Pages

Jumat, 31 Juli 2020

Informasi Penting Pelaksanaan Tugas Akhir Tahun Akademik 2020-2021

Berikut Informasi Penting tentang pedoman pelaksanaan tugas akhir mahasiswa IDIA Prenduan, Tahun Akademik 2020-2021:

1. KRS Seminar proposal merupakan syarat memilih pembimbing dan mengajukan judul.

2. Tugas akhir masa transisi ada dua bentuk:

a. Jurnal => pada si master pilih menu skripsi

b. Buku

3. Masa pemilihan dosen pembimbing, 29 Juli-02 Agustus 2020

4. Masa pengajuan judul sampai 19 Agustus 2020

5. Tutorial penggunaan si master

TUTORIAL PENGGUNAAN SI MASTER TUGAS AKHIR.pdf

6. Pengisian data judul buku

TEKNIK ISIAN JUDUL BUKU PADA SIMASTER.pdf

7. Pengisian data judul jurnal

8. Agenda kegiatan pelaksanaan Tugas Akhir

a. Masa penulisan proposal, bimbingan dan seminar proposal tugas akhir dilaksanakan

selama semester ganjil

(Ahad, 12 Dzulhijjah- Kamis, 28 Safar/ 02 Agustus-15 Oktober 2020).

b. Masa penulisan tugas akhir dilaksanakan selama semester genap

(Kamis, 4 R. Tsani- Kamis, 13 Rajab/19 November- 25 Februari 2021).

c. Syarat kelulusan mahasiswa akhir adalah LoA (surat penerimaan) dari redaktur jurnal, atau konfirmasi penerbitan dari penerbit jika buku.

d. Syarat pengambilan ijazah adalah bukti terbit (Hard Copy) Jurnal/Buku.

9. Syarat substantif Munaqasyah Proposal tugas akhir

Mahasiswa menyelesaikan dan mengajukan proposal tugas akhir

a. Buku: Judul, topik, daftar isi, 50% naskah dari daftar isi

b. Jurnal: Draft artikel; topik, judul, abstrak, pendahuluan, teori yang digunakan, metode

yang digunakan.

10. Syarat substantif munaqasyah laporan tugas akhir

Mahasiswa menyelesaikan dan mengajukan proposal tugas akhir

a. Buku: dumi buku minimal 99 halaman menurut format UNESCO (15x23 cm)

b. Jurnal: draft artikel; judul, abstrak, pendahuluan (termasuk teori yang dipakai),

    metode, pembahasan, simpulan, daftar pustaka (sesuaikan dengan author guideline

    madrasah jurnal atau jurnal yang dituju).


Share:

Senin, 27 Juli 2020

Mengenal Al-Amien & IDIA Prenduan - KH. Dr. Ghozi Mubarok Idris, MA.

Ordipa Online merupakan kegiatan merupakan pengenalan Al-Amien dan IDIA kepada mahasiwa baru, dalam kegiatan ini seluruh mahasiswa harus mendapatkan penilaian tertentu, yakni lulus atau tidak lulus sesuai dengan hasil penilaian panitia. Tahun akan dilakukan secara daring dengan rangkaian sebagai berikut:
a. Pembukaan dan Penyampaian Materi: mengenal Al-Amien dan IDIA disampaikan oleh Rektor IDIA Prenduan, KH. Dr. Ghozi Mubarok Idris, MA.
b. Materi II: Sistem Akademik di IDIA, disampaikan oleh Warek I, Dr. Musleh Wahid, MPd.I
c. Materi III: Sistem Keuangan dan Sarana Pendidikan IDIA disampaikan oleh Warek II,  KH. Dr. Muhtadi Abdul Mun'im, MA.
d. Materi IV : Organisasi Mahasiswa dan Sistem Asrama Mahasiswa disampaikan oleh Warek III, KH. Ridha Sudianto, Lc., M.Si.

