Pages

Sabtu, 01 Februari 2020

Puisi - Tangisan Demokrasi


TANGISAN DEMOKRASI
Oleh Triswanto*

Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam

Lembaga pendapat umum
tidak mengandung pertanyaan,
tidak mengandung perdebatan,
dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan

Apabila kritik hanya boleh lewat media,
maka mereka akan semakin bebas
mengkreasikan opini tanpa arah
dan tujuanyang jelas

Aku tidak melihat alasan,
kenapa harus diam tertekan dan termangu

Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar
dan duduk berdebat
menyatakan setuju dan tidak setuju

Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran?
kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan
ketegangan telah mengganti
pergaulan pikiran yang merdeka

Lalu kemanakah seruan demokrasi Indonesia?
terintimidasi dalam wacana uforia
ini kebahagiaan atau tangisan
yang termakhtub dalam pancasila

--------------------------------------------------------
*)Mahasiswa KPI, Semester VI, Asal Pragaan
Share:

Pemimpin Perempuan, Bolehkah? - Ust. Ikhwan Amaly, M.Fil.I


        Pemikiran Islam Kontemporer adalah pemikiran Islam yang berkembang pada masa modern (Abad ke-19) hingga saat ini. Ciri dari Islam Kontemporer yaitu berkembangnya pemikiran baru dalam menafsirkan Al-Qur’an dan peradaban Islam. Lantas, bagaimana Islam Kontemporer memandang perempuan yang menjadi pemimpin suatu golongan? Berikut obrolan redaksi Komunika Rohmadi Alfarisi dengan salah satu dosen IDIA  Prenduan, pengampu materi Dunia Islam Kontemporer, Kamis (30/01/20).

Apa yang dimaksud dengan Islam Kontemporer?

  Islam kontemporer terdiri dari dua istilah yang berbeda. Islam adalah risalah yang memuat akumulasi anturan, nilai, moral yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad melalui Jibril As, sebagai rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ‘Alamin). Sedangkan kontemporer merupakan sebuah era atau fase yang dimulai sejak abad ke-19 hingga sekarang. Dalam pemahaman yang sederhana, kontemporer adalah kekinian, aktual dan segala hal yang berkaitan dengan masa sekarang. Dari definisi istilah di atas, maka yang dimaksud dengan Islam kontemporer adalah dialektika Islam sebagai sebuah agama yang memuat aturan dan tata nilai dengan era kekinian.

Bagaimana kita memaknai Islam Kontemporer itu sendiri?

     Sebenarnya tidak ada problem terkait dengan istilah Islam kontemporer karena pada hakikatnya, Islam adalah agama yang selalu relevan dengan perkembangan zaman (Shahih li Kulli az-Zaman wa al-Makan). Namun, akar problemnya adalah bagaimana wacana keislaman kontemporer merespon isu-isu yang berkembang dalam bentangan era tersebut. Salah satu isu yang menjadi kegelisahan akademik dan para pemikir muslim kontemporer adalah potret kemunduran Islam di era kontemporer, (لماذا تأخرالمسلمون وتقدم غیرھم).
Isu ini mematik perdebatan hangat di kalangan para pemikir muslim sehingga membentuk ruang wacana yang beragam.

Seperti yang antum katakan, bahwa Islam Kontemporer juga disebut sebagai Islam kekinian atau era sekarang. Lalu bagaimana dengan perempuan (muslimah) yang menjadi pemimpin?

