita akan menjadi orang
yang penakut, ceroboh
dan pergerakan kita bisa dibaca dengan mudah oleh orang lain. Oleh karenanya, tanggung jawab utama negara dan
masyarakat dalam mempersiapkan kader-kader masa depan yang berkualitas di
bidang ilmu, moral, mental, dan perjuangan adalah dimulai dari lembaga
pendidikan. Pendidikan karakter merupakan pendidikan budi pekerti plus, yang
melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Tanpa ketiga aspek
diatas, pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang
di terapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi
cerdas emosinya. Karena dengan kecerdasan emosi, seseorang akan lebih mudah
berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk
berhasil secara akademis.
Hakikat
dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai-nilai
luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, yang bertujuan
membina kepribadian generasi muda. Pendidikan karakter juga berpijak pada
karakter dasar manusia yang bersumber dari
nilai moral universal (bersifat absolut) agama, Pendidikan karakter
memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak pada nilai-nilai karakter dasar
tersebut. Beberapa nilai karakter dasar tersebut antara lain cinta kepada Allah Swt dan ciptaan-Nya,
tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli dan kerja sama,
percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, keadilan dan
kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, serta cinta
persatuan.
Pendidikan karakter di sekolah harus berpijak pada
nilai-nilai karakter dasar manusia dan di kembangkan menjadi nilai-nilai yang
lebih banyak atau lebih tinggi sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan
sekolah itu sendiri. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen harus dilibatkan. Komponen tersebut meliputi
isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan
mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pemberdayaan sarana dan prasarana,
pembiayaan, serta etos kerja seluruh komponen sekolah atau lingkungan. Jadi
sangat diperlukan peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan
karakter pada lembaga pendidikan formal. Mengingat fenomena sosial yang
meningkat dan semakin berkembang, seperti kenakalan remaja dalam masyarakat,
seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan
di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang
sangat meresahkan. Oleh karenanya, lembaga pendidikan sebagai wadah resmi
pembinaan generasi muda diharapakan dapat meningkatkan peranannya dalam
pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan
kualitas pendidikan karakter.(*)