#ordipa2020 #ordipaonline #idiaprenduan






Share:

Selasa, 23 Juni 2020

Sejarah Berdirinya IDIA Prenduan

Pendirian Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan merupakan jawaban atas harapan masyarakat dan para alumni terhadap perguruan tinggi yang representatif di lingkungan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. Demi kepentingan tersebut, maka dimulailah rintisan pendirian lembaga pendidikan perguruan tinggi pada tahun 1980. Tiga tahun kemudian (tahun 1983), kunjungan Prof. Dr. H. Munawir Sjadzali, MA. menjadi berkah. Selaku Menteri Agama Republik Indonesia saat itu, beliau meresmikan lembaga pendidikan tinggi Al-Amien Prenduan dengan nama Pesantren Tinggi Al-Amien Prenduan yang disingkat PTA Prenduan.
Fakta akan harapan dan kebutuhan masyarakat terhadap urgensi pendidikan tinggi pasca pesantren terbukti benar. Kali pertama menerima mahasantri, Pesantren Tinggi Al-Amien Prenduan dibanjiri peminat, baik alumni Al-Amien Prenduan sendiri maupun alumni pondok-pondok pesantren lain di Indonesia. Karenanya, pimpinan PTA pada saat itu memberlakukan seleksi masuk yang ketat, dengan mempertimbangkan kualitas intelektual dan moral para calon mahasantri yang mendaftarkan diri ke PTA. Karena proses seleksi yang ketat ini, Pesantren Tinggi Al-Amien Prenduan kemudian dikenal sebagai tempat berkumpulnya para santri dengan kualitas pemahaman agama yang dapat diandalkan. Dalam perkembangannya, kehadiran mahasantri PTA memberi pengaruh istimewa terhadap geliat pendidikan di Pondok Pesantren Al-Amien, terutama dalam dinamika keilmuan para santri. Tidak hanya bagi santri, beragam aktivitas dakwah dan pemberdayaan umat yang dilaksanakan secara kontinyu juga berpengaruh positif bagi masyarakat di sekitar Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. Hingga kini, sejak mewisuda alumni pertamanya, PTA Prenduan telah melahirkan pimpinan-pimpinan pesantren, tokoh-tokoh agama, dan aktivis-aktivis dakwah yang disegani di wilayah nusantara.
Dua tahun kemudian (tahun 1985), pengurus Yayasan Al-Amien Prenduan mengubah nama Pesantren Tinggi Al-Amien menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Al-Amien (STIDA) Prenduan. Perubahan nama tersebut merupakan langkah maju bagi pengembangan perguruan tinggi yang sesuai dengan peraturan pemerintah, namun dengan tetap mempertahankan kualitas sistem, orientasi pendidikan, serta nilai-nilai kepesantrenan yang sejak awal dicanangkan oleh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan.
Pada tahun 1996 M., kegigihan pengurus Yayasan Al-Amien Prenduan untuk mewujudkan perguruan tinggi yang representatif dijawab dengan disetujuinya proposal penambahan program studi (prodi) oleh tim Kopertais wilayah IV Surabaya. Status dan nama STIDApun beralih rupa menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Amien Prenduan, dengan membuka dua program studi/jurusan: Bimbingan dan Penyuluhan Islam/BPI (Dakwah), dan Pendidikan Agama Islam/PAI (Tarbiyah).
Perlahan namun pasti, prestasi demi prestasi institusional diraih oleh STAI Al-Amien Prenduan. Tak berapa lama kemudian, lewat Surat Keputusan Badan Akreditasi Nasional dengan nomor: 019/BAN-PT/Ak-IV/VIII/2000, STAI dinyatakan terakreditasi dengan nilai maksimum. Jalan menuju idealisme kian nampak di depan mata. Harapan bagi terwujudnya sebuah perguruan tinggi Islam yang representatif semakin gamblang terhampar di hadapan. Segera setelah turunnya hasil akreditasi itu, sebuah tim dibentuk untuk merealisasikan langkah berikutnya, yaitu merencanakan penambahan beberapa program studi (prodi), sebagai syarat bagi peningkatan status kelembagaan menjadi institut.
Tanpa menunggu lama, rencana itu pun terealisasi, ditandai dengan dibukanya satu fakultas dan empat program studi baru pada tahun akademik 2001-2002, yaitu: 1. Komunikasi & Penyiaran (KPI) di Fakultas Dakwah, 2. Pendidikan Bahasa Arab (PBA) di Fakultas Tarbiyah, serta 3. Tafsir/Hadits (sekarang menjadi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir) dan Aqidah/Filsafat (sekarang menjadi Ilmu Aqidah) di Fakultas Ushuluddin. Dengan peresmian itu, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Amien Prenduan pun berganti nama menjadi Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan (IDIA) yang kemudian mendapatkan pengakuan resmi seiring turunnya surat Keputusan dari Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama RI. No. : Dj.II/144/2002.
Dalam upaya untuk meneguhkan eksistensinya sebagai perguruan tinggi Islam yang representatif, IDIA Prenduan terus melakukan inovasi-inovasi baru dalam bentuk kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi dalam negeri maupun luar negeri, baik dalam bidang sarana prasarana, pengembangan sumber ekonomi dan peningkatan sumber daya manusia. Dengan jalinan relasi kerjasama yang telah ditempuh ini, IDIA Prenduan mengalami kemajuan yang sangat pesat dan mampu melahirkan output dengan kualitas yang tinggi.
Sistem perkuliahan di IDIA Prenduan memiliki sifat dan karakter yang unik dibandingkan dengan kampus lain pada umumnya. Nilai keunikan itu terletak pada upaya mengintegrasikan sistem perkuliahan akademik seperti yang berlaku di perguruan tinggi modern pada umumnya dengan sistem pendidikan pesantren. Sehingga dari hasil sistem perkuliahan yang integratif tersebut, IDIA al-Amien mampu melahirkan generasi-generasi intelektual yang mutafaqqih fiddien dan mundzirul qoum.
Sumber: idia.ac.id

