|
Sumber gambar: https://www.incimages.com/uploaded_files/image/970x450/getty_505023182_114910.jpg |
Percaya
atau tidak, manusia adalah budak dari pikirannya. Ini soal mandataris kehidupan
yang sedang dipengang erat oleh tiap-tiap jiwa. Sejak dilahirkannya ke dunia,
Tuhan sudah memberikan kartu bertanda bahwa inilah hidup yang harus dipegang.
Sedari kecil, hidup berjalan begitu sederhana, bagaimana manusia-manusia kecil
yang tercipta dengan ketidak berdayaan memulai kehidupan.
Surat
awal dipegang oleh orang tua, segala aspek kehidupan, berawal dari sebelum
lahir hingga masa pertumbuhan dan berkembang anak, dimana surat mandat itu
harus diserahkan pada waktu yang seharusnya. Surat yang harusnya dikembalikan
kepada pemilik aslinya, manusia yang terlahir harus menanggung hidupnya secara
mandiri, menata batu jalannya sendiri secara utuh, berubah mejadi lamban,
mengalami stagnasi dan tidak mampu melakukan apa-apa ditangan pendidik yang
melatihnya sejak dini sebagai passenger.
Perubahan
dunia yang selalu bergerak secara dinamis di segala sektor tidak bisa
dikendalikan oleh jiwa-jiwa passenger, sebab personal yang memilih menjadi seorang
penumpang tak mampu mengendalikan dunia dengan tangannya. Bagaimana tokoh
seperti Interpreneur Jack Ma, Steve Jobs, Presiden Soekarno, atlet Moh. Ali dan
tokoh lainnya bergerak sejak dini dengan memilih hidupnya sebagai seorang
driver.
Mengambil
alih kembali surat hak menerima mandat dari Tuhan adalah pilihan hidup untuk
bertarung dimasa depan, karena meminta mengalihkan kehidupan yang lebih layak
bukan perkara mudah untuk dilalui. Bila seorang passenger memilih untuk duduk
manis dibelakang supir, ia bisa santai tanpa memperhatikan jalan, ngobrol,
mengantuk bahkan bisa tidur-tiduran, tidak perlu membersihkan serta merawat
mobil, seorang driver memilih jalan hidup untuk berpikir dan memilih hidup
untuk dirinya dan manfaat bagi orang lain.
Passenger
hanya menerima segala aturan dari orang tua, mulai dari perawatan intensif,
dibesarkan sejak kecil hingga dewasa, instansi pendidikannya, tempat kuliahnya,
dibelikan tiket yang harusnya bisa ia urus sendiri, fakultas yang harus ia
tekuni, hingga ditentukan kriteria pasangan untuknya, tempat tinggal, ekonomi
dan ditentukan pola asuh anak-anaknya, pada akhirnya pribadi passenger seperti
ini hanya akan berputar pada aturan kehidupan yang dilalui dengan sederhana
dan begitu saja, semua teratur dari bangun
tidur hingga tidur kembali, bekerja, kembali ke rumah dan menjalani hidup yang
pasti-pasti.
Tak
ubahnya dengan perusahaan, instansi pendidikan dan lembaga lain yang memiliki
bos yang menentukan bawahan sesuai dengan kehendak dan aturan yang dibuatnya,
semua mindset harus sejalan dengannya, meninggikan argumen diatas argumen yang
lain, menutup pikiran orang lain dengan management yang dikendalikannya
sendiri, personal yang seperti ini cenderung tidak mampu mengendalikan diri
dikala harus menerima kritikan dari orang lain, emosional, menganggap dunia
sedang mendiskriminasi, teoritis dan minim toleransi.
Tidak
jarang bila manusia-manusia yang terlahir dengan memiliki watak pendidik
seperti ini mengalami pergerakan yang cukup lamban, inovasi, kreatifitas
membeku dan sulit besosialisasi. sebab sejak kecil dilatih untuk menutup
pikiran tidak dibuka secara bebas. Sikap berlindung dibalik ketiak orang tua,
serba ketergantungan terhadap orang lain tidak mampu mengubah pola hidup lebih
maju.
Salah
satu nasihat Jack Ma dalam menentukan jalan hidup, dimana pemuda sebelum
berumur 20 tahun, ia harus tekun dan rajin belajar, menguasai teori yang
kemudian akan diaplikasikan kesesuaiannya dengan praktisi, saat umur 20-30
tahun, ikutilah bos yang baik yang mau mengajarkan dengan benar dan tepat, saat
umur 30-40 tahun, lakukan apa yang paling disukai dan benar-benar tenuki
pekerjaan yang sangat disukai tersebut, saat umur 40-50 tahun maka
pekerjakanlah pemuda, buka kesempatan bagi pemuda untuk mengaplikasikan apa yang
telah diusahakan sejak lama, ajarkan dan ciptakan generasi, di umur 60 tahun
keatas, nikmatilah masa tua dengan keluarga dan hasil yang telah didapat.
Banyak pula
anak didik yang berusaha mengambil alih hak hidupnya sendiri demi menjadi
seorang driver, tidak menghendaki kondisi sebagai seorang passenger. Usaha
driver ini bisa cukup lebih berat menata jalannya atau tidak terlalu berat
dalam meminta surat hak hidupnya. Seorang passenger yang berusaha mengambil
alih control steering atau kontrol setir hidup memiliki cara yang berbeda-beda
dalam menghadapi pendidiknya.
Sesuai dengan
usaha, mindset terhadap diri dan pendidiknya, kepercayaan serta bukti yang
mampu dicapainya, driver handal mampu mengambil surat hak tersebut dengan cara
yang baik, meminta izin hidup yang lebih baik dan diberikan dengan baik pula,
sehingga seorang driver mampu melalui rute hidup dengan hebat serta mampu
mencapai tujuan dengan selamat. Sebab driver memiliki resiko dan tanggung jawab
yang lebih besar dari pada seorang passenger, seorang supir harus tetap fokus
pada jalan yang dituju, tidak boleh mengantuk, memperhatikan kondisi penumpang,
sabar menerima komplen dari pengendara lain dan pandai merawat mesin.
Hanya
seorang driver yang mampu menopang hidup lebih kokoh, menghasilkan bibit lebih
unggul, menebarkan manfaat lebih besar dengan jasa dan materi, bila hidup tetap
dilalui sebagai seorang penumpang yang serba ketergantungan dan takut akan
resiko, selamanya ia tidak akan menghasilkan apa-apa selain pikiran yang begitu
sederhana. “If you don't do it, nothing is possible, but if you try to do it,
at least you have the hope”, jika kamu tidak melakukannya, maka kamu tidak akan
dapat apa-apa, tapi jika kamu mencoba untuk melakukannya, setidaknya masih kau
memiliki harapan. Dunia yang dinamis menelan merk, produk, perusahaan, personal
dan pribadi yang tertinggal. Sebab menjadi seorang driver setidaknya bisa
terhindar dari dinamika hidup yang menelan kaum konsumtif dan serba
ketergantungan yang tidak senada mengikuti irama pergerakan dunia.(*/zn)
*)Mahasiswi
KPI, Semester VI, Asal Sampang