  Persoalan kedudukan pemimipin perempuan merupakan salah satu wacana pemikiran Islam kontemporer. Wacana ini muncul seiring dengan perubahan struktur sosial masyarakat kontemporer dalam melihat status perempuan. Di Barat misalnya, terdapat pemikir yang terafiliasi dalam komunitas pegiat Gander, mereka menuntut sistem patriarki yang mengakar kuat dalam sistem sosial. Mereka menggugat superioritas kaum laki-laki dan menuntuk hak perempuan agar tidak didudukkan sebagai pihak yang inferior. Mereka menuntut persamaan hak antara laki-laki dan perempuan termasuk dalam urusan hak pastisipasi politik. Jika melihat struktur sosial masyarakat kontemporer memang terjadi perubahan yang sangat jauh dengan struktur sosial masyarakat pada zaman peradaban Islam klasik. Namun pertanyaannya adalah bagaimana wacana keislaman merespon arus perubahan tersebut? Di dalam dunia Islam sendiri, jika merujuk pada teks agama sebagai sumber otoritatif. Maka ketika Islam berbicara tentang kepemimpinan sebenarnya yang menjadi prinsip utama adalah soal keadilan sosial. Artinya, syarat utama dalam kepemimpinan bukan soal jenis kelamin (gander) akan tetapi soal kapasitas dan integritas dalam menciptakan keadilan sosial. Jika merujuka kepada sejarah Islam klasik, kita akan dapatkan beberapa kaum perempuan sebagai perawi hadis, misalnya Aisyah, ada juga seorang sufi terkenal dengan konsep mahabbahnya yaitu Rabi'ah al-Adawiyah. Peradaban klasik sebenarnya sudah memberikan dasar pijakan kepada kita bahwa perempuan boleh menjadi apa saja asal memiliki kualitas, integritas dan kapasitas di hidangnya masing-masing. Memang terjadi perdebatan antara pemikir muslim terkait persoalan kedudukan pemimpin perempuan, namun hal itu dalam hemat saya persoalan khilafiah bukan persoalan yang prinsip di dalam hal kepemimpinan.

Apakah hal tersebut tidak termasuk menyalahi ayat Arrijalu Qowwamuna ‘Alan Nisa’?

  Memang ayat tersebut seringkali dijadikan dasar teologis di dalam memahami kedudukan antara laki-laki dan perempuan dalam segala aspek. Namun, jika dikaji secara holistik, sebenarnya ayat tersebut tidak berbicara dalam konteks kepemimpinan, namun berbicara dalam konteks kedudukan antara laki-laki dan perempuan sebagai suami istri. Istilah قوامون para mufasir tidak dalam satu pendapat, ada yang mengartikan pemimpin, pengayom, pendidik dan lain-lain. Wallahu a'lam bisshowab..
Share:

Berdo'a atau Mendekte Allah?


