Pages

Tampilkan postingan dengan label OPINI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label OPINI. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 18 Januari 2020

Opini: Aksi Jitu Pemuda Negara


Aksi Jitu Pemuda Negara
Sumber Gambar:  https://pixabay.com/id/

Tidak selamanya kaum muda menjadi perusuh negara, ada kalanya pemuda mampu membangun serta membangkitkan kobaran semangat yang hampir dipunahkan oleh deretan orang  pintar tapi tak berakal sehat. Tanpa  pemuda sadari, bahwa negara ini sangat terancam akan segala persoalan, baik persoalan politik, sosial, ekonomi, tidak terkecuali kekayaan alam sendiri.
Hingga detik ini, kekayaan milik jiwa penduduk republik Indonesia dikikis habis oleh orang-orang asing. Rakyat di negara sendiri tak pernah merasakan manisnya kekayaan sendiri, bahkan menyicipinya saja sudah terancam. Mengambil alihpun rasanya sudah tak mungkin, bila kondisi masih pada posisi stagnasi, nasib tanah air akan mati di ditampuk bahu sendiri.  Apakah pemuda sekarang sudah lumpuh pikiran? Atau sudah kehilanga akal sehat?. Saya pikir semua itu akan terjadi, jika semuanya hanya diam seperti patung yang tak ada harganya, pemuda yang terperangkap pada posisi zona aman, tentulah pemuda masa kini akan jauh dari sikap toleransi, atau peduli dengan negeri. Sebab pemuda yang pandai membaca alam sekitar, peka terhadap keadaan, akan terlahir sebagai perjuang untuk memberantas setiap inci masalah secara komprehensif.
Pada pernyataan Najwa Shihab yang mengatakan, “Buat apa wilayah seluas sabang sampai merauke, jika pemudanya kehilangan idealisme?”. Jika pemuda hanya memikirkan kekuasaan dan kesenangan semata, maka semuanya akan rusak, terutama bangsanya yang tinggal menunggu kehancuran yang telah di rencanakan secara sempurna serta tertata rapi oleh orang asing. Sayangnya hal ini tidak disadari oleh penduduk pribumi secara mendalam, begitu pula bila pemuda terus saja memikirkan dan mengkonsep perencanaan yang akan dilakukan, maka masalah yang dihadapi, akan terpangkas sedikit demi sedikit melalui tim generasi muda.
Perkembangan sebuah bangsa dan kemajuan negara dilihat dari pemimpin dan generasinya. Jika seorang pemimpin mampu mengkondisikan keadaan, jujur serta adil dalam bertindak dan mengambil keputusan sesuai visi bersama, maka suatu negeri akan beranjak pada masa jayanya. Namun, apabila pemimpin serta generasi negeri tersebut terpontang-panting, tak berarah maka sangat kecil harapan negeri tersebut akan membangun peradaban dan kejayaan.
Pemuda bukan seorang yang hanya pintar menguasai teori tapi juga harus berani melakukan suatu tindakan atas kebenaran. Memang tidak mudah, namun itulah yang sedang menjadi PR bersama untuk diperjuangkan. Karena kebenaran takan pernah terungkap jika hanya ada dikatakan secara lisan, tapi kebenaran akan bicara melalui tindakan.
Dengan pemuda yang pantang menyerah, negara akan bangkit lagi seperti sedia kala. Dimana para pahlawan yang merelakan darah sucinya tertumpah hanya karena kesetiaan dan kecintaannya kepada bangsa dan negara. Jasa yang mereka korbankan tak akan pernah hilang dalam sejarah. Berkaca pada jasa para pahlawan, mampu mengobarkan semangat demi memperjuangkan negara yang sedang terancam. Tak butuh pemuda yang pintar secara materi saja, tak butuh pemuda yang banyak bicara, tapi negara butuh pemuda yang memiliki potensi dalam bertindak, memiliki semangat baja dan tak pernah putus asa sebelum mencoba.
“Kepada kaum pemuda kita menitip masa depan, jangan biarkan  jiwa mereka hangus oleh ego dan dendam” (Najwa Shihab), sebab negara membutuhkan pemuda yang genius semangat baja serta solidaritas yang kuat, dan kekuatan itu dapat dilihat dari cinta yang begitu mendalam. (*/zn)

*)Mahasiswi KPI, Semester VI, Asal Jember

Share:

