Sabtu, 01 Februari 2020
Puisi - Tangisan Demokrasi
TANGISAN DEMOKRASI
Oleh Triswanto*
Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum
tidak mengandung pertanyaan,
tidak mengandung perdebatan,
dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan
Apabila kritik hanya boleh lewat media,
maka mereka akan semakin bebas
mengkreasikan opini tanpa arah
dan tujuanyang jelas
Aku tidak melihat alasan,
kenapa harus diam tertekan dan termangu
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar
dan duduk berdebat
menyatakan setuju dan tidak setuju
Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran?
kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan
ketegangan telah mengganti
pergaulan pikiran yang merdeka
Lalu kemanakah seruan demokrasi Indonesia?
terintimidasi dalam wacana uforia
ini kebahagiaan atau tangisan
yang termakhtub dalam pancasila
--------------------------------------------------------
*)Mahasiswa KPI, Semester VI, Asal Pragaan
Pemimpin Perempuan, Bolehkah? - Ust. Ikhwan Amaly, M.Fil.I
Pemikiran Islam Kontemporer adalah pemikiran Islam yang berkembang pada masa modern (Abad ke-19) hingga saat ini. Ciri dari Islam Kontemporer yaitu berkembangnya pemikiran baru dalam menafsirkan Al-Qur’an dan peradaban Islam. Lantas, bagaimana Islam Kontemporer memandang perempuan yang menjadi pemimpin suatu golongan? Berikut obrolan redaksi Komunika Rohmadi Alfarisi dengan salah satu dosen IDIA Prenduan, pengampu materi Dunia Islam Kontemporer, Kamis (30/01/20).
Islam kontemporer terdiri dari dua istilah yang berbeda. Islam adalah risalah yang memuat akumulasi anturan, nilai, moral yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad melalui Jibril As, sebagai rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ‘Alamin). Sedangkan kontemporer merupakan sebuah era atau fase yang dimulai sejak abad ke-19 hingga sekarang. Dalam pemahaman yang sederhana, kontemporer adalah kekinian, aktual dan segala hal yang berkaitan dengan masa sekarang. Dari definisi istilah di atas, maka yang dimaksud dengan Islam kontemporer adalah dialektika Islam sebagai sebuah agama yang memuat aturan dan tata nilai dengan era kekinian.
Bagaimana kita memaknai Islam Kontemporer itu sendiri?
Sebenarnya tidak ada problem terkait dengan istilah Islam kontemporer karena pada hakikatnya, Islam adalah agama yang selalu relevan dengan perkembangan zaman (Shahih li Kulli az-Zaman wa al-Makan). Namun, akar problemnya adalah bagaimana wacana keislaman kontemporer merespon isu-isu yang berkembang dalam bentangan era tersebut. Salah satu isu yang menjadi kegelisahan akademik dan para pemikir muslim kontemporer adalah potret kemunduran Islam di era kontemporer, (لماذا تأخرالمسلمون وتقدم غیرھم).
Isu ini mematik perdebatan hangat di kalangan para pemikir muslim sehingga membentuk ruang wacana yang beragam.
Seperti yang antum katakan, bahwa Islam Kontemporer juga disebut sebagai Islam kekinian atau era sekarang. Lalu bagaimana dengan perempuan (muslimah) yang menjadi pemimpin?
Persoalan kedudukan pemimipin perempuan merupakan salah satu wacana pemikiran Islam kontemporer. Wacana ini muncul seiring dengan perubahan struktur sosial masyarakat kontemporer dalam melihat status perempuan. Di Barat misalnya, terdapat pemikir yang terafiliasi dalam komunitas pegiat Gander, mereka menuntut sistem patriarki yang mengakar kuat dalam sistem sosial. Mereka menggugat superioritas kaum laki-laki dan menuntuk hak perempuan agar tidak didudukkan sebagai pihak yang inferior. Mereka menuntut persamaan hak antara laki-laki dan perempuan termasuk dalam urusan hak pastisipasi politik. Jika melihat struktur sosial masyarakat kontemporer memang terjadi perubahan yang sangat jauh dengan struktur sosial masyarakat pada zaman peradaban Islam klasik. Namun pertanyaannya adalah bagaimana wacana keislaman merespon arus perubahan tersebut? Di dalam dunia Islam sendiri, jika merujuk pada teks agama sebagai sumber otoritatif. Maka ketika Islam berbicara tentang kepemimpinan sebenarnya yang menjadi prinsip utama adalah soal keadilan sosial. Artinya, syarat utama dalam kepemimpinan bukan soal jenis kelamin (gander) akan tetapi soal kapasitas dan integritas dalam menciptakan keadilan sosial. Jika merujuka kepada sejarah Islam klasik, kita akan dapatkan beberapa kaum perempuan sebagai perawi hadis, misalnya Aisyah, ada juga seorang sufi terkenal dengan konsep mahabbahnya yaitu Rabi'ah al-Adawiyah. Peradaban klasik sebenarnya sudah memberikan dasar pijakan kepada kita bahwa perempuan boleh menjadi apa saja asal memiliki kualitas, integritas dan kapasitas di hidangnya masing-masing. Memang terjadi perdebatan antara pemikir muslim terkait persoalan kedudukan pemimpin perempuan, namun hal itu dalam hemat saya persoalan khilafiah bukan persoalan yang prinsip di dalam hal kepemimpinan.