        Apabila seseorang ditanya tentang kepercayaannya pada Allah, maka jawaban tersebut berkisar 50% ya dan 50% tidak. Atau apabila ditanya mengenai bisa sabar atau tidak, maka jawaban kebanyakan orang yang sedang tidak sabar adalah sabar itu ada batasnya. Artinya kesadaran masih belum mendekati 80%, begitu pula dengan pertanyaan bisa ikhlas atau tidak, jawabannya pun masih 50% setuju.
  Mayoritas jawaban yang kita terima dari masyarakat luas cenderung mantap menyatakan percaya pada Allah, ragu serta berkata tidak, sabar atau tidaksabar, ikhlas atau tidak ikhlas. Pernyataan yang tidak asing dengan realita sosial kebanyakan, mereka berfikir bahwa suatu sikap baik hanya didefinisikan sesuai kemampuan kontrol emosional berdasarkan empiris atau sekedar teori pengetahuan, seperti hal nyadengan ikhlas dan sabar. Padahal, pernyataan tersebut menyebabkan kita seringkali protes terhadap ketetapan yang dikehendaki oleh Allah SWT.
”Saya ikhlas, tapi....”, kalimat berikut sering kali dipakai untuk menunjukkan ketidak ikhlasan secara tidak langsung, pada hakikatnya bentuk keikhlasan tidaklah dapat diukur dengan bentuk wujud takaran atau seberapa besar seseorang itu mampu diam dan menerima, karena sebuah keikhlasan dan kesabaran pada jiwa seseorang mampu bertahan atas ujian, berusaha, tidak menyerah dan semakin mendekatkan diri pada Allah SWT, semua pencapaian bisa diraih dengan power yang ditanamkan melalui akidah diri yang tidak tergantung atau berkiblat pada mindset takdir takkan pernah berubah.
Sabar dan menerima ketetapan Allah, ketetapan yang sudah Allah gariskan untuk kita sering kali tidak bisa diterima, seperti agenda yang sudah disusun dengan baik, akan tetapi  pada kenyataannya semua tidaklah sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, jika sudah seperti hati yang mampu mengkondisikan jiwa, entah respon marah atau komplain pada Allah. Hingga akhirnya setelah menyalahkan Allah tanpa pernah mau berfikir kenapa Allah berkehendak dan menakdirkan.
Tidak banyak yang berfikir mengenai hikmah dibalik sesuatu yang diharapkan, manusia dianugerahkan akal untuk berpikir, namun hanya sedikit yang mau menggunakan akal sehatnya, sehingga lebih memilih untuk mengedepankan hasrat, emosional dalam jiwa hingga muncul sifat egois dan akhirnya menyalahkan Allah. Demikian, bila akal harusnya sudah digunakan, jangan katakan pada Allah “Aku punya masalah besar” tetapi katakan pada masalah bahwa “Aku punya Allah Yang Maha Besar “. Takdir Allah memang tidak selamanya baik, akan tetapi apa yang Allah takdirkan kepada kita itulah terbaik.
  Dengan menjalankan apa saja yang telah digariskan oleh Allah SWT, segala urusan akan dimudahkan, jika sulit bersabarlah dan jika mudah bersyukurlah. Sebab jalan yang sedang kita lewati bukanlah jalan kita pribadi yang dilalui secara kebetulan, namun jalan takdir dan pilihan merupakan jalan yang memang Allah tunjukkan untuk ditapak, bukan pilihan kita tapi pilihan Allah, bukan keputusan kita tapi keputusan Allah, bukan ketetapan kita tetapi ketetapan Allah, jadi kita bisa ada di dunia ini itupun semuanya karena Allah.
  “Kun Fayakun!” jika semudah itu Allah menciptakan surga dan neraka, langit dan bumi, matahari dan bintang, manusia dan tumbuhan, tidak ada yang sulit bagi Allah untuk menolong hambanya serta tidak pula diuji diluar batas kemampuannya, karena tak ada yang mustahil bagi Allah. Konsisten dalam berdo'a, karena do'a itu bukan seperti obat yang di ambil hanya ketika sakit, tetapi do'a itu adalah seperti udara yang perlu dihirup setiap waktu untuk terus bertahan hidup. Berdo'a itu ibadah, dikabulkan itu hadiah, belum dikabulkan itu pahala berlimpah. Laranglah pribadi untuk menyerah saat do'a belum terjawab, jika jiwa mampu bersabar, Allah mampu memberikan lebih dari apa yang diminta, sebab Allah tergantung pada prasangka hambanya.
  Kalau bukan karena Allah tidak mungkin ada makhluk hidup seperti manusia dimuka bumi ini, terus berusaha dan berdoa dengan tulus tanpa memaksa Allah, apapun yang kita  inginkan, Allah  maha punya segalanya. Namun jika tidak diberi, Allah punya yang lebih baik lagi, karena  Allah lebih  mengetahui mana yang baik dan tidak untuk hambanya, dengan memahami konteks maka hamba mampu menerima semua yang sudah Allah tetapkan.  Semua butuh proses, sebab disetiap proses ada pembelajaran, jika dipercepat Allah ingin kita bersyukur, dan jika diperlambat dikala itu Allah hendak melihat hamba-Nya bersabar. Belajar untuk tidak banyak protes, tugas kita sebagai hamba hanya  berusaha taat dan menambah ketakwaan kepada Allah SWT, selebihnya biarlah Allah yang menentukan skenario hidup, karena skenario yang Allah tuliskan untuk hamba-Nya itu jauh lebih indah dari pada skenario yang kita buat sendiri.(*)

*)Mahasiswi KPI, Semester VI, Asal Kapedi, Sumenep
Share:

UKM Baru, Semangat Baru


PRENDUAN, Komunika-Semangat berorganisasi memang sudah mendarah daging bagi mahasiswa Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan. Hal ini di buktikan dengan berdirinya sebuah UKM baru yang bergerak di bidang persilatan.
Menurut salah satu pengurus Abd. Aziz, dengan berdirinya UKM IPSI ini merupakan wadah bagi mahasiswa yang ingin mengembangkan minat dalam dunia persilatan. “Dengan adanya UKM IPSI ini diharapkan mampu menjadi wadah pengembangan bakat mahasiswa dalam dunia persilatan dan juga diharapkan mampu memberikan prestasi baru (dari dunia persilatan) bagi IDIA Prenduan.” Tutur mahasiswa asal kalimantan itu.
Adanya UKM baru ini juga dibenarakan oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan KH. Ridho Sudianto, “ Memang kami selaku civitas akademika sudah menerima proposal pengajuan UKM baru-baru ini, kami sangat mengapresiasi dan mendukung ide-ide yang dituangkan oleh para mahasiswa. Harapan besar kami kepada UKM IPSI ini, dapat menyumbangkan prestasi-prestasi kepada IDIA Prenduan, tentunya dibidang  persilatan” pungkas beliau.
Diawal pendirian UKM IPSI ini sudah menarik perhatian banyak mahasiswa, dibuktikan dengan tingginya minat mahasiswa yang mendaftar. “Alhamdulillah memang benar cukup banyak mahasiswa yang berminat menggeluti dunia persilatan ini, akan tetapi kami sebenarnya masih banyak kendala yang kami alami, salah satu kendala yang paling mendasar yaitu minimnya pelatih yang profesional dibidang ini. ” Ucap Azmi, juga salah satu pengurus UKM IPSI. Harapanya, segala kebutuhan dalam UKM ini bisa terpenuhi, termasuk adanya pelatih prefesional dan alat-alat perlengkapan sebagai faktor pendukung UKM IPSI. (sdk/rk)