Share:

Sabtu, 16 Mei 2020

Puisi - Munajat Cinta

MUNAJAT CINTA
Oleh: Rofiqoh

Malam yang penuh butiran bintang
Air mata yang mengalir
Kala yang terdengar suara yang membisikkan hati
Perihnya mata melawan cahaya
Pekatnya telinga mendengar dentuman jarum jam
Beratnya badan ketika harus bangkit
Akankah aku harus menjamahnya?
Ataukah mengabaikannya?
Tetapi... bisikan itu
Memaksaku tersadar dari mimpi panjangku
Sepi berteman angin yang bertiup kencang
Bersimpuh di atas sajadah
Bersama kain putih ini
Kau lantunkan dzikir dan do’a
Mengharap ridhomu

Mahasiswi KPI, Semester VI, Asal Sumenep

Share:

Puisi - Kehancuran Diri


KEHANCURAN DIRI
Oleh: Lailatul Husni

Semesta...
 ku tak terarah
Jika kau marah tanpa sebab
Mataku gelap ditengah cahaya
Tanganku kaku dengan kebuntuan
Dan lidahku kelu tak berlalu
saat dunia berhenti tanpa aba-aba
ku tak merasa molekul hitam
tersarang di kepala
ohhh.....
ku tak ingin itu terjadi
ku tak mau buta selamanya

*)Mahasiswi KPI, Semester VI, Asal Jember






Share:

Puisi - Daya Ku, Daya-Mu

Daya Ku, Daya-Mu

Oleh: Wahdaniyah

Semilir angin panggilku duhai syahdu
Memaksa raga untuk bernyawa
Masih setengah hidup aku memaksa

Tertatih-tatih ragaku melangkah


Dingin oh dingin, air surgamu menyentuhku
Perlahan terusap mengendap kedalam pori-pori
Bersamaan dengan lisan yang komat-kamit
Memanjat bait rasa suciku