Apakah hal tersebut tidak termasuk menyalahi ayat Arrijalu Qowwamuna ‘Alan Nisa’?
Memang ayat tersebut seringkali dijadikan dasar teologis di dalam memahami kedudukan antara laki-laki dan perempuan dalam segala aspek. Namun, jika dikaji secara holistik, sebenarnya ayat tersebut tidak berbicara dalam konteks kepemimpinan, namun berbicara dalam konteks kedudukan antara laki-laki dan perempuan sebagai suami istri. Istilah قوامون para mufasir tidak dalam satu pendapat, ada yang mengartikan pemimpin, pengayom, pendidik dan lain-lain. Wallahu a'lam bisshowab..
Berdo'a atau Mendekte Allah?
Apabila seseorang ditanya tentang kepercayaannya pada Allah, maka jawaban tersebut berkisar 50% ya dan 50% tidak. Atau apabila ditanya mengenai bisa sabar atau tidak, maka jawaban kebanyakan orang yang sedang tidak sabar adalah sabar itu ada batasnya. Artinya kesadaran masih belum mendekati 80%, begitu pula dengan pertanyaan bisa ikhlas atau tidak, jawabannya pun masih 50% setuju.
Mayoritas jawaban yang kita terima dari masyarakat luas cenderung mantap menyatakan percaya pada Allah, ragu serta berkata tidak, sabar atau tidaksabar, ikhlas atau tidak ikhlas. Pernyataan yang tidak asing dengan realita sosial kebanyakan, mereka berfikir bahwa suatu sikap baik hanya didefinisikan sesuai kemampuan kontrol emosional berdasarkan empiris atau sekedar teori pengetahuan, seperti hal nyadengan ikhlas dan sabar. Padahal, pernyataan tersebut menyebabkan kita seringkali protes terhadap ketetapan yang dikehendaki oleh Allah SWT.
”Saya ikhlas, tapi....”, kalimat berikut sering kali dipakai untuk menunjukkan ketidak ikhlasan secara tidak langsung, pada hakikatnya bentuk keikhlasan tidaklah dapat diukur dengan bentuk wujud takaran atau seberapa besar seseorang itu mampu diam dan menerima, karena sebuah keikhlasan dan kesabaran pada jiwa seseorang mampu bertahan atas ujian, berusaha, tidak menyerah dan semakin mendekatkan diri pada Allah SWT, semua pencapaian bisa diraih dengan power yang ditanamkan melalui akidah diri yang tidak tergantung atau berkiblat pada mindset takdir takkan pernah berubah.
Sabar dan menerima ketetapan Allah, ketetapan yang sudah Allah gariskan untuk kita sering kali tidak bisa diterima, seperti agenda yang sudah disusun dengan baik, akan tetapi pada kenyataannya semua tidaklah sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, jika sudah seperti hati yang mampu mengkondisikan jiwa, entah respon marah atau komplain pada Allah. Hingga akhirnya setelah menyalahkan Allah tanpa pernah mau berfikir kenapa Allah berkehendak dan menakdirkan.
Tidak banyak yang berfikir mengenai hikmah dibalik sesuatu yang diharapkan, manusia dianugerahkan akal untuk berpikir, namun hanya sedikit yang mau menggunakan akal sehatnya, sehingga lebih memilih untuk mengedepankan hasrat, emosional dalam jiwa hingga muncul sifat egois dan akhirnya menyalahkan Allah. Demikian, bila akal harusnya sudah digunakan, jangan katakan pada Allah “Aku punya masalah besar” tetapi katakan pada masalah bahwa “Aku punya Allah Yang Maha Besar “. Takdir Allah memang tidak selamanya baik, akan tetapi apa yang Allah takdirkan kepada kita itulah terbaik.
Dengan menjalankan apa saja yang telah digariskan oleh Allah SWT, segala urusan akan dimudahkan, jika sulit bersabarlah dan jika mudah bersyukurlah. Sebab jalan yang sedang kita lewati bukanlah jalan kita pribadi yang dilalui secara kebetulan, namun jalan takdir dan pilihan merupakan jalan yang memang Allah tunjukkan untuk ditapak, bukan pilihan kita tapi pilihan Allah, bukan keputusan kita tapi keputusan Allah, bukan ketetapan kita tetapi ketetapan Allah, jadi kita bisa ada di dunia ini itupun semuanya karena Allah.