Beberapa galeri foto UKM IPSI:

Suasana saat latihan persilatan dilingkungan Kampus IDIA Prenduan


Saat mengikuti turnamen di Surabaya, Jawa Timur

Rapat terpadu mulai dari pengurus dan anggota UKM IPSI


Share:

News: IDIA Prenduan Adakan Ujian Tengah Semester


        PRENDUAN, Komunika-Ratusan mahasantri IDIA Prenduan mengikuti ujian tengah semester, Sabtu (18/01). Kegiatan ini merupakan agenda setengah semester yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa dan mahasiswi aktif di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan untuk mengevaluasi kegiatan akademik mahasiswa.
Ujian tengah semester merupakan kegiatan wajib yang diadakan oleh bagian akademik IDIA al-amien prenduan menjelang sebagai media evaluasi bagi semua pihak, baik dari pihak civitas akademika dan juga para mahasiswa. Menurut Zayyadi, ujian tengah semester ini merupakan kegiatan yang diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi para dosen mata kuliah. Maksud evaluasi, para dosen mengerti tentang sejauh mana pemahaman mahasiswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh dosen selama setengah semester ini.
“Selain sebagai evaluasi bagi dosen, ujian ini juga diharapkan supaya para mahasiswa mengerti sebatas mana kemampuan mereka dalam menjawab soal-soal kemudian materi-materi apa saja yang menjadi kendala bagi mereka dalam belajar,” tutur pria yang menjadi ketua pelakasana ujian ini.
Selain menjadi bahan evaluasi bagi para dosen, ujian ini juga mengembalikan aura IDIA Prenduan yang sesungguhnya. “Masa-masa ujian ini, memang benar-benar mengembalikan IDIA yang sesungguhnya. Saya melihat para mahasiswa di mana-mana memegang buku, belajar, kemudian pengawasan para ustad secara intens. Situasi seperti ini yang memang diharapkan oleh para masyaikh Al-Amien,” pungkas Deri Putra, mahasiswa semester VI prodi PBA.
Adapun kegiatan ujian tengah semester ini dilaksanakan selama satu minggu penuh, Dimulai pada 18 januari dan berakhir pada tanggal 23 januari. Dengan materi uji meliputi materi kuliah kepondokkan khusus mahasiswa intensif, dan materi kuliah wajib. (rk/zn)
Share:

Kamis, 23 Januari 2020

Kunjungan Kedua, Memahami Peran Layouter di Media Cetak

Mahasiswa KPI IDIA Prenduan ke Kabar Madura
Anstusias mahasiswa KPI IDIA Prenduan mengikuti sesi pemberian materi oleh redaktur Kabar Madura  