Minggu, 29 Desember 2019

Berilah Kebebasan Belajar Kepada Mahasiswa

Kpi Idia Prenduan

Ketika diawal saya menulis, saya belum tahu apakah yang akan saya tulis ini benar atau tidak, terlepas dari itu semua saya akan tetap memberanikan diri untuk menyampaikan apa yang ada dalam hati saya, yang sudah terlalu lama menahannya. Beberapa waktu yang lalu Menteri Pendidikan Bpk. Nadiem Makarim pernah mengeluarkan statement dalam sebuah pidatonya “Berikanlah kebebasan belajar kepada mahasiswa”. Ketika saya mendengar kalimat ini, saya kemudian sadar dan berfikir bahwasanya jika mahasiswa tidak di berikan kebebasan dalam belajar maka mahasiswa sendiri tidak akan bisa berkembang. dan beberapa waktu yang lalu ketika saya menghadiri acara kongres AMDIN (Asosiasi Mahasiswa Dakwah Indonesia) di Pekalongan, Jawa Timur. Rektor IAIN PEKALONGAN mengatakan bahwa perbedaan mahasiswa dengan siswa berada dalam tingkat pembelajaran, yang mana jikalau siswa belajar di dalam kelas itu 100% mendengarkan apa yang dikatakan oleh guru, maka berbeda lagi dengan mahasiswa, mahasiswa belajar di bangku kuliah (di dalam kelas) hanya 30% yaitu teori dan 70% nya didapatkan di luar kelas, yang biasa kita kenal dengan praktek dengan jurusan yang kita tekuni saat ini. Bagaimana mungkin ketika kita terjun kedalam sosial masyarakat, tanpa kita mendalami bidang yang kita tekuni saat ini.
Ketika mahasiswa ingin menyampaikan aspirasinya, terkadang mahasiswa mendapat tekanan dan mendapat kritikan, apa yang ingin dilakukan mahasiswa sendiri demi mengembangkan minat dan bakat nya dan demi kemajuan bersama terkadang kita tidak mendapatkan dukungan yang kita inginkan, dan jelas itu akan menghambat kemajuan dari mahasiswa itu sendiri.
Seperti yang tertera didalam buku Muslim Visioner bahwasanya, kepintaran seseorang atau biasa kita sebut dengan intelektual setiap individu itu berbeda-beda, ada Intelektual Personal, Antarpersonal, Music, Logika-Matematic dan sebagainya. Dalam hal ini kita bisa mengetahui bahwasanya setiap individu itu mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan ketika seseorang mengetahui bakat dan minat mereka, maka itu harus dikembangkan. Namun, disisi lain ini merupakan titik kelemahan kita saat ini. Disaat kita mulai mengetahui kelebihan dan kemampuan kita, kita tidak mendapatkan wadah yang tepat untuk mengembangkan bakat yang kita miliki, dan ketika kita beraspirasi kurang nya tanggapan serius dari pihak kampus sendiri, sehingga membuat kita kalah jauh dengan pendidikan yang ada di luar. Jangan kan untuk hal-hal yang besar, jikalau kita tidak mulai dari hal-hal yang kecil maka semua itu tidak akan pernah berubah.
Jikalau setiap dari kita tidak mempunyai intelektual, maka pendidikan kita akan kalah dengan pendidikan yang ada di luar negeri, mengapa demikian? Jawabannya sudah jelas, bahwasanya pendidikan yang ada di luar seperti di negara-negara Eropa sana, pendidikan mereka sudah diatur sejak dini dari tingkat yang paling bawah sampai tingkat perkuliahan, sesuai dengan minat dan bakat . Dan dalam pembelajaran mereka pun tidak selalu menggunakan teori, melainkan lebih sering pada praktek (terjun kelapangan) sesuai dengan minat dan bakat yang mereka miliki.

Oleh: Moh. Syarief Hidayatullah
Mahasiswa Semester VI IDIA Prenduan, Fakultas Dakwah, Asal Palembang
Share:

Rabu, 11 Desember 2019

Bagaimana Cara Meneladani Rasulullah SAW - KH. Dr. Ghozi Mubarok, MA.




"Dijelaskan dalam Qasidah Burdah yang ditulis Imam Al-Bushiri bahwa orang kadang-kadang kehilangan kekaguman atau tidak mampu melihat sesuatu yang menakjubkan karena karena ada rasa sakit ada penyakit dalam dirinya. Kadang-kadang ada orang yang tidak mampu melihat cemerlangnya sinar matahari karena ada penyakit di matanya. Kadang-kadang mulut kita tidak bisa merasakan manisnya makanan karena ada penyakit di mulut kita. Maka orang-orang kadang tidak mampu melihat betapa cemerlangnya Rasulullah karena ada penyakit dalam dirinya."  KH. Dr. Ghozi Mubarok, MA.






Share:

Rabu, 13 November 2019

Kenapa Harus Berdiri Saat Maulid Nabi?