“Kun Fayakun!” jika semudah itu Allah menciptakan surga dan neraka, langit dan bumi, matahari dan bintang, manusia dan tumbuhan, tidak ada yang sulit bagi Allah untuk menolong hambanya serta tidak pula diuji diluar batas kemampuannya, karena tak ada yang mustahil bagi Allah. Konsisten dalam berdo'a, karena do'a itu bukan seperti obat yang di ambil hanya ketika sakit, tetapi do'a itu adalah seperti udara yang perlu dihirup setiap waktu untuk terus bertahan hidup. Berdo'a itu ibadah, dikabulkan itu hadiah, belum dikabulkan itu pahala berlimpah. Laranglah pribadi untuk menyerah saat do'a belum terjawab, jika jiwa mampu bersabar, Allah mampu memberikan lebih dari apa yang diminta, sebab Allah tergantung pada prasangka hambanya.
Kalau bukan karena Allah tidak mungkin ada makhluk hidup seperti manusia dimuka bumi ini, terus berusaha dan berdoa dengan tulus tanpa memaksa Allah, apapun yang kita inginkan, Allah maha punya segalanya. Namun jika tidak diberi, Allah punya yang lebih baik lagi, karena Allah lebih mengetahui mana yang baik dan tidak untuk hambanya, dengan memahami konteks maka hamba mampu menerima semua yang sudah Allah tetapkan. Semua butuh proses, sebab disetiap proses ada pembelajaran, jika dipercepat Allah ingin kita bersyukur, dan jika diperlambat dikala itu Allah hendak melihat hamba-Nya bersabar. Belajar untuk tidak banyak protes, tugas kita sebagai hamba hanya berusaha taat dan menambah ketakwaan kepada Allah SWT, selebihnya biarlah Allah yang menentukan skenario hidup, karena skenario yang Allah tuliskan untuk hamba-Nya itu jauh lebih indah dari pada skenario yang kita buat sendiri.(*)
*)Mahasiswi KPI, Semester VI, Asal Kapedi, Sumenep
UKM Baru, Semangat Baru
PRENDUAN, Komunika-Semangat berorganisasi memang sudah mendarah daging bagi mahasiswa Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan. Hal ini di buktikan dengan berdirinya sebuah UKM baru yang bergerak di bidang persilatan.
Menurut salah satu pengurus Abd. Aziz, dengan berdirinya UKM IPSI ini merupakan wadah bagi mahasiswa yang ingin mengembangkan minat dalam dunia persilatan. “Dengan adanya UKM IPSI ini diharapkan mampu menjadi wadah pengembangan bakat mahasiswa dalam dunia persilatan dan juga diharapkan mampu memberikan prestasi baru (dari dunia persilatan) bagi IDIA Prenduan.” Tutur mahasiswa asal kalimantan itu.
Adanya UKM baru ini juga dibenarakan oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan KH. Ridho Sudianto, “ Memang kami selaku civitas akademika sudah menerima proposal pengajuan UKM baru-baru ini, kami sangat mengapresiasi dan mendukung ide-ide yang dituangkan oleh para mahasiswa. Harapan besar kami kepada UKM IPSI ini, dapat menyumbangkan prestasi-prestasi kepada IDIA Prenduan, tentunya dibidang persilatan” pungkas beliau.
Diawal pendirian UKM IPSI ini sudah menarik perhatian banyak mahasiswa, dibuktikan dengan tingginya minat mahasiswa yang mendaftar. “Alhamdulillah memang benar cukup banyak mahasiswa yang berminat menggeluti dunia persilatan ini, akan tetapi kami sebenarnya masih banyak kendala yang kami alami, salah satu kendala yang paling mendasar yaitu minimnya pelatih yang profesional dibidang ini. ” Ucap Azmi, juga salah satu pengurus UKM IPSI. Harapanya, segala kebutuhan dalam UKM ini bisa terpenuhi, termasuk adanya pelatih prefesional dan alat-alat perlengkapan sebagai faktor pendukung UKM IPSI. (sdk/rk)
Beberapa galeri foto UKM IPSI:
![]() |
Suasana saat latihan persilatan dilingkungan Kampus IDIA Prenduan |
![]() |
Saat mengikuti turnamen di Surabaya, Jawa Timur |
![]() |
Rapat terpadu mulai dari pengurus dan anggota UKM IPSI |
News: IDIA Prenduan Adakan Ujian Tengah Semester
PRENDUAN, Komunika-Ratusan mahasantri IDIA Prenduan mengikuti ujian tengah semester, Sabtu (18/01). Kegiatan ini merupakan agenda setengah semester yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa dan mahasiswi aktif di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan untuk mengevaluasi kegiatan akademik mahasiswa.