Pamekasan-Untuk kedua kalinya mahasiswa KPI IDIA Prenduan melaksanakan kegiatan kuliah lapangan ke kantor Kabar Madura,  Rabu (22/01). Kegiatan tersebut merupakan lanjutan dari agenda kuliah lapangan yang sudah dilaksanakan sebelumnya, dikantor Kabar Madura yang terletak di Jalan Panglegur Nomor 10 KM 1 Pamekasan. Sejatinya kegiatan ini akan dilaksanakan sampai enam kali kunjungan, dalam setiap pertemuan, mahasiswa harus bisa mempelajari dan memahami tentang keredaksian media cetak maupun media online.
Berangkat dengan menggunakan  enam sepeda motor, mahasiswa KPI IDIA Prenduan harus menempuh jarak kurang lebih 26 Km, dari kampus IDIA Prenduan ke kantor yang berdampingan dengan home base Madura United tersebut. Setibanya, mahasiswa langsung disambut oleh redaktur pelaksana, Bapak Wawan Awaluddin Husna, “Selamat datang kembali di kantor kami.” Sambutnya dengan singkat.
Pada pertemuan kedua ini, mahasiswa mendapatkan materi tentang posisi dan tugas bagian redaksi, khususnya bagian desain dan layout. Dalam hal ini disampaikan langsung oleh Bapak Akbar sebagai ketua layouter dari Kabar Madura. Dikatakan bahwa seorang layouter dalam sebuah media itu tidak hanya sekedar layout saja, tapi harus bisa membuat tampilan semenarik mungkin, “Biasanya hasil dari layout yang dikerjakan, kita harus meminta penilaian terlebih dahulu pada grup redaktur, entah disitu ada salah pengetikan atau tampilan kurang menarik, maka kita harus desain ulang.” Tuturnya. Selain itu, disampaikan juga tentang resiko seorang layouter ketika terjadi kekurangan berita dalam sebuah halaman koran, maka layouter harus bisa mengakali space kosong tersebut.
Acara yang dimulai pada jam 18.30 Wib itu, mahasiswa tampak sangat antusias dalam menerima materi yang disampaikan. Karen selain sambutan yang sangat hangat, para redaktur Kabar Madura juga terlihat berbaur dengan mahasiswa, sehingga suasana menjadi cair dan tidak tegang sama halnya dalam ruang kuliah. Beberapa pertanyaan juga diajukan oleh mahasiswa, terutama yang berkaitan dengan desain layout dalam media cetak.(zn)

Share:

Sabtu, 18 Januari 2020

Opini: Ambil Alih Surat Izin Kehidupan

Ambil Alih Surat Izin Kehidupan
Sumber gambar: https://www.incimages.com/uploaded_files/image/970x450/getty_505023182_114910.jpg