Sayyid Alawi Al-Maliki menceritakan bahwasanya abah beliau, Sayyid Abbas Al-Maliki memberi kabar kepada beliau, sesungguhnya abah beliau (Sayyid Abbas Al-Maliki) berada di Baitul Maqdis untuk menghadiri peringatan Maulid Nabi pada malam ‘ied Milad An-Nabawi, di mana saat itu dibacakan Maulid Al-Barzanji.
Saat itulah beliau melihat seorang pria tua beruban yang berdiri dengan khidmat penuh adab mulai dari awal sampai acara selesai. Kemudian beliau bertanya kepadanya akan sikapnya itu, yaitu berdiri sementara usianya sudah tua.
Lelaki tua itu bercerita bahwa dulu ia tidak mau berdiri pada acara peringatan Maulid Nabi dan ia memiliki keyakinan bahwa perbuatan itu adalah bid'ah sayyi'ah (bid'ah yang jelek).
.
Suatu malam ia bermimpi dalam tidurnya. Dia bersama sekelompok orang yg bersiap-siap menunggu kedatangan Nabi Muhammad Saw, maka saat cahaya wajah beliau yang bagaikan bulan purnama muncul, sekelompok orang itu bangkit dengan berdiri menyambut kehadiran Rasulullah Saw.
Namun hanya ia saja seorang diri yang tidak mampu bangkit untuk berdiri. Lalu Rasullullah Saw. bersabda kepadanya: "Kamu tidak akan bisa berdiri" Saat ia bangun dari tidurnya ternyata ia dalam keadaan duduk dan tidak mampu berdiri. Hal ini ia alami selama 1 (satu) tahun.
Kemudian ia pun bernadzar jika Allah menyembuhkan sakitnya ini, ia akan berdiri mulai awal pembacaan Maulid Nabi sampai akhir bacaan, kemudian Allah menyembuhkannya.
Ia pun selalu berdiri (mulai awal pembacaan Maulid Nabi sampai akhir bacaan) untuk memenuhi nadzarnya karena ta’zhim (mengagungkan) beliau Rasulullah Saw.
Sumber: Kitab Al-Hadyut taamm fii Mawaaridil Maulidinnabawiyyi Wa Maa I’tiida Fiihi Minal Qiyaam karya Sayid Muhammad Ali bin Husein Al-Maliki Al-Makki (1287 H – 1367 H).
Dikutip dari Fb Putra Wijya: https://web.facebook.com/putra.neo.16


Share:

Rabu, 23 Oktober 2019

Santri Adalah Aset Bangsa


     
Demonstrasi Bahasa

    Selasa 22 Oktober 2019 pemerintah republik Indonesia telah mencatat mufakat menentukan pada tanggal tersebut sebagai tanggal yang bersejarah yang patut dikenang oleh para santri yang berada diseluruh antero nusantara maupun dunia. Juga suatu momentum yang sangat berkesan bagi orang-orang yang berkontribusi didunia santri sendiri. Bagi santri dan orang-orang yang faham akan hal-hal mengenai santri, tentunya mereka semua berharap dengan adanya hari bersejarah ini, kedepannya santri tidak lagi dipandang sebagai objek yang biasa-biasa saja ataupun kata lain dianggap sebagai perusuh. 
    Mungkin sudah lama kita ketahui bersama bahwa realitas dan pada tersambungnya tali kehidupan  urat nadi dari pada bangsa ini tak lain adalah berkat perjuangan santri itu sendiri. Begitu banyak sejarah diukir secara apik oleh kita para santri tapi lagi-lagi kerendahan hati, sangatlah tak butuh simpati dan balasan dari perjabat negeri. Kami sebagai santri hanya membutuhkan kesadaran itu muncul dari jiwa-jiwa yang angkuh, agar tercapainya bangsa yang arif, damai, sesuai harapan orang-orang yang sudah berjuang di fase pertumpahan darah yang sampai sekarang jika dikenang seolah-olah miris rasanya bila kita khianat akan jihat pejuang kita.
  Mungkin pada akhirnya kita semua berharap agar negeri ini berada dibawah naungan Islami, setidaknya sesuai dengan syariat dan ketentuan yang ada didalam hukum islam. Bila persatuan dan perdamaian dilandaskan keislaman, InsyaAllah berkah. Santri itu adalah aset bangsa, jika santri memang betul ditempatkan pada posisinya makan akan menjadi pemuda-pemudi kebanggaan Indonesia. (bz.)

Salam dakwah..
Salam sejahtera..
Salam santri nusantara.. 

Oleh: Fathurrahman
Mahasiswa KPI Semester V
Asal Palembang



Share:

Pengikut

Subscribe!

Mars IDIA Prenduan