Wahai pemilik segala jiwa raga
Harus dengan apalagi aku mengagung-MU
Walau dengan sekedar mencium tanah
Memberi kenikmatan sendiri pada kalbuku


*)Mahasiswi KPI, Semester VI, Asal Kalimantan
Share:

Keselamatan Peradaban dengan Pendidikan Pesantren


Lembaga pendidikan yang dibangun dengan konsep timpang dan tidak seimbang, hanya memperhatikan aspek-aspek duniawi dan mengabaikan aspek-aspek ukhrawi, atau sebaliknya, adalah tidak sesuai dengan konsep dasar Islam. Menggunakan pandangan yang timpang menyebabkan ketimpangan ilmu yang dihasilkan, yang pada gilirannya akan menyebarkan wabah kerusakan moral dan etika. Inilah yang banyak terjadi pada kebanyakan lembaga saat ini. Kerusakan ilmu secara merata telah terjadi pada mayoritas perguruan tinggi di Indonesia.
Kekeliruan konsep ilmu di dunia pendidikan tinggi di Indonesia telah melahirkan dua kondisi yang memperhatinkan. Pertama, di perguruan tinggi umum terjadi kebodohan terhadap ilmu-ilmu agama. Kampus-kampus umum banyak melahirkan sarjana-sarjana yang nyaris buta terhadap fardhuain sepanjang hidupnya. Kedua, di perguruan Islam terjadi kekacauan ilmu. Berbagai perguruan tinggi ini melahirkan sarjana-sarjana agama yang keliru ilmunya, yang kemudian disebarkan ke tengah masyarakat. Lebih parah lagi, sarjana-sarjana yang justru ragu dengan agamanya sendiri. padahal sarjana agama inilah yang akan menempati pos-pos strategis dalam bidang keagamaan, sebagai guru agama, dosen agama, pimpinan pesantren dan organisasi islam.
Secara prinsip, pesantren berbeda dengan pendidikan lain, pendidikan pesantren memegang tiga prinsip pokok, yaitu ilmu, amal dan ikhlas. Tiga pokok lainnya; iman, Islam dan ihsan. Mempelajari Islam sekaligus ilmu-ilmu Islam tidak bisa dilakukan secara setengah-setengah. Selain teori dan praktik, ia tidak bisa dilepaskan dari etika, proses atau tata cara mencari dan mempelajari ilmu yang diajarkan dalam Islam. Jika ilmu-ilmu agama harus dipelajari secara serius, berkesinambungan, dalam waktu tertentu dengan perencanaan dan konsep yang matang, maka dimanakah tempat yang paling tepat bagi kita untuk mempelajarinya?, jawaban dari semua itu adalah “Pesantren”. tentu saja tidak ada keraguan sedikitpun, bahwa pendalaman ajaran agama hanya ada di pesantren. Di pesantren ajaran-ajaran dan ilmu-ilmu agama dipelajari secara serius, total konsiten. Hanya pesantren yang mengajarkan agama secara total, baik secara teori, praktik dan etikanya, sehingga dapat diterapkan secara utuh dalam segenap aspek sosial-kehidupan yang dijalani. Dengan demikian dapat diterapkan di setiap bidang kehidupan manusia, sehingga benar-benar menebarkan rahmat bagi alam semesta. (wallahu a’lam).

Oleh: Wahdaniyah
Mahasiswi KPI, Semester VI, Asal Kalimantan

Share:

Puisi - Setitik Jembatan Rindu



Seputar rindu yang melekat,
tak berhenti mengiramakan nada kesayangan
tak berbunyi
namun hanya getaran yang ku rasakan
deru jantung yang menyala
tak hiraukan otot yang semakin mengatip daging
hanya satu yang ku inginkan
hanya satu yang ku harapkan
hanya satu yang ku nantikan
setitik jembatan rindu ku
Tuk... menemui-Mu..


Oleh: Lailaltul Husni, Asal Jember

Share:

Pengikut

Subscribe!

Mars IDIA Prenduan