Ujian tengah semester merupakan kegiatan wajib yang diadakan oleh bagian akademik IDIA al-amien prenduan menjelang sebagai media evaluasi bagi semua pihak, baik dari pihak civitas akademika dan juga para mahasiswa. Menurut Zayyadi, ujian tengah semester ini merupakan kegiatan yang diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi para dosen mata kuliah. Maksud evaluasi, para dosen mengerti tentang sejauh mana pemahaman mahasiswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh dosen selama setengah semester ini.
“Selain sebagai evaluasi bagi dosen, ujian ini juga diharapkan supaya para mahasiswa mengerti sebatas mana kemampuan mereka dalam menjawab soal-soal kemudian materi-materi apa saja yang menjadi kendala bagi mereka dalam belajar,” tutur pria yang menjadi ketua pelakasana ujian ini.
Selain menjadi bahan evaluasi bagi para dosen, ujian ini juga mengembalikan aura IDIA Prenduan yang sesungguhnya. “Masa-masa ujian ini, memang benar-benar mengembalikan IDIA yang sesungguhnya. Saya melihat para mahasiswa di mana-mana memegang buku, belajar, kemudian pengawasan para ustad secara intens. Situasi seperti ini yang memang diharapkan oleh para masyaikh Al-Amien,” pungkas Deri Putra, mahasiswa semester VI prodi PBA.
Adapun kegiatan ujian tengah semester ini dilaksanakan selama satu minggu penuh, Dimulai pada 18 januari dan berakhir pada tanggal 23 januari. Dengan materi uji meliputi materi kuliah kepondokkan khusus mahasiswa intensif, dan materi kuliah wajib. (rk/zn)
Kamis, 23 Januari 2020
Kunjungan Kedua, Memahami Peran Layouter di Media Cetak
![]() |
Anstusias mahasiswa KPI IDIA Prenduan mengikuti sesi pemberian materi oleh redaktur Kabar Madura |
Pamekasan-Untuk
kedua kalinya mahasiswa KPI IDIA Prenduan melaksanakan kegiatan kuliah lapangan
ke kantor Kabar Madura, Rabu (22/01).
Kegiatan tersebut merupakan lanjutan dari agenda kuliah lapangan yang sudah dilaksanakan
sebelumnya, dikantor Kabar Madura yang terletak di Jalan Panglegur Nomor 10 KM 1 Pamekasan. Sejatinya kegiatan ini
akan dilaksanakan sampai enam kali kunjungan, dalam setiap pertemuan, mahasiswa
harus bisa mempelajari dan memahami tentang keredaksian media cetak maupun media
online.
Berangkat
dengan menggunakan enam sepeda motor,
mahasiswa KPI IDIA Prenduan harus menempuh jarak kurang lebih 26 Km, dari kampus
IDIA Prenduan ke kantor yang berdampingan dengan home base Madura United
tersebut. Setibanya, mahasiswa langsung disambut oleh redaktur pelaksana, Bapak
Wawan Awaluddin Husna, “Selamat datang kembali di kantor kami.” Sambutnya dengan
singkat.
Pada pertemuan
kedua ini, mahasiswa mendapatkan materi tentang posisi dan tugas bagian redaksi,
khususnya bagian desain dan layout. Dalam hal ini disampaikan langsung oleh
Bapak Akbar sebagai ketua layouter dari Kabar Madura. Dikatakan bahwa seorang
layouter dalam sebuah media itu tidak hanya sekedar layout saja, tapi harus
bisa membuat tampilan semenarik mungkin, “Biasanya hasil dari layout yang
dikerjakan, kita harus meminta penilaian terlebih dahulu pada grup redaktur,
entah disitu ada salah pengetikan atau tampilan kurang menarik, maka kita harus
desain ulang.” Tuturnya. Selain itu, disampaikan juga tentang resiko seorang
layouter ketika terjadi kekurangan berita dalam sebuah halaman koran, maka
layouter harus bisa mengakali space kosong tersebut.
Acara yang
dimulai pada jam 18.30 Wib itu, mahasiswa tampak sangat antusias dalam menerima
materi yang disampaikan. Karen selain sambutan yang sangat hangat, para
redaktur Kabar Madura juga terlihat berbaur dengan mahasiswa, sehingga suasana
menjadi cair dan tidak tegang sama halnya dalam ruang kuliah. Beberapa
pertanyaan juga diajukan oleh mahasiswa, terutama yang berkaitan dengan desain
layout dalam media cetak.(zn)