Percaya atau tidak, manusia adalah budak dari pikirannya. Ini soal mandataris kehidupan yang sedang dipengang erat oleh tiap-tiap jiwa. Sejak dilahirkannya ke dunia, Tuhan sudah memberikan kartu bertanda bahwa inilah hidup yang harus dipegang. Sedari kecil, hidup berjalan begitu sederhana, bagaimana manusia-manusia kecil yang tercipta dengan ketidak berdayaan memulai kehidupan.
Surat awal dipegang oleh orang tua, segala aspek kehidupan, berawal dari sebelum lahir hingga masa pertumbuhan dan berkembang anak, dimana surat mandat itu harus diserahkan pada waktu yang seharusnya. Surat yang harusnya dikembalikan kepada pemilik aslinya, manusia yang terlahir harus menanggung hidupnya secara mandiri, menata batu jalannya sendiri secara utuh, berubah mejadi lamban, mengalami stagnasi dan tidak mampu melakukan apa-apa ditangan pendidik yang melatihnya sejak dini sebagai passenger.
Perubahan dunia yang selalu bergerak secara dinamis di segala sektor tidak bisa dikendalikan oleh jiwa-jiwa passenger, sebab personal yang memilih menjadi seorang penumpang tak mampu mengendalikan dunia dengan tangannya. Bagaimana tokoh seperti Interpreneur Jack Ma, Steve Jobs, Presiden Soekarno, atlet Moh. Ali dan tokoh lainnya bergerak sejak dini dengan memilih hidupnya sebagai seorang driver.
Mengambil alih kembali surat hak menerima mandat dari Tuhan adalah pilihan hidup untuk bertarung dimasa depan, karena meminta mengalihkan kehidupan yang lebih layak bukan perkara mudah untuk dilalui. Bila seorang passenger memilih untuk duduk manis dibelakang supir, ia bisa santai tanpa memperhatikan jalan, ngobrol, mengantuk bahkan bisa tidur-tiduran, tidak perlu membersihkan serta merawat mobil, seorang driver memilih jalan hidup untuk berpikir dan memilih hidup untuk dirinya dan manfaat bagi orang lain.
Passenger hanya menerima segala aturan dari orang tua, mulai dari perawatan intensif, dibesarkan sejak kecil hingga dewasa, instansi pendidikannya, tempat kuliahnya, dibelikan tiket yang harusnya bisa ia urus sendiri, fakultas yang harus ia tekuni, hingga ditentukan kriteria pasangan untuknya, tempat tinggal, ekonomi dan ditentukan pola asuh anak-anaknya, pada akhirnya pribadi passenger seperti ini hanya akan berputar pada aturan kehidupan yang dilalui dengan sederhana dan  begitu saja, semua teratur dari bangun tidur hingga tidur kembali, bekerja, kembali ke rumah dan menjalani hidup yang pasti-pasti.
Tak ubahnya dengan perusahaan, instansi pendidikan dan lembaga lain yang memiliki bos yang menentukan bawahan sesuai dengan kehendak dan aturan yang dibuatnya, semua mindset harus sejalan dengannya, meninggikan argumen diatas argumen yang lain, menutup pikiran orang lain dengan management yang dikendalikannya sendiri, personal yang seperti ini cenderung tidak mampu mengendalikan diri dikala harus menerima kritikan dari orang lain, emosional, menganggap dunia sedang mendiskriminasi, teoritis dan minim toleransi.
Tidak jarang bila manusia-manusia yang terlahir dengan memiliki watak pendidik seperti ini mengalami pergerakan yang cukup lamban, inovasi, kreatifitas membeku dan sulit besosialisasi. sebab sejak kecil dilatih untuk menutup pikiran tidak dibuka secara bebas. Sikap berlindung dibalik ketiak orang tua, serba ketergantungan terhadap orang lain tidak mampu mengubah pola hidup lebih maju.
Salah satu nasihat Jack Ma dalam menentukan jalan hidup, dimana pemuda sebelum berumur 20 tahun, ia harus tekun dan rajin belajar, menguasai teori yang kemudian akan diaplikasikan kesesuaiannya dengan praktisi, saat umur 20-30 tahun, ikutilah bos yang baik yang mau mengajarkan dengan benar dan tepat, saat umur 30-40 tahun, lakukan apa yang paling disukai dan benar-benar tenuki pekerjaan yang sangat disukai tersebut, saat umur 40-50 tahun maka pekerjakanlah pemuda, buka kesempatan bagi pemuda untuk mengaplikasikan apa yang telah diusahakan sejak lama, ajarkan dan ciptakan generasi, di umur 60 tahun keatas, nikmatilah masa tua dengan keluarga dan hasil yang telah didapat.
Banyak pula anak didik yang berusaha mengambil alih hak hidupnya sendiri demi menjadi seorang driver, tidak menghendaki kondisi sebagai seorang passenger. Usaha driver ini bisa cukup lebih berat menata jalannya atau tidak terlalu berat dalam meminta surat hak hidupnya. Seorang passenger yang berusaha mengambil alih control steering atau kontrol setir hidup memiliki cara yang berbeda-beda dalam menghadapi pendidiknya.
Sesuai dengan usaha, mindset terhadap diri dan pendidiknya, kepercayaan serta bukti yang mampu dicapainya, driver handal mampu mengambil surat hak tersebut dengan cara yang baik, meminta izin hidup yang lebih baik dan diberikan dengan baik pula, sehingga seorang driver mampu melalui rute hidup dengan hebat serta mampu mencapai tujuan dengan selamat. Sebab driver memiliki resiko dan tanggung jawab yang lebih besar dari pada seorang passenger, seorang supir harus tetap fokus pada jalan yang dituju, tidak boleh mengantuk, memperhatikan kondisi penumpang, sabar menerima komplen dari pengendara lain dan pandai merawat mesin.
Hanya seorang driver yang mampu menopang hidup lebih kokoh, menghasilkan bibit lebih unggul, menebarkan manfaat lebih besar dengan jasa dan materi, bila hidup tetap dilalui sebagai seorang penumpang yang serba ketergantungan dan takut akan resiko, selamanya ia tidak akan menghasilkan apa-apa selain pikiran yang begitu sederhana. “If you don't do it, nothing is possible, but if you try to do it, at least you have the hope”, jika kamu tidak melakukannya, maka kamu tidak akan dapat apa-apa, tapi jika kamu mencoba untuk melakukannya, setidaknya masih kau memiliki harapan. Dunia yang dinamis menelan merk, produk, perusahaan, personal dan pribadi yang tertinggal. Sebab menjadi seorang driver setidaknya bisa terhindar dari dinamika hidup yang menelan kaum konsumtif dan serba ketergantungan yang tidak senada mengikuti irama pergerakan dunia.(*/zn)

*)Mahasiswi KPI, Semester VI, Asal Sampang

Share:

Pengikut

Subscribe!

Mars IDIA Prenduan